NovelToon NovelToon
Menantu Ibu

Menantu Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Nikah Kontrak / Mengubah Takdir
Popularitas:203.9k
Nilai: 5
Nama Author: Me Nia

Kontrak kerja Tya di pabrik garmen akan segera berakhir. Di tengah kalut karna pemasukan tak boleh surut, ia mendapat penawaran jalur pintas dari temannya sesama pegawai. Di hari yang sama pula, Tya bertemu seorang wanita paruh baya yang tampak depresi, seperti akan bunuh diri. Ia lakukan pendekatan hingga berhasil diajak bicara dan saling berkenalan. Siapa sangka itu menjadi awal pilihan perubahan nasib. Di hari yang sama mendapat dua tawaran di luar kewarasan yang menguji iman.
"Tya, maukah kau jadi mantu Ibu?" tanya Ibu Suri membuyarkan lamunan Tya.
"HAH?!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 Sepakat Tanggal

Matahari belumlah mencapai puncak tertinggi. Tetapi hawa panas kota Bekasi sudah terasa di jam sebelas kurang sepuluh menit ini. Dengan kipas angin, dan membuka seluruh jendela, cukup ampuh memberi rasa adem di dalam rumah yang sedang membahas tentang tanggal pernikahan.

Setelah Tya pamit, kursi panjang di teras depan menjadi tempat tujuannya. Ia duduk lebih dulu di ujung kiri. Diaz menyusul kemudian dan duduk di ujung kanan. Jarak kosong diantara keduanya hanya 30 cm.

"Ada apa?"

"Mas Diaz bawa hp? Coba cek tanggal 24 hari apa?"

Diaz berdiri dulu. Merogoh ponsel yang ada di saku celana. Dengan cepat membuka layar ponsel. "Hari Selasa. Emang kenapa?"

"Aku nggak bisa. Itu kan hari kerja. Kontrak kerjaku tinggal sebulan ini lagi. Kalau nikahnya bulan depan sih aman. Statusku udah pengangguran." Tya menjelaskan dengan suara pelan.

"Resign aja."

"Mas Diaz enteng banget kalau ngomong." Tya mengerucutkan bibir. "Ini bulan terakhir kerjaku. Lagian mana mungkin bisa resign kan aku karyawan kontrak. Udah tandatangan surat perjanjian kontrak kerja selama dua tahun. Kalau dilanggar ya kena pinalti."

"Nothing impossible kalau aku yang turun tangan." Diaz mencondongkan badan untuk menjangkau telinga Tya agar bisa berbisik. "Dengar, Tya. Mumpung ayahku yang minta kita segera nikah. Aku harus jadi anak penurut. Ini akan memuluskan misi kita selanjutnya. Soal resign, sekali lagi, biar aku yang urus. Kau kerja sampai Jumat besok aja. Kemungkinan sebelum hari H kita akan sering ketemu untuk urusan persiapan nikah dan ketemu keluarga Mama Selly."

Tya mengernyit. "Mama Selly itu siapa?"

"Istri kedua Ayah. Minimal dua bulan sekali, kita selalu ada agenda makan bersama, kumpul satu meja. Tujuan Ayah biar kita semua akur. Iya di depan Ayah wajah kami manis semua, di belakang ya...perang dingin."

"Ohhh."

"Ini baru secuil bocoran tentang keluargaku. Nanti kalau udah nikah, aku atau mungkin Ibu yang akan cerita banyak. Udah setuju berarti ya untuk tanggal nikah?"

"Eh, belum. Kalau aku resign, gak terima gaji dong. Bulan ini mesti bantu Kak Bisma bayar bunga sebelum Ibu Suri janji mau tebus sertifikat rumah ini."

"Aku akan ganti rugi. Nanti kirim aja nomor rekeningnya."

"Nah...kalau gini kan enak. Makasih sebelumnya." Tya mengedipkan mata, lalu cengengesan.

"Matre." Diaz menarik satu sudut bibir membentuk senyum sinis.

"Salah, bos. Ini namanya realistis. Kau punya keinginan, kau yang harus berani berkorban. Udah yuk masuk." Tya bersiap berdiri tapi bahunya ditekan oleh Diaz.

"Lihat lewat kaca. Itu yang satunya yang punya warung bukan sih. Ada di lantai dua yang rumahnya seberang jalan warna abu."

Tya menoleh dengan menyamping ke arah kaca jendela mati yang ada di belakang kursinya. Matanya melebar. "Iya itu Mpok Iyam sama Mbak Susi yang punya rumah. Ya Ampun! Sejak kapan mereka nonton kita. Mas...sedari tadi kita kelihatan romantis atau tegang kayak debat pilpres?"

"Yang jelas nggak ada manis-manisnya. Aku punya ide."

"Apa?"

"Bulu matamu yang kiri ada yang jatuh. Aku minta izin untuk mengambilnya. Biar Mereka melihat kita romantis."

"Romantis ya. Hihihi. Jadi geli deh." Tya terkikik pelan.

"Cepetan diizinin tidak? Kita harus segera masuk. Kelamaan ninggalin yang di dalam." Diaz menggeram. Kali ini bukan karena kesal, tetapi gemas.

"Iya deh silakan, bos. Tunjukkan skill Anda sebagai aktor pro."

"Bawel."

Diaz mencomot selembar bulu mata yang ada di dekat hidung Tya sambil melempar senyum manis dan tatapan lembut.

Tapi respon Tya malah tak kuat menahan tawa yang akhirnya tertawa-tawa pelan sampai bahu terguncang-guncang. Ia tertawa karena merasa tindakan yang terjadi sungguh konyol dan menggelikan."

"Stres." Diaz geleng-geleng kepala.

"Emang. Nanti siap-siap kau akan ketularan stres ya. Bye." Tya beranjak lebih dulu. Bergegas masuk lagi ke dalam rumah.

Diaz pun beranjak usai senyum kecilnya habis. Mulai merasa menyenangkan berinteraksi dengan Tya. "Ini anak boleh juga jadi partner akting."

***

Tanggal pernikahan sudah disepakati kedua belah pihak yaitu tanggal 24 Oktober. Hilman dan Suri pamit pulang lebih dahulu usai menikmati jamuan makan. Diaz mengantar sampai teras. Ia harus bertahan dulu di rumah Tya atas briefing ibunya tadi pagi.

"Dis, masa dari tadi gua nggak dikenalin sama calon istrimu. Tega lo." Devan melipat kedua tangan di dada. Merasa bebas berbicara setelah mobil orang tua Diaz tak lagi ada di pekarangan, setelah kakaknya Tya masuk ke dalam rumah.

"Tya, kenalin sahabat aku. Panu." Ucap Diaz dengan santai.

"Hah. Siapa, Mas?" Tya bertanya ulang karena takut salah pendengaran.

"Nggak salah dengar kok. Namanya Panu."

"Devan, Tya. Namaku Devan. Panu itu nama gaul bikinan dia aja. Kalau Diaz tuh nama aslinya Kudis. Pengen keliatan gaul jadinya Diaz. Maklum dia itu anak gaul Jaksel."

"Sembarangan." Diaz menoyor bahu Devan.

Tya menahan tawanya dengan melipat bibir. "Namanya bagus ya. Kudis dan Panu. Ada teman bernama Kurap juga tidak?"

"Nggak ada. Ada juga nama-nama hewan. Kalau nanti Kudis mau kenalin kamu ke teman-temannya, pasti bakal dengar nama-nama yang menggelikan."

"Nggak akan. Gimana kalau nanti ada yang naksir sama calon istriku. Bikin repot."

Tya memasang ekspresi tersipu malu. Ia punya prinsip harus bisa mengimbangi totalitas akting Diaz.

Sekitar empat puluh menit kemudian, Diaz pamit pulang. Tya selayaknya pasangan, mengantar hingga ke teras depan. Menutupkan pintu pagar setelah mobil Rubicon hilang dari pandangan. Ia menatap dulu balkon lantai dua tetangganya yang ada di seberang jalan. sudah tak terlihat lagi ada orang.

Tya mengembuskan napas. Masih ada ganjalan yang ingin dibahas dan ditanyakan pada Diaz, tapi situasi dan kondisi tidak memungkinkan. Harus membahas di luar rumah atau lewat chat.

"Tante, ini apa isinya? Buka dong, Tante." Nesha menepuk-nepuk kotak hantaran yang berjajar di meja.

"Nggak ah. Anak kecil dilarang kepo." Tya sengaja menggoda keponakannya itu.

"Ih, Tante nggak boleh pelit. Nanti aku bilangin sama Joko. Biar Tante Tya dipatok."

Tya tertawa. Sebenarnya ia juga penasaran apa isi di dalam lima kotak hantaran itu. Satu persatu mulai diturunkan ke karpet. Bisma dan Susan juga tampak menunggu.

Dan ternyata, isi di dalam kotak itu semuanya menakjubkan. Sepasang sepatu, sepasang sandal, sebuah gaun, setelan rok dan blouse, serta dompet. Semuanya bermerek premium.

"Dek, beruntung sekali dapat calon suami dan camer yang baik." Susan memuji dengan spontan. Tak ada raut iri, justru ikut senang.

"Kalau Bunda nggak beruntung ya dapat Ayah. Maaf ya, belum bisa ngasih kemewahan." Bisma tersenyum getir.

"Ih Ayah jangan salah paham. Bunda nggak lagi banding-bandingin. Duh, gimana ini..." Susan mendadak gelagapan dan was-was. Sungguh tak ada maksud menyindir suaminya.

Bisma berubah tersenyum lebar. Merengkuh bahu Susan yang duduk di sisi kanannya. "Just kidding, Bun. Ayah tahu Bunda masih sabar hidup sederhana begini. Ayah lagi usahakan perubahan nasib. Sabar ya sebentar lagi."

"Jangan terlalu ngoyo, Yah. Kita tidak kekurangan makan, cuma belum belum bisa membeli keinginan. Dan itu nggak penting. Yang penting kasih sayang Ayah nggak berkurang sama Bunda dan Nesha."

"Huamm. Aku memang nggak cocok nonton film drama, suka ngantuk. Sukanya yang tembak tembak dor dor dor." Tya sengaja menginterupsi adegan saling tatap pasangan suami istri yang tampak hangat itu. Alhasil, mendapat lemparan kacang sukro dari sang kakak yang berhasil ditangkapnya dengan mulut terbuka. Langsung dikunyah.

1
🇮🇩My_AS4🇵🇸
🤣🤣🤣 kesenjangan kasta, sa ae teh othor nih
🇮🇩My_AS4🇵🇸
hmmm buat obat stress, suatu saat nnti Tya bakal jadi obat segalanya utk mas Diaz 🤭
Entin Wartini
hukumannya apa tuh mas diaz
Rahma Inayah
hukumannya pasti cium km tya🤭🤭
bundanya Fa
modusmu mas.... pasti nanti hukumannya yg aneh2 gitu.
bundanya Fa
penurut sambil mikirin strategi berperang. 🤭
bundanya Fa
ibu suri kepo. 🤣🤣🤣
tidur bareng itu maunya ibu suri kaaan.... sabar ya ibu. 🤭
bundanya Fa
lari kayak dikejar setan beneran kan tya.... setannya mas dias. 🤣🤣🤣🤣
bundanya Fa
malam pertama sdh mulai muncul hilal cintanya ke tya kaaan....
bundanya Fa
haha... siksp terbukanya tya nih juga bikin dag dig dug dias.😄😄
astri chan
haduhhh bacanya nanti apa ya kalau udah banyak
Mamah Eneng
hukumnya pasti di cium🤭
Dhesy Echa
cium🤣🤣🤣
mamak"e wonk
suka dgn karakter tya
Wiwi Nurwiyah
jangan biling hukuman nya dicium🤭
Wiwi Nurwiyah
😄😄😄😄😄👍👍
Wiwi Nurwiyah
boleh ketawa lebar gak tya?
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Wiwi Nurwiyah
diratukan mertua ini mah ceritanya😄🤭🤭🤭
Hera Wati
selalu suka alur ceritanya thanks ka nia
Wiwi Nurwiyah
joko selalu dihati,,,,kudis aja kalah🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!