MOHON BACA CERITA SEBELUMNYA ( Cerita dibalik seragam SMA) agar kalian tahu alurnya.
Sebuah tragedi 10 tahun yang lalu sangat meninggalkan luka yang mendalam. Kehilangan istri tercinta dengan sangat tiba-tiba membuat Elvin Zayyan Pradipta kehilangan semangat hidupnya.
Keinginan untuk mengakhiri hidup selalu berada di benaknya, namun ia harus bangkit demi sang putra, Jun Seo.
Kematian sang istri telah menjadi misteri. Tidak ada yang tahu seperti apa hingga istrinya bisa jatuh ke jurang.
*
Ketika Elvin tengah mencari tahu sebuah kasus yang terjadi bersama para bawahan grandma, saat itu pula ia harus kehilangan sang putra angkatnya, Jun Seo. Untuk kedua kalinya ia harus hancur kembali.
Namun sebuah hal mencengangkan terjadi, ia menemukan seseorang menjadi bahan percobaan ekstrim oleh pria yang ia kenal sebagai orang tua dari temannya.
Hal gila itu tidak mempunyai membuatnya berkata-kata melihat keadaannya yang sungguh membuat tubuhnya hancur berkeping-keping.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yaya haswa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CRDT 31
"Aku sudah memberikan kalian kesempatan untuk pergi, namun sayangnya kalian memilih keluar dengan caraku. Tembak MEREKA !!!" titah Wibhawa .
Dor....dor....dor...dor...
Dor....dor....dor...dor...
Dor....dor....dor...dor...
Suara tembakan begitu nyaring disana. Owen dan Elvin secara cepat berjongkok untuk menghindari peluru yang mengarah kearah mereka.
Peluru dari bawahan Wibhawa meleset dan mengenai beberapa temannya sendiri. Bersamaan dengan itu pula, Jasper dan anggotanya sudah standby di sana 1 menit yang lalu. Melihat ancaman yang di dapatkan oleh Owen dan Elvin, saat itu pula moncong senjata mereka mengarah ke bawahan Wibhawa yang mengepung Elvin dan Owen .
Mereka berhasil mengenai musuh dan sudah ada 5 orang yang tumbang. Sisanya terkena luka tembak, namun masih sanggup untuk bangun, karena hanya bagian lengan atau goresan saja yang mereka dapatkan.
Begitupun dengan Owen yang mendapatkan goresan di bahu kirinya. Ia sempat melindungi Elvin yang hampir terkena peluru di tangan kanannya.
"Sialan!!" umpat Wibhawa. Ia segera mengambil senjatanya yang berada di laci kecil. Yang mana ada nakas panjang yang bersandar pada dinding dengan beberapa hiasan di atasnya.
Bawahan Wibhawa yang berada di dalam rumah bersembunyi mengawasi sejak tadi, keluar dari persembunyiannya mereka. Jasper dengan 10 anggotanga masuk ke dalam rumah bergabung dengan Owen dan Elvin.
Gencatan senjata juga terjadi di luar dengan di pimpin oleh Sarah yang baru tiba 20 menit yang lalu dari Korea. Sarah tidak mungkin diam saja saat mengetahui Jun yang sudah ia anggap putranya berada dalam bahaya. Diluar, ia memimpin 12 anggota bersama Hunter.
Jika di pertanyakan bagaimana kondisi penduduk di sana? mengingat rumah Wibhawa berada di ujung Desa Albinen dan ia sengaja membuat jarak antar rumahnya dengan penduduk disana sekitar 1 KL. Jadi bisa di bilang tidak akan ada gangguan dengan penduduk lain.
"Kau tidak apa-apa, Owen?" tanya Jasper dengan membelakangi Owen. Ia tengah menatap musuh yang siap menyerang mereka.
"Aku baik. Lindungi Elvin!!Wibhawa pasti mengincarnya" pinta Owen pada Jasper .
"Elvin , pergilah cari keberadaan Jun!" perintah Owen pada Elvin.
"Iya paman" Dengan Jasper dan 1 anggotanya mengikuti Elvin masuk ke dalam rumah. Entah kemana Wibhawa bersembunyi, namun Owen dan sisa anggota yang lain menangani musuh di ruang tamu.
Pergerakan yang sempit sangat sulit bagi mereka untuk menghindar. Banyaknya anggota Wibhawa membuat Owen dan lainnya kewalahan, begitupun dengan kondisi di luar, tapi dalam menghindari mereka jauh lebih baik dengan alam terbuka.
Suara tembakan sangat mendominasi. Sudah ada 2 orang yang tumbang dari kubu Owen. Darah dari goresan peluru di bahunya yang tidak terlalu banyak, tapi cukup membuat baju di lengan Owen meninggal jejak darah dan itu bukan menjadi halangan baginya.
Dor...dor...dor...
Arkhhh .....
BED***BAH!!!!!
SERANG TAMPA AMPUN!!!!
Teriakan dari kubu lawan sangat terdengar jelas di telinga mereka. Mereka yang tidak terima dengan tumbangnya beberapa teman mereka akibat kubu Owen.
"Owen, dibelakang MU!!" teriak Botak.
Owen ingin berbalik menembak dan Botak juga ingin menembak musuh yang menargetkan Owen, namun satu musuh lainnya menembak lebih dulu saat ia tahu Botak mau menembak temannya.
Arkhhh....
Botak meringis bersama 1 musuh yang menargetkan Owen tadi.
"Aku oke" sahut Botak lebih dulu seraya memegang lengannya yang terluka, sebelum Owen bertanya. Mendengar itu, Owen kembali fokus melawan mereka.
Sementara di sisi Elvin, ia tengah mencari keberadaan Jun.
"JUN"
"JUN"
"JUN" Elvin terus berteriak memanggil nama Jun sembari membuka pintu-pintu apa saja yang ia temukan. Jasper dan Duo'jin pun seperti itu.
"Dadda " suara panggil Jun berasal dari dapur. Ia memanggil Elvin dengan pelan, takut ada yang mendengarnya.
"Jun " sontak saja Elvin berbalik dan menghampirinya.
"Ssstt.... jangan berisik, Dad" Jun menempelkan jari telunjuknya di bibir.
"Apa yang sakit, hmm? Katakan pada Dadda !" Elvin meraba dan membolak-balik tubuh Jun untuk mencari apakah ada yang luka.
"Jun baik-baik saja, Dad. Jun tadi panggil Dadda karena gak sengaja ketemu orang seram"
"Seram? Maksudnya ?" Elvin berfikir Jun menganggap orang-orang Wibhawa seram, melihat memang tampang beberapa dari mereka.
"Bukan. Orang seram, seperti zombie"
"Hah??" Elvin semakin tak mengerti, begitu pun dengan Jasper dan Duo'jin .
"Lupakan, Dad. Jun kesini, karena mau Dadda menyelamatkan 2 orang yang ada di gudang di rumah sebelah sana"
"Siapa?" tanya Elvin
"Enggak tahu siapa, tapi dia butuh bantuan. Jun gak sengaja dengar semalam. Jun mohon bantu mereka Dad. Appa menahan mereka di sana. Jun mau bantu, tapi gak bisa karena pintunya gak pakai kunci, cuman kayak ada iPad yang menempel di dinding " Jun menjelaskan apa yang ia lihat semalam.
"Iya, Dadda akan membantunya, tapi kita harus pergi dari sini " Elvin meraih tangan Jun ,namun Jun melepaskannya.
"Enggak. Jun aman di sini sama Amma. Dadda harus menolongnya sekarang!!"
"Tapi____
"Mereka gak akan melukai Jun. Malah Dadda yang akan terluka nanti. Jadi Jun mohon Dadda pergi ke sana sebelum Appa ke sana lebih dulu"
"Pasti ada sesuatu dari orang yang Jun maksud, Elvin . Benar yang di katakan Jun, mereka tidak akan melukainya. Jun adalah putra Wibhawa yang dia sayangi" ucap Jasper .
"Baiklah. Dadda akan kesana. Coba ceritakan dimana gudangnya!" Jun pun menjelaskannya dengan jelas.
"Baiklah. Jun harus baik-baik disini. Cepat pergi temui Amma!" Jun mengangguk dan berlari pergi ke tempat persembunyian bersama Amma.
Elvin, Jasper dan Duo'jin segera berlari ke rumah sebelah. Mengandalkan informasi dari Jun , mereka menyusuri rumah itu. Terlihat tidak ada siapapun disana. Sepertinya, mereka semua berada di rumah Wibhawa untuk menyerang.
Elvin bisa melihat perkelahian sengit di halaman depan. Sudah banyak yang tergeletak di atas tanah. Elvin memejamkan matanya sekilas dengan pertumpahan darah hari ini.
"Ada 3 orang yang menjaga di sana. Aku akan maju lebih dulu untuk memancing mereka" ucap Duo'jin.
Jasper dan Elvin mengangguk. Duo'jin menampakkan tubuhnya. "Hei" panggilannya.
Ketiganya menoleh dan mereka ingin menembak, namun Duo'jin lari dengan kencang.
"Jangan lari!!!" 1 orang mengejar Duo'jin. Mereka mengandalkan temannya untuk mengurus Duo'jin .
Dor...
Sial
.
.
NEXT