Elora punya mimpi sederhana, ingin menjadi perawat dan menikah dengan pria impiannya. Bukan dari lelaki kaya, namun lelaki yang mencintainya sampai maut memisahkan. Namun impian Elora kandas saat pamannya tanpa pertimbangan apapun mengirim Elora ke Spanyol untuk menaklukan sang pewaris kekayaan keluarga Gomez sesuai dengan wasiat mamanya sebelum ia meninggal. Elora terkejut karena sesampai di Spanyol, ia harus bersaing dengan banyak perempuan yang juga punya misi yang sama, menaklukan sang pewaris. Apakah Elora bisa melaksanakan misi almarhumah mamanya? Akankah ada cinta sejati baginya di Spanyol?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ciuman Baby
Tak butuh jawaban yang keluar dari mulut dari mulut Elora. Karena wajahnya yang memerah malu, serta tatapan matanya yang sayu, Enrique tahu kalau Elora bahkan tak akan menolaknya.
"Kita melakukan ini atas keinginan anak ini." kata Enrique lalu mencium bibir Elora yang sudah menantinya.
Ciuman itu begitu lembut. Elora memejamkan matanya, menikmati ciuman Enrique dan perlahan membalas ciuman itu.
Tak ada penolakan. Elora dan Enrique menginginkan ciuman itu. Mereka sama-sama menikmatinya. Sampai akhirnya keduanya butuh udara dan saling melepaskan ciuman itu. Napas keduanya tersengal-sengal. Namun hanya beberapa detik mereka berhenti sampai akhirnya bibir mereka kembali bertemu. Kini lebih dalam dan perlahan Enrique mendorong Elora untuk tidur di atas ranjang.
Ketika ciuman itu untuk yang ketiga kali kembali terjadi, mata Elora menatap cincin yang melingkar di jari manis Enrique.
"Tidak.......!" Elora mendorong tubuh Enrique yang ada di atasnya. "Kita nggak boleh seperti ini, Enrique. Kamu sudah menikah."
Enrique mengusap wajahnya kasar. Ia berusaha menetralkan kembali napasnya juga hasrat yang sempat menguasai tubuhnya. "Maafkan aku." kata Enrique lalu perlahan turun dari atas ranjang. Ia hampir saja mendorong dirinya untuk tenggelam dalam gairah yang hampir tak bisa ditahan lagi.
Enrique beberapa kali menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Ia kemudian menatap Elora yang masih duduk di atas ranjang sambil tertunduk.
"Enrique, mau belikan aku kue?" tanya Elora untuk menghilangkan kecanggungan diantara mereka.
Enrique mengangguk. "Kamu mau kue apa?"
"Donat dengan toping Oreo."
"Aku belikan." Enrique segera keluar kamar. Sebenarnya ia bisa saja menyuruh anak buahnya untuk pergi membelikan kue. Namun kali ini Enrique ingin pergi sendiri untuk juga mencari angin segar.
Tak sampai satu jam, Enrique kembali dengan sekotak donat dengan toping Oreo, coklat dan strawberry.
"Aku belikan juga rasa yang lain. Siapa tahu kamu suka." ujar Enrique setelah meletakan sekotak donat itu di atas meja.
"Terima kasih ya?"
Enrique hanya mengangguk. Ia duduk di depan Elora dan melihat gadis itu menikmati donatnya. Elora memakannya 2 potong.
"Sudah? Nggak mau menghabiskannya?" tanya Enrique.
"Aku sudah kenyang. Nanti kalau bangun sore dan lapar, mungkin akan makan lagi." kata Elora lalu mengambil tissue untuk membersihkan sudut bibirnya.
"Kamu mau tidur?" hanya Enrique melihat Elora yang menguap.
"Iya. Aku mau tidur. Mau menemani aku sebelum kamu pergi? Mungkin bayinya rindu dikeloni papanya.
Enrique kembali mengangguk. Ia meraih tangan Elora dan keduanya melangkah memasuki kamar. Enrique menemani Elora tidur setelah itu ia kembali ke Madrid untuk menemani Anna di rumah sakit.
***********
Setelah seminggu dirawat di rumah sakit yang ada Madrid, Anna akhirnya diijinkan pulang.
Enrique bersyukur karena mereka akan kembali dan ia bisa menemui Elora lagi.
"Kamu mau kemana?" tanya Anna melihat Enrique yang sudah ganti pakaian.
"Aku ada pekerjaan."
Anna cemberut. "Tapi kan kita baru saja tiba."
"Kamu istirahat saja, Anna." Enrique segera keluar kamar.
Keduanya kini menempati rumah baru yang diberikan oleh orang tua Enrique sebagai hadiah pernikahan. Sebuah rumah mewah satu lantai dengan halaman yang luas. Mereka memang sengaja memilih rumah satu lantai karena mengingat kesehatan Anna.
Enrique mengambil kunci mobilnya di tempat kunci lalu segera pergi. Ia menelpon Willy di perjalanan untuk menanyakan apakah ada yang harus ditandatangani namun Willy mengatakan kalau semuanya sudah beres.
Tak lama kemudian, Enrique tiba di apartemennya. Ia segera menuju ke lantai tempat unitnya berada. 3 hari tak berjumpa, Enrique merasa perlu untuk menemui Elora.
Begitu ia masuk apartemen, nampak suasana sangat sepi. Bodyguard nya juga tak ada.
"Elora.......!" panggil Enrique. Namun tak ada sahutan. Enrique jadi panik. Ia segera mencari kesemua ruangan namun tak menemukan satu orang pun. Enrique kemudian menelepon Elora. Namun ponsel gadis itu tak aktif.
Enrique semakin gelisah. Ia menelepon Willy.
"Yang aku tahu Elora ada di apartemen. Tak ada satupun bodyguard yang melaporkan kalau Elora akan keluar."
"Tapi mereka nggak ada, Willy. Mereka......" pintu apartemen terbuka membuat Enrique menoleh. Ia kaget melihat Elora yang masuk bersama dengan ketiga bodyguard. Ketika melihat Enrique, ketiga bodyguard itu langsung menuju ke luar unit apartemen.
"Kamu dari mana saja, El?"
"Aku berjemur di bawah. Soalnya kunci ke balkon atas nggak ada."
Enrique bernapas lega. Ia langsung membawa Elora ke dalam pelukannya. "Aku takut sesuatu terjadi padamu dan bisa membahayakan anakku. Syukurlah kalau kamu baik-baik saja." Enrique melepaskan pelukannya. Tangannya kemudian membelai perut Elora. Sangat lembut membuat Elora tersenyum.
"Dia tak nakal kan?" tanya Enrique.
"Dia sudah lebih baik sekarang. Aku sudah tak muntah. Hanya rasa mual saja."
Enrique menatap Elora. Pandangan matanya kembali tertuju pada bibir Elora.
"Kayaknya si Dede bayi ingin dicium." Enrique segera menunduk dan mencium Elora.
"Enrique......!" desis Elora saat tangan Enrique membelai dada gadis itu.
"Enri......!" Elora langsung menahan tangan Enrique sebelum mereka semakin jauh.
Enrique kembali merasa aneh dengan dirinya sendiri. Entah dorongan apa yang selalu membuatnya ingin mencium Elora.
"Apakah anak ini ingin agar kita selalu bersama?" tanya Enrique.
"Aku yakin anak ini wajahnya mirip kamu. Makanya dia ingin agar kamu selalu ada di dekatnya."
"Sungguh menyenangkan kalau dia mirip aku. Sudah sarapan?" tanya Enrique.
"Sudah. Tadi paman Elroy mengirimkan sarapan untukku."
"Dia sangat menyayangimu, El."
Elora duduk di atas sofa diikuti oleh Enrique.
"Itulah yang ku takutkan. Semakin paman menyayangiku, aku takut kalau itu akan membuat bibi Mauren merasa tersaingi. Makanya aku belum memberikan jawaban apapun padanya."
"Kamu punya hak di keluarga papamu."
Elora menggeleng. Ia menatap Enrique. "Aku tak menginginkan harta mereka. Yang aku rindukan hanyalah mengetahui siapa papaku. Kini aku bisa pulang dengan perasaan lega. Aku ingin ziarah ke makam mamaku dan mengatakan kalau aku sudah jumpa dengan papaku."
Enrique tak menyangka kalau sesederhana itu impian Elora.
"Enrique, bagaimana keadaan Anna?" tanya Elora.
"Sudah membaik. Tapi tetap saja ia harus istirahat." jawab Enrique sambil kembali memegang perut Elora. "Jika dia sudah mulai menendang di dalam sini, aku pasti tak akan bosan seharian memegang perutmu."
"Kalian pasti sudah tak sabar menunggu waktu bulan madunya."
"Aku lebih tak sabar menunggu kehadirannya. Sebelum anak ini lahir, aku akan menceritakan semuanya pada mamaku. Aku ingin dia dibesarkan di perkebunan sebelum dia pergi untuk sekolah ke luar negeri. Aku sudah merencanakan seluruh masa depannya."
"Kamu dan Anna pasti akan memiliki anak juga."
Enrique menggeleng. "Anna tak mungkin bisa memiliki anak. Karena peluru itu sudah merusak rahimnya. Itulah sebabnya Anna sering kesakitan ketika ia datang bulan."
"Kasihan, Anna. Kamu harus memberikan perhatian lebih kepadanya, Enrique."
"Aku tahu. Namun aku juga ingin memberikan perhatian khusus padamu. Agar kamu merasa tak sendiri menghadapi kehamilan ini."
Elora mengusap. "Aku mau bobo siang."
"Aku akan menemani." Enrique melingkarkan tangannya di pinggang Ekor. Pria itu berjalan dengan santainya tanpa tahu hati Elora yang bergetar setiap kali menerima perhatian Enrique.
**********
"Kenapa?" tanya Anna saat Enrique secara tiba-tiba menjauhkan dirinya dari Anna.
"Tidurlah, Anna." Enrique turun dari ranjang. Ia mengenakan lagi celana panjangnya dan kaos oblongnya lalu segera meninggalkan kamar.
Anna bangun sambil menahan selimut di dadanya. Ini yang kedua kalinya. Enrique tak jadi menyentuhnya. Pada hal ia begitu ingin merasakan hubungan mesra sebagai suami dan istri. Namun Enrique setiap kali menciumnya, seperti mencium orang lain.
Gadis itu terus menangis lalu ia menelepon mamanya untuk mencurahkan isi hatinya.
Sementara itu Enrique ada di ruangan kerjanya. Ia mengunci diri di sana sambil berusaha menyelesaikan pekerjaannya. Tak lama lagi akan ada panen besar dan Enrique harus mempersiapkan segala sesuatu eksport anggur ke luar negeri.
Tengah malam, Enrique sudah menyelesaikan semu pekerjaannya. Ia mematikan lampu di ruang kerja lalu segera menuju ke bar mini yang ada di dekat ruang makan.
Sebulan sudah Enrique menikah dengan Anna. Namun setiap kali ia berusaha berhubungan intim dengan Anna, Enrique selalu teringat dengan penyakit gadis itu. Ia takut menyakiti Anna, Enrique juga terus memikirkan anaknya yang dikandung oleh Elora. Besok rencananya mereka akan pergi memeriksakan kandungannya Ekora. Dan Enrique sudah tak sabar.
************
"Semuanya bagus. Berat badan bayinya sesuai dengan usia kandungannya yang sudah memasuki minggu ke-17. Jenis kelaminnya juga sudah bisa diketahui." kata dokter Marinar.
"Apa jenis kelaminnya, dokter?" tanya Enrique tak sabar.
"Baby boy."
Enrique sangat senang. Ia dan Elora memang menginginkan anak laki-laki walaupun mereka tak menolak juga jika anak itu perempuan.
Enrique tanpa sadar mengecup dahi Elora yang masih berbaring.
"Nanti saya resepkan vitamin untuk ibu hamil ya?" ujar dokter Marinar sebelum pasangan itu meninggalkan ruangan praktek dokter.
"Bagaimana perasaanmu ?" tanya Elora.
"Sangat bahagia, El. Boleh aku menciumnya?" tanya Enrique.
"Tentu saja."
Enrique berjongkok di hadapan Elora. Ia mencium perut Elora dengan sangat lembut. "My baby boy."
Keduanya tak tahu kalau ada seseorang yang mengambil foto mereka dari jauh.
**********
Mata Anna terbelalak menatap foto itu. "Tuan Enrique setiap hari datang ke apartemen ini. Saya pikir ini adalah apartemen tuan Enrique. Sistem keamanan apartemen itu sangat terjaga. Bahkan saat keluar apartemen, ada 3 atau 4 bodyguard yang menjaga nona Elora."
Anna mengepalkan tangannya saat mendengar laporan dari detektif yang disewanya.
"Brengsek! Aku memang sudah curiga ada sesuatu diantara mereka. Pantas saja Enrique tidak pernah mau menyentuhku."
Detektif Carl meletakan sesuatu di atas meja. "Campurkan bubuk ini. Tuan Enrique pasti tak akan pernah menolak untuk bercinta dengan nona."
"Benarkah?" Anna tersenyum senang. Ia memang sangat mengharapkan untuk bisa bercinta dengan Enrique.
"Terus ikuti Elora. Aku ingin mencari celah agar bisa menemuinya."
"Baik nyonya."
***********
Bagaimana jika keluarga Gomez tahu tentang kehamilan Elora?
Terima kasih upnya mami.
TPI msih ada waktu cuss...kejar cintamu enri jgn cumn diem aj
lanjut thor 🙏
elora enrique😍😍