Ayra Khansa Adiba Dokter muda yang menjadi korban ke egoisan ke dua orang tuanya, ia hidup sendiri di ibu kota.
ia tak tau kemana ibunya pergi, sedangkan ayahnya sudah hidup bahagia dengan keluarga barunya.
Ayahnya memang bertanggung jawab atas pendidikan dan kehidupan Ayra, namun itu semua tidak di sukai oleh Ibu sambung dan saudara tirinya.
Yang membuat Ayra geram dan jengkel, dan Ayra bertekad untuk mengembalikan, semua uang ayahnya yang di keluarkan untuk membiayai kuliahnya.
Namun satu hal terjadi karena ulah kakak tirinya,yang membuat hidup Ayra berubah,apakah hidup Ayra berubah lebih apa atau malah memburuk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Kusumaningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DCMGA 26
Selesai membantu melahirkan pasien pertama Ayra ingin kembali ke ruangnya, ingin beristirahat sebentar, namun sebelum itu ia mampir ke pantry khusus karyawan dan juga koas, yang menyediakan aneka minuman dan juga makanan ringan.
" Malam Dokter Ayra" sapa salah satu dokter coas.
" malam" Ayra menjawab dengan senyum lebarnya.
Ayra membuat ice coffe, untuk menemaninya begadang, setelah selesai membuat ice coffe dan teh hangat untuk sang suami, Ayra memang ingin belajar menjadi istri yang baik.
" kok dua dok, satunya buat saya ya?" tanya salah satu Dokter bedah terbaik di rumah sakit itu yakni Dokter Yuda yang tak lain adalah sahabat dari Alfarezeel
" ohh ini buat... itu dok buat teman saya, Dokter mau ngeteh juga? saya bisa bikinin sekarang dok?" tawar Ayra.
" Santai saja dok, saya cuma bercanda, saya bisa bikin sendiri kok dok, nanti kalau saya minta tolong Dokter Ayra, saya bisa di keluarin sama Suami Dokter" jawab Dokter Yuda dengan nada santai.
Ayra membelakakan matanya kala mendengar kata- kata suami, padahal di rumah sakit ini belom ada yang tahu jika dirinya sudah menikah kecuali Ayra ,Alfarezeel, Dokter Barra dia juga Zahira.
" tenang... saj...."Pembicaraan mereka terpotong,karena terdengar suara deheman dari arah belakang Dokter Yuda.
"ekhmmm"
Ayra dan Dokter Yuda menoleh ke sumber suara,ternyata Alfarezeel sudah berdiri di belakang Dokter Yuda, dengan memasang wajah datarnya, dan tatapan tajam ke arah Ayra.
" wedehhhh Dokter Chairil Rafai Alfarezeel Sp. jp,Sp.BTKV, tumben banget loe ke pantry, biasanya juga nyuruh orang keluar loe" tanya Dokter Yuda yang tangannya sudah merangkul Alfarezeel.
" emang enggak boleh kalau gue kesini?" tanya balik Alfarezeel.
" Ya boleh sih... enggak ada yang ngelarang loe, ini kan juga punya loe, tapi TUMBEN banget " sahut Dokter Yuda menekankan kata TUMBEN.
" gue cari istri gue" jawab Alfarezeel dengan santai.
Berbeda dengan Alfarezeel, Ayra membulatkan matanya mendengar jawaban suaminya, Ayra takut jika pernikahan mereka di ketahui oleh banyak orang.
" uhhh... silakan Pak Alfarezeel ini istrinya" ujar Dokter Yuda memberi jalan.
" kalau gitu gue duluan ya... lagi gak mood lihat yang romantis kayak gini, kan gue jadi pengen " ujar Dokter Yuda.
" Ya udah sana pergi" usir Alfarezeel pada sang Sahabat.
" Dih mentang- mentang ye loe, okey deh... gue pergi, oh yaa makasih ya dokter Ayra teh nya" ujar Dokter Yuda mengambil teh yang ada di tangan Ayra, lalu pergi begitu saja.
" ehh tapi itu buat gus Al dok" lirih Ayra sambil menunjuk ke arah Suaminya.
" kenapa kamu kasih?" tanya Alfarezeel pada Ayra.
"Aku enggak kasih, Dokter Yuda aja yang langsung ngambil" jawab Ayra.
" Ya sudah itu aja buat berdua, kamu belom makan kan?" Alfarezeel menarik tangan Ayra.
" Gus, lepas gus, kita masih di rumah sakit " lirih Ayra berusaha melepas gengaman tangan suaminya.
Alfarezeel melepas tangan sang istri saat ingin keluar dari pantry, " ke ruangan kamu sekarang" pinta Alfarezeel pada Ayra.
Ayra kemudian berjalan mendahului sang suami,sambil mengumpat suaminya itu,sedangkan Alfarezeel berjalan di belakang Ayra, ia memperhatikan sang istri yang tampak sekali sedang mengumpat dirinya.
Rambut yang di cepol membuat leher jenjang Ayra terlihat, Alfarezeel meneguk ludahnya sendiri ketika melihat leher Ayra, yang begitu putih dan mulus tak ada satu modal setitik pun.
Alfarezeel berjalan mendekat ke arah Ayra dan melepas jepitan yang Ayra gunakan,rambut coklat Ayra tergerai dan Ayra membalikan badannya sambil membenarkan rambutnya.
" Shitt kenapa jadi makin cantik sih" gumam Alfarezeel dalam hatinya.
" kenapa di lepas sih Gus?" tanya Ayra dengan nada kesal.
Alfarezeel melihat sekitar setelah memastikan sepi,Alfarezeel menarik tangan Ayra dan menuju ke ruangan Ayra, setelah tiba di ruangan Ayra Alfarezeel mengunci ruangan Ayra dari dalam..
" kenapa di kunci?" tanya Ayra yang masih berdiri di belakang sang suami.
" emang kamu udah siap kalau pernikahan kita di ketahui orang lain?" tanya Alfarezeel santai kemudian duduk di kursi milik Ayra.
Ayra menggeleng pelan,kemudian duduk di kursi di hadapan Alfarezeel yang biasa di gunakan oleh pasien.
Alfarezeel membuka kardus berisi makanan yang ia pesan tadi, ia menyiapkan makan untuk sang istri, sedangkan Ayra yang tampak lelah ia menggelamkan kepalanya di tangan yang ia taruh di atas meja.
"Lancar tadi?" tanya Alfarezeel .
Ayra mengangkat kepalanya,lalu mengagungk pelan, " Ya Alhamdulillah lancar, walau tadi pasien sedikit panik dan kurang aktif, robekannya terlalu sedikit parah" jawab Ayra menceritakan kejadian tadi pada Sang Suami.
" terus yang dua lagi?" tanya Alfarezeel menyodorkan sendok ke arah Ayra.
Ayra ingin mengambil namun di tahan oleh Alfarezeel, " biar aku yang suapin" ujar Alfarezeel.
Ayra menerimanya dan mulai mengunyah, lalu memandang sang suami yang sikapnya berubah drastis, entah ia harus bahagia atau gimana.
Tapi satu hal yang ia tahu jantungnya kini sangat murahan,hanya di perlakukan seperti ini, jantung Ayra sudah berdegup kencang, hatinya berdebar.
" kenapa ngeliatin kayak gitu? baru sadar yaa kalau suami mu ini ganteng banget" ujar Alfarezeel sambil menaikkan alisnya menggoda Ayra.
" Dih apa sih Gus pede banget, cuma heran aja kenapa sikap gus berubah drastis? " tanya Ayra yang masih mengunyah makanan.
" Emang enggak boleh romantis sama istri? atau kamu memang masih berharap sama mantan kamu?" tanya Alfarezeel menyodorkan kembali sendok berisi nasi ke mulut sang istri.
Ayra memalingkan wajahnya " apasih Gus? kita memang dulu pernah punya hubungan tapi yah namanya juga bukan jodoh, saya enggak sejahat itu merebut apa yang bukan hak saya, lagian tembok kita juga tingga banget" jawab Ayra santai, yang memang sudah menerima jika dirinya dan Lucas tidak bisa bersama.
Setelah itu mereka mengobrol ringan, tak terasa hingga Ayra memakan ,makanan yang di suapi Suaminya hingga habis.
" Alhamdulillah kenyang" gumam Ayra .
" Minum dulu" pinta Alfarezeel menyodorkan sebotol air mineral.
" Habis ini Gus masih ada kerjaan ?" Tanya Ayra .
Alfarezeel menggelengkan kepalanya pelan, sambil membereskan bekas makan sang istri tadi.
" Aku habis ini mau ke pesantren dulu,soalnya besok habis shubuh ada kelas, besok habis kelas aku jemput kamu, jangan kemana- mana sebelum aku jemput " jawab Alfarezeel.
" ehh enggak usah jemput aku bisa pulang sendiri kok, nanti aku pulang ke ruko dulu aja, sambil bantu- bantu farah dan Rissa" sahut Ayra.
" Big no, besok kamu,aku kasih cuti dua hari buat istirahat, kamu itu sakit tuh badannya anget " tolak Alfarezeel sambil mengecek suhu badan sang istri.
Ayra ingin protes namun terhenti karena mendengar suara ketukan pintu dari luar, Ayra dan Alfarezeel saling menatap mata.
" Aduh gimana ini Gus?" tanya Ayra panik.
" Ya buka lah " jawab Alfarezeel dengan entengnya.
" Ye gus ngumpet dulu, biar pada enggak curiga"
Alfarezeel menghela nafas kasar, ia meratapi nasibnya, merepotkan juga harus kucing- kucingan dengan orang lain.
Alfarezeel kemudian bersembunyi di bawah meja sang istri, Ayra menarik nafas panjang, kemudian membukakan pintu.
"Kak Naura"