bekerja di sebuah perusahaan besar tentunya sebuah keinginan setiap orang. bekerja dengan nyaman, lingkungan kerja yang baik dan mempunyai atasan yang baik juga.
tapi siapa sangka, salah satu sorangan karyawan malah jadi incaran Atasannya sendiri.
apakah karyawan tersebut akan menghindar dari atasan nya tersebut atau malah merasa senang karena di dekati dan disukai oleh Atasannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Halaman Dua Puluh Tujuh
***
Sudah satu Minggu Laudya tidak masuk kerja, ia muki mulai merasa bosan. Demam nya memang sudah turun, tapi ia masih merasa lemas.
Ingin kembali masuk kerja, tapi katanya sudah mendapatkan izin sakit selama Dua Minggu. jadi masih ada waktu satu Minggu lagi Laudya berdiam diri di rumahnya.
Dan setiap pagi nya, Maxim selalu datang dan sore hari. setiap berkunjung pasti selalu membawa makanan dengan jenis yang berbeda setiap harinya.
Laudya juga sempat mengatakan agar Maxim tidak perlu datang sehari dua kali bahkan tidak perlu membawa Makanan juga, tapi Maxim tidak mendengarkan nya.
Kalau tidak punya rasa malu, sudah pasti Maxim akan numpang sarapan sama Makan Malam.
Tapi ia juga memiliki sedikit rasa malu, makanya setiap berkunjung di jam-jam lewat sarapan dan sebelum waktunya Makan Malam.
Dihari Minggu ini, Laudya hanya sendiri di Rumahnya. Marvel sudah berangkat ke tempat belajar Bela diri, sementara Bu Mayang juga sedang pergi keluar. setiap hari Minggu selalu ada kegiatan dengan ibu-ibu di sekitaran Rumahnya.
Maxim sudah memberi kabar, kalau ia akan datang agak siangan karena ingin Gym dulu.
Karena merasa bosan, Laudya pergi keluar rumah dan duduk di teras depan. Rasanya ia ingin jalan-jalan santai sekitaran Rumahnya, tapi kalau pergi sendiri tidak mau.
“Kalau besok masuk kerja gimana ya?”
“Tapi masih lemas, apalagi kalau sudah natap layar komputer. Pasti bakalan pusing lagi” Gumam Laudya.
Semalam ia mencoba untuk menatap layar laptop nya dengan jangka waktu lama, ternyata baru setengah Jam saja sudah mulai pusing.
Laudya menatap lurus kedepan, memperhatikan Anak-anak yang sedang bermain Sepeda.
Tiba-tiba saja ia melihat Mobil melaju ke arah rumahnya, dan berhenti tepat di depan Rumah.
Laudya sudah tidak asing lagi dengan Mobil tersebut, “Bukannya mau Gym dulu, kenapa udah kesini aja?” Ucapnya.
Maxim keluar dari Mobilnya dan di ikuti oleh Seina.
“Pagi Mbak Lau.” Sapa Seina dengan senyuman nya.
“Pagi juga.” balas Laudya.
“Maaf ya mbak, aku baru bisa jenguk sekarang, soalnya satu Minggu kebelakang lumayan sibuk di kampus.” Ucap Seina.
“Gak apa-apa Seina, sekarang juga Mbak Senang kamu bisa main ke sini.” Balas Laudya.
“Tadinya mau berangkat sendiri, tapi Malas kalau harus naik ojol atau taxi. Makanya Aku paksa Abang buat antar kesini.” Kekeh Seina.
Laudya menatap Maxim. “Gak jadi Gym nya?” Tanya Laudya.
“Enggak, nih anak pagi-pagi udah ngerusuh di Apartemen.” Jawab Maxim.
“Terus kamu ke Apartemen nya naik apa?” Tanya Laudya kepada Seina.
“Hehe, Di antar supir Opa.” Jawab Seina.
Maxim menatap ke sekeliling, bahkan ia juga tadi sempat mengintip sebentar ke dalam rumah. terlihat sangat sepi.
“Kamu sendirian di rumah?” Tanya Maxim.
“Hemm, Marvel lagi pergi ke tempat bela diri, sementara Ibu. Biasa lagi ada acara.” Jawab Laudya.
“Oh iya lupa, mau minum Apa?“ Tanya Laudya.
“Eh gak perlu Mbak, Mbak kan lagi sakit masa harus ngambil minum untuk kita.” Tolak Seina.
“Nanti kalau haus bisa ambil sendiri kok.” Ucap Maxim.
“Wah udah kaya di rumah sendiri ya, gak ada sungkan-sungkan nya.” Ucap Seina sambil menatap Maxim.
Maxim tidak membalas perkataan Seina, ia hanya menatap malas. Masih kesal karena waktu pagi nya di ganggu Oleh Seina, padahal ia sudah membuat rencana akan pergi nge-gym.
“Tuhkan hampir lupa, ini Mbak ada titipan dari Oma buat Mbak.” Seina memberikan bingkisan kepada Laudya.
“Makasih ya.”
“Sama-sama, tadinya bingung mau ngasih Apa. Terus kata Opa ngasih Kue aja, sempat ragu sebenarnya.” Ucap Seina.
“Ragu kenapa?” tanya Laudya.
“Kata Oma, Mbak sama Ibu Mbak sering buat kue. jadi Oma itu takut kurang pas rasanya di lidah Mbak.” Jawab Seina.
“Ekhemm.”
Laudya dan Seina menatap Maxim, “Haus Bang?” Tanya Seina.
“Ini Kalau kalian asik ngobrol berdua, mending Abang pergi ke tempat Gym.” Ucap Maxim.
“Kalau mau pergi ya tinggal pergi, iyakan Mbak?”
Laudya menganggukan kepalanya, “Iya, Mas pergi nge-gym aja. Kan katanya udah lama Gak Gym.”
Maxim berdiri. “Kalau gitu Mas pergi dulu ya, nanti kalau sudah selesai Mas kesini lagi.” Ucap Maxim kepada Laudya.
Sebelum pergi, Maxim mengelus kepala Laudya dulu. Setelah itu masuk ke dalam mobilnya.
Seina menatap apa yang di lakukan Maxim, setelah satu Minggu tidak bertemu dengan Maxim dan tidak mendengar curhatan nya lagi soal Laudya. Sekarang ia paham, Seperti nya Maxim tidak Perlu meminta saran lagi soal cara mendekati seorang perempuan.
Sedikit ada perkembangan memang, tapi Seina bisa menilai apa yang kurang dari Maxim cara pendekatan nya.
Yakni dari segi cara memulai obrolan, Maxim kurang cepat dan masih bingung bagaimana caranya memulai obrolan dengan Laudya.
.
Laudya merasa senang dengan kehadiran Seina, ternyata lebih seru kalau ada Seina daripada Maxim.
Kalau dengan Seina, Ada saja bahan obrolan. Sementara kalau lagi dengan Maxim, selalu mentok dan bingung harus membahas Apa.
“Mbak, ada yang mau aku tanyakan sama Mbak.” Ucap Seina.
Tempat mereka duduk pindah ke dalam rumah, karena kalau di luar malah berisik dengan suara anak-anak tetangga yang sedang bermain.
Walaupun bermainnya bukan di halaman rumah Laudya, tetap saja suara mereka lumayan berisik.
“Soal Apa?”
“Kenapa waktu di Jepang, Mbak ngasih izin Abang untuk pdkt sama Mbak?” Tanya Seina.
Laudya menghela nafas nya dulu sebelum menjawab, “Ya Untuk memberikan kesempatan aja untuk bisa Dekat, Mbak itu dari dulu juga gak pernah ngelarang orang untuk dekat sama Mbak. Silahkan kalau memang menganal Mbak Lebih jauh, asal kalau nanti kalau mau pergi jauh harus bilang dulu sama Mbak.” Jawab Laudya.
“Tapi untuk Abang kamu, Mbak agak sedikit takut sebenarnya.” Kekeh Laudya.
“Takut di pecat atau gimana?” Tanya Seina.
“Ya itu salah satunya.” Jawab Laudya.
.
Di tempat Gym, Maxim baru selesai. Ia akan mandi langsung di sana tanpa harus pulang dulu ke Apartemen.
kebetulan ia juga membawa peralatan Mandi dan pakaian ganti, tempat nya dekat dengan Apartemen nya. tapi ia sedikit malas kalau harus kesana dulu.
Di Tempat Gym memang banyak orang, tapi tidak ada satupun di antara mereka yang dekat atau hanya sekedar ngobrol dengannya.
Maxim sudah berada di dalam Toilet, ini baru kali pertama nya ia langsung mandi di sana. jadi agak sedikit mempercepat Mandinya, karena merasa kurang nyaman.
“Sepertinya harus beli perlengkapan Gym, biar Gue gak perlu datang kesini lagi.” Gumam Maxim.
Maxim menyelesaikan Mandinya tidak sampai lima Menit, ia langsung memakai pakaian ganti nya. Dan merapikan kembali peralatan Mandi dan Pakaian Kotor.
Maxim sudah masuk ke dalam Mobilnya, sebelum melajukan mobilnya. Maxim lebih dulu menghubungi Nanda untuk membelikan Dirinya alat-alat Gym, dan nantinya akan di taruh di salah satu ruang yang masih kosong di Apartemen nya.