Menjadi seorang dokter adalah cita-cita dari seorang Hana Aulia. Ia diberkahi wajah yang cantik dan otak cerdas, sehingga ia terima di salah satu Fakultas Kedokteran di salah satu Universitas yang terkenal.Suatu hari ibu Hana sakit dan tidak memungkinkan lagi untuk bekerja. Hana pun mengambil sebuah keputusan yang besar dalam hidup nya, ya dia terpaksa bekerja menjadi ART di sebuah keluarga yang kaya raya demi bisa melanjutkan kuliahnya kembali yang sudah semester akhir.
Aditya Wisnu adalah seorang pemuda tampan yang menganggap pernikahan adalah hal terakhir yang akan terpikir dalam hidupnya.Di usianya yang sudah memasuki 30 tahun belum ada satu wanita pun yang mampu menaklukan hatinya yang dingin, Tapi tidak demikian dengan mamanya yang selalu mendesak ia untuk segera menikah. Selalu berusaha mencarikan istri untuk putra bungsunya itu.
Akankah Hana bisa melanjutkan kuliah nya? apakah Aditya menemukan wanita yang bisa mengubah prinsip hidupnya dan mencairkan hatinya yang dingin?...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Melya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 Ibu sakit
Seorang gadis tampak sedang duduk di pojok rumah sakit yang tidak jauh dari ruangan UGD, dia hanya memandang kosong ke depan melihat Orang-orang yang berlalu lalang di Koridor rumah sakit.
Lamunan nya dibubarkan oleh suara tangisan dari ruang UGD. Ingatannya langsung teringat kejadian empat hari yang lalu, ibunya juga berada dalam ruangan itu. Alhamdulillah kemarin ibunya telah di pindahkan ke ruangan perawatan.
"Hana...! " ia menolehkan wajahnya melihat kearah suara yang memanggilnya.
"Bibi... kapan datang? " tanya Hana lembut. Wanita itu langsung memeluk Hana, "maafkan bibi baru bisa datang menjenguk ibumu," lanjut wanita itu.
" Tak Apa-apa bi, Hana senang bibi sudah bisa datang untuk menjenguk ibu," Jawab Hana sambil tersenyum dan melepaskan pelukannya.
Ya...wanita itu adalah bibi Hana, selain ibunya bibi adalah orang kedua yang paling dekat dengan Hana. Semenjak ayah Hana meninggal bibi lah orang yang selalu membantu keluarga Hana. Bibi satu-satunya saudara yang Masih di miliki ibu. Bibi sangat menyayangi Hana dan adik - adiknya, karena bibi memang tidak memiliki anak. Suami bibi sudah lama meninggal, tetapi beliau tidak mau menikah lagi. keputusan yang sama di ambil oleh ibu ketika ayah meninggal beliau memutuskan untuk membesarkan kami seorang diri.
Hana dan bibi memang jarang sekali bertemu karena beliau bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Jakarta, bibi sangat betah bekerja di sana karena majikannya sangat baik walaupun mereka orang yang sangat kaya raya begitu kata bibi. Bibi sudah mengabdi di keluarga iu lebih kurang sudah 30 tahun.
"Bagaimana keadaan ibumu sekarang ?" tanya bibi.
"Ya... begitu la Bi, sekarang ibu sudah sadar dan sudah bisa di ajak bicara," jawab Hana sedih.
"Apakah sakitnya bertambah parah? ibumu itu keras kepala dari dulu dokter sudah bilang kalau dia sudah tidak bisa bekerja terlalu keras lagi, " lanjut bibi mendudukkan tubuhnya samping Hana.
" Semua salah Hana, Bi. Seharusnya Hana tidak usah melanjutkan kuliah, Hana bekerja membantu ibu saja di warung, mungkin keadaan ibu sekarang tidak akan begini, " ucap Hana mulai terisak.
" Tidak sayang... jangan menyalahkan dirimu," jawab bibi sambil memeluk Hana. " Itu sudah kehendak Allah SWT, sekarang kita pikirkan bagaimana caranya agar pengobatan Ibumu bisa berjalan dengan baik, " lanjut bibi sambil mengusap-usap punggung Hana dengan penuh kasih sayang.
" Ibu harus cuci darah setiap 2 minggu sekali Bi, tentu itu butuh uang yang banyak, walaupun ibu memiliki asuransi kesehatan tapi itu tidak akan cukup. Belum lagi angsuran asuransi, biaya sekolah Lana dan Raska, Hana pusing Bi jika terpikir semua itu, " ucapnya sambil memegang kepalanya.
"Kamu juga harus melanjutkan kuliahmu, kan hanya tinggal satu semester lagi untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteranmu. ibumu pasti akan sedih kalau kamu tidak melanjutkan kuliahmu, hanya kamu harapan ibumu satu-satunya agar adikmu juga dapat melanjutkan kuliahnya," lanjut bibi.
"Kita akan mencari jalan keluarnya agar kita bisa keluar dari permasalahan ini, sekarang hantar bibi menemui ibumu dulu, " ucap bibi sambil berdiri.
kami berjalan beriringan memasuki kamar rawat ibu, ternyata ibu masih tertidur seperti waktu Hana tinggalkan tadi. Bibi mendekati ibu dan mengusap rambut ibu dengan lembut. Aku hanya tersenyum melihat pemandangan ini. Aku juga harus bisa menyayangi kedua adikku seperti Ibu dan bibi masih sangat peduli di usia mereka yang sudah tidak muda lagi.
.
.
.
.
Bersambung