Digo Melviano, seorang CEO tampan yang merasakan pertentangan dihidupnya.
Disatu sisi ia memiliki istri yang nyaris sempurna. Namun itu saja tidak cukup, orang tua Digo selalu mendesak mereka agar cepat memiliki momongan sebagai penerus tahta keluarga Melviano. Namun Kiara, istri Digo nampaknya acuh terhadap keinginan itu.
Hingga datanglah seorang wanita cantik dihidup Digo, yang membuat pria itu merasa tertarik padanya.
Digo meminta Renata Anastasya untuk menjadi istri keduanya, dan memiliki keturunan dari rahimnya.
Renata adalah artis sebuah majalah dewasa yang saat itu tengah menjalani kerja sama dengan perusahaan Melviano group.
Renata memiliki pemikiran yang cukup terbuka, hingga membuatnya berani mengambil keputusan untuk menjadi istri kedua Digo.
.. Happy Reading ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia_Ava02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Senyuman Jovan
Pagi ini Dafina merasa ada yang aneh pada orang-orang yang ada di kantor, mereka tampak memperhatikan Dafina dengan sedikit berbisik-bisik.
("Tidak disangka, ternyata sekertaris Daf memiliki hubungan khusus dengan asisten Jovan.")
("Ya, bahkan mereka tidak segan untuk bermesraan di dalam kantor.")
("Benarkah? Sungguh menjijikan!")
("Lihat saja, dia selalu memakai polesan tebal diwajahnya, dia pasti berdandan untuk asisten Jovan bukan.")
Sepanjang perjalanan ke ruangannya Dafina merasa sangat panas dalam hatinya. Mereka terus saja berbisik tentangnya.
Dafina mulai berjalan lebih cepat agar tidak mendengar olokan dari para karyawan tentang hubungannya dengan Jovan.
Brakk!
Dafina menabrak tubuh asisten Jovan yang hendak keluar dari kantor setelah mengantarkan Digo.
"Anda tidak apa-apa sekertaris Daf?" tanya Jovan dengan sopan.
Sementara di ujung sana para penggosip mulai tertawa kecil melihat mereka berdua. itu semakin membuat Dafina kesal.
"Ini semua karenamu!" ketus Dafina lalu pergi.
"Aku?" gumam Jovan.
Jovan buru-buru menyusul langkah Dafina, pria itu masih merasa bersalah tentang kejadian kemarin.
"Nona Dafina, tunggu! bisa kita bicara sebentar." panggil Jovan. Tapi Dafina tidak mau mendengarnya, ia mempercepat langkah kakinya dan masuk ke dalam lift.
Dafina segera memencet tombol lift agar tertutup. Namun asisten Jovan lebih gesit dari yang Dafina kira, Jovan langsung melangkahkan kakinya dan masuk ke dalam lift bersama Dafina.
"Maaf nona Dafina, aku rasa kita perlu bicara." ucap Jovan.
Dafina menyilangkan kedua tangannya sambil membuang wajah.
"aku tidak mau dengar apapun! dan aku tidak mau mendengar apapun darimu asisten Jo." putus Dafina ketus.
"Saya paham jika nona Dafina masih marah terhadap saya, tapi apa yang saya lakukan kemarin sungguh tidak sengaja. saya tidak bermaksud untuk berbuat_" Jovan mencoba menerangkan, tapi Dafina malah menyela ucapannya.
"Cukup! Apapun yang kamu bicarakan itu tidak akan merubah kenyataan. Apa kau sadar? Sekarang semua orang sedang membicarakan tentang kita asisten Jo!" tegas Dafina.
Jovan mengerutkan alisnya. "Maksud nona?"
"Ya, semua orang berfikir jika kita memiliki hubungan lain yang lebih intens. Bahkan mereka juga bilang jika aku menjijikkan!" ucap Dafina dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Benarkah?" tanya Jovan.
"Ya! Dan itu semua karena mu. Jadi aku mohon jangan pernah dekati aku lagi." ucap Dafina. Ia pun langsung keluar dari lift tersebut sambil mengusap air matanya.
Jovan yang hendak memanggilnya kembali pun mengurungkan niatnya. Jovan lebih memilih untuk turun kembali, ini tidak bisa di biarkan. Jovan dan Dafina adalah partner kerja yang pastinya sering bertemu, karena mereka adalah orang-orang kepercayaannya Digo.
Jadi gosip yang seperti ini tidak bisa ia biarkan berlarut-larut. Itu akan mempengaruhi citra perusahaan terutama, dan lagi hubungannya dengan Dafina sebagai rekan kerja akan rusak.
Jovan langsung keluar dari dalam lift, dan mendekati gerombolan karyawan yang tadi menertawakan ia dan Dafina.
ketiga wanita itu langsung tampak tegang ketika Jovan mendekati mereka. Bahkan mereka saling melempar pandang satu sama lain.
Mereka sudah memiliki firasat buruk, biasanya jika Jovan mendekati para karyawan kantor, itu pasti karena ada masalah.
Dengan raut wajah tegas dan dingin, Jovan mulai menatap ketiga wanita itu. Sebenarnya Jovan cukup tampan, tapi jika sudah memberikan tatapan tajam seperti ini dia tampak sangat mengerikan.
"Kalian bertiga, ikut keruangan saya sekarang!" tegas Jovan dengan nada dingin.
Mereka bertiga terpenjat kaget. "Ba-baik asisten Jovan." jawab mereka patuh.
Mereka bertiga pun berjalan di belakang asisten Jovan menuju ke ruangannya.
Di sana mereka bertiga duduk dengan wajah tegang, tatapan Jovan seolah tengah mengintimidasi mereka. Mereka bertiga bahkan tidak berani bergerak sedikitpun saking takutnya.
"Di kantor ini saya tidak mau mendengar ada gosip apapun yang bisa mempengaruhi citra maupun kinerja dari para karyawan kantor." tegas Jovan.
Mereka semua hanya terdiam mendengarnya. Kini Jovan mulai melanjutkan ucapannya kembali.
"Apapun yang terjadi pada saya dan asisten Dafina itu tidak seharusnya membuat kalian berfikir lancang tentang kami. Karena saya tidak akan segan-segan untuk memberikan teguran keras untuk kalian jika kalian masih berbicara yang tidak-tidak dan menjatuhkan reputasi kantor ini. Dan saya tidak menjamin jika kontrak kalian akan diperpanjang nantinya." jelas Jovan dengan nada dinginnya.
Mereka semua langsung kaget, lalu menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Sekarang lebih baik kalian minta maaf pada sekertaris Dafina, dan saya tidak ingin lagi ada hal-hal seperti ini terulang." titah Jovan.
"Baik asisten Jo, kami minta maaf. Kami tidak bermaksud untuk menyakiti siapapun. Kami hanya melihat kemarin..." ucap salah satu karyawan, Jovan langsung menyelanya.
"Apapun yang terjadi kemarin, itu hanya sebuah kecelakaan. Saya dan sekertaris Daf, tidak lebih dari sekedar teman kerja. Jadi saya harap kalian tidak lagi membesar-besarkan hal seperti ini. jadi lebih baik fokus pada pekerjaan kalian masing-masing." terang Jovan dengan nada yang sedikit meninggi, membuat bulu kuduk mereka berdiri.
Jovan langsung menelfon Dafina dari telfon kantor. Ia meminta Dafina untuk datang ke ruangannya, karena ada yang ingin bicara padanya.
Dafina sungguh sangat kesal, sebenarnya dia sangat malas untuk bertemu lagi dengan Jovan. Tapi apa boleh buat, dia harus tetap profesional dalam pekerjaannya.
Tidak lama Dafina pun sampai di depan ruangan asisten Jovan, ia mengetuk pintu sebelum masuk ke dalam.
"Silahkan sekertaris Daf, ada sesuatu yang ingin mereka bicarakan pada anda." ucap Jovan yang di jawab anggukan pelan oleh Dafina.
Mereka bertiga pun langsung menghampiri Dafina dan minta maaf. Mereka tidak ingin lagi mendapatkan teguran dari Jovan.
Setelah mereka pergi, Jovan berbicara berdua dengan Dafina, ia sungguh minta maaf pada Dafina atas kejadian kemarin.
"Sekali lagi saya minta maaf sekertaris Daf, dan saya berjanji jika kejadian seperti itu tidak akan terulang lagi. Saya harap kita masih tetap bisa menjadi partner kerja yang baik." ucap asisten Jovan segala kerendahan hatinya.
Dafina pun mencoba memaafkan Jovan yang memang tidak sengaja melakukannya.
"Sudahlah asisten Jo, aku tidak ingin membahasnya lagi. Lupakan semuanya, anggap saja tidak pernah terjadi apa-apa. Dan sampai kapanpun, kita akan tetap menjadi partner kerja yang baik untuk tuan Digo." putus Dafina.
Jovan tersenyum lega mendengarnya, entah dari mana senyum manis itu tiba-tiba datang. Dafina bahkan baru pertama kali melihat sang asisten tersenyum. Itu membuatnya begitu terlihat sangat tampan.
senyum manis itu pun langsung menular ke bibir Dafina. Sungguh, pria dingin itu tampak sangat manis.