Kisah tentang seorang gadis yang cantik dan lembut, ia harus menjalani hari-harinya yang berat setelah kepergian kakak perempuannya. Anak-anak yang harus melakukan sesuai kehendak Ibunya. Menjadikan mereka seperti apa yang mereka mau. Lalu, setelah semuanya terjadi ibunya hanya bisa menyalahkan orang lain atas apa yang telah dilakukannya. Akibatnya, anak bungsunya yang harus menanggung semua beban itu selama bertahun-tahun. Anak perempuan yang kuat bernama Aluna Madison harus memikul beban itu sendirian setelah kepergian sang kakak. Ia tinggal bersama sang Ayah karena Ibu dan Ayahnya telah bercerai. Ayahnya yang sangat kontras dengan sang ibu, benar-benar merawat Aluna dengan sangat baik. **** Lalu, ia bertemu dengan seorang laki-laki yang selalu menolongnya disaat ia mengalami hal sulit. Laki-laki yang tak sengaja ia temui di gerbong Karnival. Lalu menjadi saksi perjalanan hidup Aluna menuju kebahagian. Siapa kah dia? apakah hanya kebetulan setelah mereka saling bertemu seperti takdir. Akankah kebahagian Aluna telah datang setelah mengalami masa sulit sejak umur 9 tahun? Lika liku perjalanan mereka juga panjang, mereka juga harus melewati masa yang sulit. Tapi apakah mereka bisa melewati masa sulit itu bersama-sama? *TRIGGER WARNING* CERITA INI MENGANDUNG HAL YANG SENSITIF, SEPERTI BUNUH DIRI DAN BULLYING. PEMBACA DIHARAPKAN DAPAT LEBIH BIJAK DALAM MEMBACA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sugardust, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Birthday Date
BAB 26
Masa-masa yang indah saat kelas satu SMA itu membuatku terus teringat, dimana jiwa muda kami masih begitu segar dan berapi-api. Masa sekolah yang ingin aku ulang kembali terus-menerus, andai aku bisa menghentikan waktu atau mengulang waktu. Permulaan yang diawali bak neraka bagiku, berakhir dengan bahagia, meski belum tentu. Tapi hal ini sudah cukup bagiku. Aku tidak ingin lebih, meski aku menginginkannya.
Dengan membuang semua masa laluku yang buruk dan memulai dengan kehidupan yang baru, bahwa aku tidak pantas mendapatkan hinaan, ejekan dan status sebagai pembunuh. Aku harus merubah jalan hidupku sendiri. Melewati masa-masa sekolah dengan hadirnya orang-orang baik disekitarku. Seterusnya akan terus begitu, semoga.
Bahkan, saat di kelas dua SMA, aku sudah jarang mendapatkan perundungan. Hanya saja, saat Clarissa mengetahui aku berpacaran dengan Jaeden. Clarissa tidak terima akan hal itu. Dia selalu mengatakan bahwa aku tidak pantas dengan Jaeden, bahwa aku telah merebut apa yang seharusnya dimilikinya. Dia selalu berbicara hal omong kosong dan selalu menjelekkanku. Lalat seperti itu selalu saja mengganggu, ketika kita berusaha memukulnya dia akan kembali mengganggu, tapi setelah kita berhasil memukulnya hingga mati, dia tidak akan bisa berkutik. Suatu hari, aku kutunjukkan bagaimana cara membunuh lalat yang mengganggu itu.
Di kelas dua SMA, kami terpisah. Aku tidak sekelas dengan Jaeden, Chloe dan Edelyn. Kami terpisah menjadi beberapa kelas. Tapi, kami masih pergi ke kantin bersama, sedangkan dengan Jaeden, kami hanya sesekali makan bersama di kantin. Hanya saja, kami selalu pulang bersama. Jadi, tidak makan bersama di kantin tidak menjadi masalah bagiku.
Rutinitas yang biasa dia lakukan adalah mengantarkanku pulang. Padahal pemberhentian halte kami berbeda, tapi dia tetap bersikeras untuk mengantarkanku pulang. Bertemu saat hari libur sekolah, saat hari libur pun bahkan kami sering pergi bersama. Seperti, melakukan aktivitas yang pasangan biasanya sering lakukan bersama di akhir pekan. Makan bersama, pergi menonton bioskop, bahkan pergi ke Karnival bersama di akhir pekan, pergi ke pantai dan pergi ke taman. Kami lakukan hanya berdua.
Dua tahun telah berlalu, aku menjalani hari-hari seperti biasa. Aku masih sering bepergian bersama teman-teman bahkan hanya dengan Jaeden ke Karnival. Kehidupan sekolahku sangatlah menyenangkan sekarang, dibandingkan dengan kehidupan sekolahku yang dulu, kelam dan tidak punya kenangan indah. Tak terasa waktu terus berjalan dan kami pun sudah kelas tiga, di kelas tiga akan semakin sedikit waktu kami untuk bermain, karena kami harus mempersiapkan diri untuk ujian akhir semester dan ujian masuk perguruan tinggi.
Keputusan yang telah kami buat jauh-jauh hari sebelum hari itu tiba. Aku, Katrina dan Chloe memutuskan untuk masuk ke Universitas negeri di pusat kota. Karena ini negeri, kami harus berjuang semaksimal mungkin untuk dapat masuk kesana. Lalu, Edelyn akan melanjutkan pendidikannya di luar negeri, dia telah mendiskusikan dengan ibunya. Sedangkan Jaeden belum memutuskan sama sekali, tapi pamannya bilang bahwa dia harus melanjutkan kuliah di luar negeri. Sampai hari itu tiba, akankah kami akan terus bersama atau mungkin kami akan semakin jauh.
Hubungan jarak jauh itu sulit bagi sebagian pasangan. Mungkin saja kami kuat, mungkin saja kami tidak. Jika komunikasi lemah dan mulai saling tak percaya, biasanya orang-orang yang melakukan long-distance relationship (hubungan jarak jauh/ldr) akan gugur. Tapi aku yakin bahwa kami akan baik-baik saja, mengingat hubungan kami telah berjalan dua hampir tiga tahun lamanya. Aku sangat berharap pada hubungan ini. Tapi aku juga semakin gugup jika waktu semakin mendekat.
Waktu belajar yang merenggut waktu kebebasan kami, kami tidak bisa lagi bersantai-santai dan terus pergi bermain. Meskipun sesekali kami pergi sekedar makan bersama. Aku juga sudah jarang pergi ke Karnival, terakhir aku pergi itu dua bulan yang lalu. Karena kelas tiga benar-benar mengambil kebebasan waktuku. Aku harus berusaha kuat untuk mendapatkan beasiswa agar tak terlalu merepotkan ayah, ayah akan semakin menua dan tak kuat lagi untuk pergi bekerja hingga harus berlembur.
Hari ini, Jaeden mengajakku untuk pergi berkencan ke pusat kota. Karena sebentar lagi kami akan melakukan ujian tengah semester, jadi dia mengajakku untuk meregangkan otak terlebih dahulu sebelum benar-benar menghadapi kenyataan di depan mata nanti. Aku tengah bersiap-siap, karena pada jam 12.00 siang, Jaeden akan menjemputku. Dia sudah mendapatkan surat izin mengemudi, karena kini dia sudah berusia delapan belas tahun.
Pesan masuk yang mengirimiku kabar, bahwa dia sudah sampai di depan rumahku. Aku buru-buru turun ke bawah dan menyapanya. Pamannya membelikannya motor untuk Jaeden saat dia menginjak usia delapan belas tahun.
“ Sudah siap tuan putri? ucapnya.
“ Iya aku sudah siap”
“ Ayo gunakan helmnya dan naiklah”
“ Baik”
“ Mari kita menghabiskan waktu bersama di hari lahirmu”
“ Aku sangat menantikannya”
Dia memberikanku helm dan memasangkan padaku. Aku mulai naik ke atas motor dan memeluk Jaeden dari belakang. Yang akan kami lakukan pertama adalah pergi ke bioskop untuk menonton film bersama, karena hari ini adalah hari ulang tahunku, tanggal 20 Mei.
Tahun lalu, dia memberikanku kue ulang tahun dan bunga saat berada di Karnival. Kami menghabiskan malam itu di Karnival bersama. Tahun ini, kami akan menghabiskan waktu dari siang hingga malam tiba. Aku benar-benar menantikan hari ini sampai aku tidak bisa tidur di malam hari.
Motor melaju ke arah pusat kota, butuh waktu sekitar empat puluh menit dengan mengendarai motor untuk tiba disana.
“ Pegangan yang erat” ucap Jaeden.
“ I iya ini sudah ku peluk kok” aku memeluk erat Jaeden, melingkarkan kedua tanganku di perutnya.
Angin yang berhembus di siang hari kalah dengan matahari yang begitu terik, aku ingin cepat sampai ke tujuan untuk mendinginkan badan.
Ternyata pusat perbelanjaan besar di pusat kota hari ini begitu ramai di hari libur. Jaeden sudah memesan tiket nonton melalui website untuk dua orang pada jam 13.30. Masih ada waktu sekitar tiga puluh menit lagi sebelum film dimulai.
“ Mau pesan popcorn dan minum?” tanya Jaeden.
“ Boleh”
“ Mau rasa apa?”
“ Popcorn caramel dan soda dingin saja”
“ Siap tuan putri”
“ Ih” aku memukul punggung Jaeden dengan pelan.
“ Pacar saya mau pesan popcorn caramel couple size dan soda dingin dua” ucapnya kepada kasir.
“ Biar aku saja yang bayar” ucapku.
“ Tidak usah, hari ini aku akan mentraktirmu sepuasnya, traktir aku lain kali saja” dia mengeluarkan dompetnya dan membayar dengan kartu debit.
“ Baik terima kasih, silakan ditunggu” jawab sang kasir.
“ Kalau begitu terima kasih, aku akan mentraktirmu lain waktu!” ucapku.
“ Aku akan menunggunya dengan senang hati, sayang”
“ Ah, oke” aku tersipu malu, padahal kami sudah berpacaran lama, tapi mendengarnya memanggilku dengan kata sayang, membuatku terus berdebar.
Tanpa sadar aku menarik baju Jaeden dengan jariku. Popcorn dan minuman sudah jadi dan dapat diambil, masih ada sisa waktu sepuluh menit lagi sebelum film dimulai. Aku izin pergi ke toilet dulu dan Jaeden menunggu di kursi tunggu.
Saat aku akan kembali ke kursi, ku lihat ada tiga orang anak perempuan yang terlihat seusia dengan kami mendatangi Jaeden dan menyodorkan ponselnya. Sepertinya mereka meminta nomor Jaeden, tapi terlihat Jaeden menolaknya. Aku tahu dirinya sangat tampan, meskipun aku tahu dia tidak akan berselingkuh dariku, tapi aku tetap saja takut dan cemburu. Sungguh, hatiku sangat menggebu dan sepertinya aku sangat menyukai Jaeden.