Pernikahan seharusnya menjadi momen yang paling membahagiakan dan ditunggu oleh pasangan yang saling mencintai. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Noami dan Gilang.
Pasalnya, pernikahan mereka terjadi secara mendadak dan tak mengenakkan akibat kesalahpahaman warga yang mendapati mereka berada di dalam rumah kontrakan Naomi dalam kondisi yang cukup intim.
Warga yang mengira kalau Naomi dan Gilang sudah melakukan tindakan tercela yang mencoreng nama baik desa mereka, memaksa mereka menikah saat itu juga. Tidak punya pilihan, Gilang dan Naomi terpaksa menuruti keinginan warga demi menyelamatkan naman baik mereka sebagai pendatang di sana.
“Meski kita sudah menikah, tapi kamu tidak boleh menuntut hak apapun kepadaku!” Kata Gilang setelah tak lama mereka menjadi pasangan suami istri.
Begitu banyak kesepakatan menyakitkan yang dibuat oleh Gilang ditambah sikap Gilang yang sering mengacuhkannya setelah mereka menikah, membuat Naomi merasa pernikahan yang dijalaninya hanya membuatnya terluka.
Apakah Naomi mampu bertahan dengan pernikahan yang hanya membuat luka untuk dirinya meski sebenarnya tanpa diketahui oleh Gilang jika Naomi sudah mencintai Gilang sejak lama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PML 32 - Apa Dia Serius?
Naomi dibuat sebal mendengar jawaban Gilang yang tidak bersahabat dengan dirinya. Padahal tadi Naomi menduga kalau Gilang pasti bakalan mengiyakan perkataannya. Namun, jawaban Gilang meruntuhkan kepercayaannya.
Meski dibuat bingung dengan jawaban Gilang, Nadira memilih untuk tidak memperpanjang pertanyaan. Dia sudah cukup paham apa yang terjadi antara Naomi dan Gilang saat ini.
“Naomi, Gilang, bagaimana kalau malam ini kalian menginap di sini saja. Selagi Nadira ada di sini.” Pinta Mama Jelita. Dirinya ingin berkumpul dengan anak-anak dan menantunya selagi masih ada kesempatan.
Naomi sebenarnya ingin langsung mengiyakannya. Namun, ia memilih untuk tak langsung menjawab karena ingin menunggu jawaban dari Gilang lebih dulu. Naomi tidak ingin kalau sampai jawaban mereka tidak sinkron kembali.
“Bagaimana Gilang? Apa kamu bersedia?” Tanya Nadira mengambil alih percakapan.
“Boleh. Kebetulan besok di kantor tidak ada agenda yang harus aku kerjakan di pagi hari. Jadi masih bisa pergi sedikit telat dari biasanya.” Balas Gilang.
Naomi sedikit dibuat kaget mendengar jawaban Gilang. Pasalnya, ia berpikir kalau Gilang bakalan menolak permintaan mamanya. Naomi berpikir kalau Gilang tidak akan nyaman tidur di rumah orang tuanya.
“Baiklah kalau seperti itu.” Mama Jelita tersenyum senang. Gilang pun ikut tersenyum meski terlihat tipis sekali.
Karena waktu sholat magrib sudah tiba, percakapan mereka seketika terhenti. Mama Jelita meminta Naomi untuk membawa Gilang masuk ke dalam kamarnya. Sementara Mama Jelita dan Nadira masuk ke dalam kamar masing-masing.
“Ngapain kamu ikut menginap di sini?” Tanya Naomi setelah keduanya masuk ke dalam kamarnya.
Bukannya menjawab, Gilang justru memperhatikan isi kamar istrinya yang terlihat dominan bewarna pink.
“Seperti anak kecil saja.” Gilang menggelengkan kepala. Suaranya pun terdengar oleh telinga Naomi hingga membuat kedua bola matanya jadi melotot.
“Kamu bilang apa?” Tanya Naomi.
Gilang hanya diam saja. Dia terus melangkah ke arah ranjang kemudian duduk di tepi ranjang seraya membuka ikatan tali dasinya.
“Lebih baik kamu pulang saja ke rumah. Biar aku jelasin sama mama kalau kamu gak bisa menginap di sini.” Kata Naomi dengan kepala tertunduk saat tatapan mata Gilang terarah kepadanya.
Gilang menatap tajam wajah Naomi. “Kalau kamu mau pulang, silahkan pulang sendiri. Tidak perlu menyuruhku!” Seru Gilang. Nada suaranya terdengar tidak senang saat menjawab perkataan Naomi.
Naomi menyerngit. Tidak mungkin dirinya mau pulang sedangkan di rumah orang tuanyalah dirinya merasa sangat nyaman.
“Dasar aneh!” Naomi tak lagi ingin mengajak Gilang berbicara. Dia lebih memilih untuk mengambil wudhu di dalam kamar mandi untuk menunaikan ibadah wajibnya.
“Tunggu aku. Kita sholat berjemaah!” Baru saja keluar dari dalam kamar mandi, Naomi terperanjat melihat Gilang yang tiba-tiba berdiri di depan kamar mandi dan berbicara padanya.
“Apa aku tidak salah dengar?” Tanya Naomi dalam hati. Tidak biasanya sekali suaminya itu mengajaknya beribadah bersama.
Gilang tak lagi bersuara. Dia sudah masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuh dan mengambil wudhu. Untung saja ia masih membawa baju ganti di dalam mobilnya tadi sehingga tidak menyulitkan dirinya untuk berganti baju di rumah mertuanya.
“Apa aku harus menunggunya?” Tanya Naomi yang kini sudah memasang mukenah. Rasanya dia ragu untuk menunggu Gilang melaksanakan ibadah sholat bersama. Namun, tatapan mata Gilang yang tajam dan dingin saat menatap wajahnya membuat Naomi takut jika tidak menuruti perintah pria itu.
“Sudahlah, aku tunggu saja!” Putus Naomi. Sembari menunggu Gilang keluar dari dalam kamar mandi, Naomi menyiapkan kain sarung dan sejadah untuk suaminya itu.
***
Jika teman-teman suka dengan cerita Naomi dan Gilang, tinggalkan komentar dan klik tombol suka sebelum meninggalkan halaman ini. Satu lagi, jangan lupa kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ seperti biasanya. Terima kasih🌺