NovelToon NovelToon
Janji CINTA

Janji CINTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Menikah Karena Anak / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:581.5k
Nilai: 5
Nama Author: syitahfadilah

Memiliki anak tanpa suami membuat nama Cinta tercoret dari hak waris. Saudara tirinya lah yang menggantikan dirinya mengelola perusahaan sang papa. Namun, cinta tidak peduli. Ia beralih menjadi seorang barista demi memenuhi kebutuhan Laura, putri kecilnya.

"Menikahlah denganku. Aku pastikan tidak akan ada lagi yang berani menyebut Laura anak haram." ~ Stev.

Yang tidak diketahui Cinta. Stev adalah seorang Direktur Utama di sebuah perusahaan besar yang menyamar menjadi barista demi mendekatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20~ SAYA BERSEDIA

"Cinta?"

Mama Ratih seketika menggeleng. "Tapi ... saya kan, mengajukan anak saya untuk dinikahkan dengan anak Pak Azka," ucapnya lantang. .

"Maka dari itulah kami datang," sahut papa Azka. "Saya memang ada niat untuk menikahkan anak saya dengan anak Bu Ratih. Dan itu adalah Cinta Aurora Hadiwijaya yang tadi sudah disebutkan anak saya. Bukankah Cinta juga adalah anak Bu Ratih?"

Mama Ratih terbelalak. Jantungnya berdetak dengan cepat dan membuat aliran darahnya terasa mengalir deras. Dalam sekejap penglihatannya serasa berputar. Ia pun seketika ambruk dengan mata terpejam dan wajah pucat.

"Mama!" pekik pak Haris yang panik melihat istrinya tiba-tiba pingsan. Ia pun berjongkok di sisi istrinya itu sambil menepuk-nepuk pipinya.

"Ma, bangun!"

Melihat itu, Aidan selaku sepupu Vano yang seorang dokter tidak tinggal diam. Ia mendekat dan memeriksa keadaan bu Ratih. "Bisa dibawa ke kamar dulu? Biar Bu Ratih bisa istirahat."

Papa Haris mengangguk dan dengan cepat mengangkat istrinya menuju kamar dengan bantuan beberapa orang kerabatnya. Salah satu diantara mereka kemudian memanggil Indri dan memberitahu jika mamanya pingsang. Wanita itu pun panik dan segera menuju kamar orang tuanya.

"Pa, ada apa dengan Mama? Kenapa bisa pingsan begini?" tanya Indri cemas. Ia duduk di samping sang mama dan mengusap keringat di keningnya yang terasa dingin.

Papa Haris tak menjawab, ia sibuk menggosok telapak tangan istrinya menggunakan minyak angin. Perasaannya pun sedang berkecamuk saat ini. Entah bagaimana bisa, Vano justru memilih Cinta.

"Indri, temani Mama kamu sebentar. Papa harus keluar menemui keluarga Vano."

Indri mengangguk, sementara papa Haris pun segera keluar dari kamar.

"Mas, gimana keadaan Bu Ratih?" tanya Jihan pada suaminya.

"Gak apa-apa, cuma syok aja. Istirahat sebentar juga udah baikan," jawab Aidan.

"Syukurlah kalau gak kenapa-kenapa. Tadinya aku memang udah saranin sama kak Vano untuk bawa ambulance juga," sahut Vani.

"Hus!" tegur papa Azka ketika melihat pak Haris kembali.

"Bagaimana Bu Ratih?" tanyanya.

"Belum siuman, tapi ada Indri yang menemani Mamanya," jawab papa Haris. Ia menarik nafas dalam-dalam. "Maaf, Pak Azka. Ini sebenarnya ada apa? Bukankah diawal kita membahas tentang Indri dan Vano. Lalu kenapa sekarang justru Cinta yang kalian pilih?"

"Memangnya kenapa, Pak?" tanya Vano. "Siapapun yang menjadi pilihanku bukankah itu sama saja, karena keduanya sama-sama anak Pak Haris."

"Bukan begitu, Nak Vano. Saya cuma bingung saja, saya pikir kalian bermaksud untuk melamar Indri. Jika memang Cinta yang ditujukan, kenapa tidak membahasnya dari awal?"

Papa Azka beranjak dari tempat duduknya. "Maaf, Pak Haris. Apa kita bisa berbicara berdua saja di tempat lain? Ada yang ingin saya sampaikan, ini mengenai Vano dan Cinta."

Papa Haris mengangguk, kemudian mengajak pak Azka menuju ruang kerjanya.

Sementara itu di kamarnya. Mama Ratih sudah mulai siuman. Indri segera mengambil air minum di atas meja dan memberikan pada mamanya.

Setelah membasahi tenggorokannya, mama Ratih menghela nafas panjang sambil bersandar di tempat tidur dengan wajah pucat. Bukan karena sakit, melainkan karena merasa malu.

"Ma, ini ada apa? Kenapa Mama tiba-tiba pingsan?" tanya Indri.

Mama Ratih menatap putrinya. "Indri, ini gawat! Tadi yang disebut Vano itu adalah Cinta, bukan kamu. Yang mau dia lamar itu Cinta, Ndri. Bukan kamu!"

"Apa?" Indri tercengang. "Ma, jangan bercanda. Mereka saja tidak saling kenal, bagaimana justru Cinta yang Vano pilih." Ia tampak tak percaya.

"Tapi itu kenyataannya, Ndri. Vano ingin melamar Cinta, itu yang buat Mama syok sampai pingsan tadi."

Indri menggeleng. Rasanya tak percaya, tapi mamanya tidak mungkin berbohong disaat seperti ini. Namun, mengingat jika hari ini Cinta juga akan ada yang melamar, apakah itu artinya ... benar yang dikatakan mamanya? Wajah Indri pun seketika pias.

Keluarga dari pihak laki-laki masih setia menunggu. Mereka memberi waktu bagi bu Ratih untuk beristirahat. Setidaknya, sampai kondisinya lebih baik.

Papa Haris yang telah selesai berbicara dengan pak Azka langsung menuju kamarnya untuk memeriksa keadaan istrinya. Anak dan istrinya itu sedang mengobrol saat ia datang.

"Mama sudah baikan? Lamarannya mau dilanjut, gak enak sama keluarga Pak Azka kalau menunggu terlalu lama," ucap papa Haris menatap istrinya.

"Enggak, Pa! Lebih baik lamarannya tidak dilanjutkan kalau untuk Cinta. Dia itu janda bukan tapi punya anak. Cinta sama sekali gak pantas bersanding dengan keluarga Pak Azka. Jangan sampai dia membuat kita malu nanti. Kenapa lamarannya bukan untuk Indri saja? Indri sudah jelas layak. Bukan cuma berpendidikan, dia juga cantik dan tentunya masih gadis!" tutur mama Ratih panjang lebar.

Papa Haris menghela nafas berat. "Tapi mereka kemari untuk melamar Cinta, bukan Indri!" tegasnya.

"Pa, kenapa jadi seperti ini?" tanya Indri dengan suara serak menahan tangis. "Bukankah seharusnya aku yang dilamar sama Vano, tapi kenapa malah jadi Cinta yang dilamar?"

"Indri, maafkan Papa. Tapi memang seperti itulah kenyataannya, yang diinginkan Vano itu adalah Cinta." Sekali lagi, papa Haris menghembuskan nafas berat kemudian menghampiri istrinya. Dengan sedikit paksaan mengajaknya kembali ke ruang tamu.

Indri pun turut mengikuti kedua orangtuanya. Rasanya ia masih tak percaya dengan ini semua dan harus memastikannya sendiri. Tapi ia tidak sampai ke ruang tamu, melainkan hanya menyaksikan dari kejauhan.

Proses lamaran pun kembali dilanjutkan. Semua orang kembali duduk dengan tenang di tempatnya masing-masing.

Om Raka selaku juru bicara keluarga Atmajaya melirik ke sekeliling ruangan. Sejak tiba di rumah itu ia tidak melihat keberadaan wanita yang akan dilamar oleh keponakannya. Bahkan saat bu Ratih pingsan tadi, wanita itu juga tak terlihat.

"Maaf, Pak Haris. Apa bisa Nak Cinta dihadirkan disini untuk menyaksikan langsung bagaimana prosesi lamarannya."

Papa Haris mengangguk, kemudian melirik salah satu kerabatnya. "Tolong panggilkan Cinta."

Wanita sesuai mama Ratih itupun segera beranjak dari tempat duduknya dan langsung menuju kamarnya Cinta. "Ayo, kamu dipanggil keluar," ujarnya setelah baru saja masuk ke kamar Cinta.

"Memangnya keluarga laki-laki yang akan melamar ku sudah datang?" tanya Cinta.

"Sudah, dan sudah sempat bikin huru hara tadi."

Cinta seketika cemas, entah keributan apa yang sudah terjadi diluar tanpa ia ketahui. Apakah Stev dan keluarganya dihina dan mereka membela diri sehingga terjadi keributan.

"Udah, Cinta. Jangan kebanyakan mikir, ayo cepat. Semua orang sudah nungguin kamu!"

"Iya," ujar Cinta lalu menoleh pada mbok Darmi. "Aku keluar dulu ya, Mbok, titip Laura."

"Iya, Non. Bismillah, semoga lancar."

Cinta mengangguk, ia pun segera mengikuti kerabatnya itu menuju ruang tamu. Ia berjalan dengan pandangan tertunduk.

Perhatian semua orang pun langsung tertuju padanya dan membuat seluruh dari pihak keluarga laki-laki seketika berdecak kagum menatapnya.

"Masya Allah," ucap beberapa keluarga Vano yang baru pertama kali melihat Cinta.

Vano mengembangkan senyum menatap pujaan hatinya yang baru saja bergabung diantara mereka. Hatinya seketika terasa menghangat melihat Cinta mengenakan gamis putih lengkap dengan hijab sesuai seperti permintaannya.

Sementara Cinta masih menunduk. Sesekali memberanikan diri menatap beberapa orang yang ada di ruangan itu. Saat melihat om Azka dan tante Kinan duduk mengapit Stev, hatinya dipenuhi pertanyaan. Bagaimana bisa laki-laki yang akan melamarnya, justru ada bersama kedua orang tua dari laki-laki yang akan melamar Indri.

"Sudah tahu, belum. Kalau itu orang tuanya calonmu?" bisik salah satu kerabatnya.

Cinta yang terkejut lantas menoleh menatapnya. Namun, ia tak berani membuka suara dihadapan orang banyak.

"Bukan. Itu orang tua dari laki-laki yang akan melamar Indri. Aku sudah bertemu mereka beberapa hari lalu saat diundang Papa makan malam disini," balas Cinta berbisik.

"Sepertinya kamu yang keliru. Jelas-jelas kami semua tadi mendengar kalau mereka itu orang tua dari calon kamu. Namanya Stevano, kan?"

Cinta tercengang, ia lantas beralih menatap Stev yang terlihat tersenyum padanya. Sebenarnya ini ada apa, ia bertanya-tanya dalam hati. Stev, laki-laki yang akan melamarnya itu hanya seorang barista sepertinya, sedangkan sepasang suami istri yang duduk di sisi kiri dan kanannya itu berasal dari keluarga konglomerat yang tempo hari diakui Indri sebagai orang tua dari laki-laki yang akan melamar saudari tirinya itu.

"Berhubung Nak Cinta sudah ada di sini. Acara lamaran jadi bisa kita lanjutkan kembali," om Raka kembali membuka suara. "Untuk kali ini saya serahkan pada Pak Azka selalu Ayah dari pihak laki-laki."

Papa Azka tersenyum menatap Cinta yang duduk di samping pak Haris. "Sebelumnya, terima kasih atas sambutan hangatnya. Tujuan kedatangan kami sekeluarga adalah untuk meminang putri Pak Haris dan Bu Ratih yang bernama Cinta Aurora Hadiwijaya, untuk anak kami yang bernama Stevano Atmajaya. Semoga Pak Haris dan Bu Ratih berkenan, dan dengan adanya hari ini membawa berkah untuk kita semua."

"Amiin," sahut semua orang yang ada di ruangan itu.

Cinta semakin tercengang, kali ini memberanikan diri menatap Stev dengan lekat. Jadi, selama beberapa bulan ini pria itu hanya berpura-pura menjadi barista.

Pertama kali bertemu Stev, saat pria itu datang ke cafe dan memesan kopi. Beberapa hari setelahnya Stev datang lagi dan melamar menjadi barista. Ia sama sekali tidak curiga asal usul pria itu. Dan kini yang menjadi pertanyaan dalam benaknya. Kenapa Stev harus menyembunyikan identitasnya?

"Nak Cinta, apakah kamu bersedia menerima lamaran anak kami, Stevano Atmajaya?" tanya om Raka.

Untuk beberapa saat, Cinta masih terdiam. Terkejut dengan keadaan sebenarnya membuatnya hampir tak bisa berkata-kata.

"Sa-ya ... bersedia," ucapnya kemudian terdengar lirih dan terbata-bata.

"Alhamdulillah." Semua orang seketika berseru kecuali bu Ratih.

Tak jauh dari sana. Indri mengepalkan kedua tangannya menahan amarah dan malu yang seakan meledak di hati. Ketika akan berbalik pergi, ia ambruk. Kali ini dirinyalah yang pingsan.

"Indri!" pekik salah satu kerabatnya yang melihat Indri tiba-tiba pingsan.

Semua orang pun menatap kearah Indri.

"Tuh, kan, seharusnya kita memang bawa ambulance juga tadi," ucap Vani sambil geleng-geleng kepala.

1
🌷💚SITI.R💚🌷
Alhamdulillah, selamat vecin sdh punya jagoan.
kaila
lanjut kak
Sugiharti Rusli
karena putaran waktu sekarang sangat cepat, dan pada saatnya Laura dewasa dan Vano harus memenuhi janjinya ke si Evan
Sugiharti Rusli
semoga dengan kelahiran putra ke-2 Vano dan Cinta, membuat ikatan pernikahan mereka semakin erat yah dan Laura juga ga terabaikan,,,
dewi: dan vano jg hrs cerita sm cinta tentang kesepakatan nya dng evan saat laura besar nanti
total 1 replies
Sugiharti Rusli
setiap rumahtangga akan ada ujiannya masing" sih yah
Dwi Rustiana
Hhhmmm pembalasan si curut dimulai kira2 sie boneka Annabelle mau diapain ya 🤔🤔🤔
Nurlinda: aku mau kasih tau sesuatu, tpi ini rahasia wkwkwwk
total 1 replies
amilia amel
moga aja setelah ketemu dengan Indri, Evan jadi luluh dan memaafkan Indri bahkan nantinya berjodoh dengan Indri
LANY SUSANA
awas km jatuh cinta lo Evan
dari benci jadi cinta /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Sugiharti Rusli
cuma kalo Evan nekad melakukan sesuatu ke Indri, apa ga nanti si Cinta akan marah dan membenci dirinya, sepertinya ga mengetahui hubungan antara Cinta dan Indri yang kakak-adik satu ayah,,,
Sugiharti Rusli
papa Harris patut curiga dengan kedatangan Evan yang menanyakan tentang si Indri sih yah,,,
Sugiharti Rusli
apa Vano akan menceritakan hasil pembicaraannya dengan Evan tentang masa depan Laura kelak yah🤔🤔
Sugiharti Rusli
waduh apa yang akan si Evan rencanakan ke si Indri nih nanti,,,
kaila
lanjut
Rafly Rafly
baru di gertak gitu saja udah ngepret... kamu harus berani Vano...kalo perlu bantai di Evan
Rina
Kamu mau ngapain Evan , semoga kamu gak melakukan hal yang akan merugikan kami ya 🫢🫢🫢
Puji Ustariana
semoga setelah bertemu dengan indri hati evan di lembutkan jangan ada dendam evan gak ada habisnya klo soal dendam kecuali dengan ke ikhlasan
Puji Ustariana
jangan" evan akan membuat indri susah entah itu utk indri pribadi ato akan menyangkut dengan cinta dan vano semoga aja evan tidak jahat biarkan indri sepertinya dia sudah bertobat
Ilfa Yarni
waduh alarm bahaya ini
Aditya hp/ bunda Lia
waaah ...si Evan wajib di santet ini mah gemes pengen numpuk pake batu satu karung ...
Yuliasih
Vano damai dg pak haris,,, evan ga bisa damai kayaknya sama Indri,,, apa kbr Indri udah baikan sama Cinta??,,, lupa lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!