No action
No romansa
Masuk ke dalam novel❎
Melompati waktu karena penyesalan dan balas dendam ❎
Orang stress baru bangun✅
*****
Ini bukan kisah tentang seorang remaja di dunia modern, ini kisah pangeran tidur di dunia fantasi yang terlahir kembali saat ia tertidur, ia terlahir di dunia lain, lalu kembali bangun di dunianya.
-----------------
"Aku tidak ingin di juluki pangeran tidur! Aku tidak tidur! Kau tau itu?! Aku tidak bisa bangun karena aku berada di dunia lain!" -Lucas Ermintrude
******
Lucas tidak terima dengan julukan yang di berikan oleh penulis novel tanpa judul yang sering ia baca di dunia modern, ia juga tidak ingin mati di castil tua sendirian, dan ia juga tidak mau Bunda nya meninggal.
-------------------
"Ayah aku ingin melepaskan gelar bangsawan ku, aku ingin bebas."-Lucas Ermintrude
"Tentu saja, tidak."-Erick Hans Ermintrude
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lucapen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13
"Bisa gak sih?! Kamu sekali-kali ngalah sama adek kamu?!" Seorang wanita berteriak kesal ke arah Lucas yang masih memakai seragam sekolah.
"Tapi aku udah selalu ngalah sama adek!" jawab Lucas dengan nada kesal.
"EMANG ITU TUGAS KAMU!! KAMU KAKAK KAMU HARUS NGALAH!!" Wanita di depan Lucas semakin menaikan nada bicaranya dengan tatapan kesal dan penuh amarah yang ia tuju pada Lucas.
"Mama tu gak pernah mikirin perasaan aku!" jawab Lucas mengepalkan tangannya dengan mengigit bibir bawahnya kesal.
"Apanya yang gak mikirin perasaan kamu?! Kamu pernah gak mikirin perasaan Mama?! Kerjaan kamu cuma lompat tinggi terus! Apa gunanya sih cita-cita sampah kamu itu?!" bentak wanita di depan Lucas sembari merobek poster di dinding di samping ia berdiri.
"MAMA UDAH KASIH SEGALANYA UNTUK KAMU!! TAPI KAMU GAK PERNAH BERUSAHA BUAT KASIH SESUATU BUAT MAMA!! MAMA GAK BUTUH ANAK ATLET! MAMA BUTUH ANAK YANG MENGHASILKAN UANG!" seru wanita di depan Lucas dengan nada tinggi.
"Berhenti bercita-cita tinggi! Cita-cita kamu hanya sampah! Mending kamu fokus kuliah terus jadi pegawai aja!" lanjut wanita itu lalu keluar dari kamar Lucas.
Lucas langsung meneteskan air matanya, ucapan wanita itu sangat menyakitkan bahkan sangat menusuk. Ucapannya menusuk seperti ucapan bundanya.
****
Luciana menghapus air mata yang keluar dari sudut mata Lucas yang sedang terlelap tidur.
"Lulu sepertinya menangis," seru Luciana yang duduk di pinggir kasur sang anak.
Lucas benar-benar demam tinggi seperti yang di adukan Klaus. Mungkin karena sedang musim panas dan Lucas terlalu lama di bawah terik matahari, karena itu remaja tersebut demam.
"Suhu tubuhnya tidak terlalu panas lagi," seru Erick saat memegang dahi Lucas.
"Apa tidak masalah, tidak mengunakan healing?" tanya Luciana khawatir.
"Tidak masalah. Tubuh Lucas tidak bisa menerima healing karena reaksi healing hampir sama dengan reaksi mana. Itu bisa berakibat fatal bila Lulu terlalu sering menerima healing berlebihan," jawab Erick sembari membenarkan rambut di dahi putranya itu.
"Apa kita bisa mengobati Lulu?" tanya Luciana gelisah.
"Aku sedang mencari obatnya. Semua pasti akan baik-baik saja," jawab Erick ikut duduk di samping sang istri lalu mengusap punggung wanita tersebut dengan lembut.
****
Keesokan paginya.
Suhu tubuh Lucas sudah kembali normal, namun tidak dengan perilaku Lucas. Remaja itu nampak melamun seperti kembali sedia kala, saat kondisinya memburuk.
Luciana tersenyum lembut melihat sang anak yang nampak lesu dan tak bersemangat.
"Ehem?! Ada apa ini? Kenapa putra Bunda terus-terusan melamun dan tidak ingin makan, hmm?" tanya Luciana naik ke atas kasur sang anak lalu duduk di samping remaja tersebut.
"Ma, aku pengen lompat tinggi," ucap Lucas.
"Ma? Lompat tinggi?" tanya Luciana bingung.
Lucas tersadar dari lamunannya, apa yang ia katakan? Sepertinya ia terlalu memikirkan tentang mimpinya saat demam.
"Kalo Lulu pengen lompat tinggi. Bunda bantuin Lulu buat lompat yangggggg tinggiiii! Asal Lulu senyum seperti kemarin," ucap Luciana tertawa geli walaupun tidak mengerti apa yang di maksud sang anak.
Lucas terdiam cukup lama, selama ini tidak ada yang mendukung dirinya untuk meraih cita-citanya. Ia berusaha keras untuk bisa bertahan hidup di perkotaan tanpa sadar dirinya melupakan tujuan awalnya.
"Maaf, Bunda. Saya salah berbicara, tolong lupakan hal itu," jawab Lucas meremat melimut yang menutupi bagian kakinya.
Untuk apa mengejar cita-citanya? Lucas sudah meraih cita-citanya menjadi atlet lompat tinggi, namun rasanya sangat berbeda karena tidak ada yang membanggakan pencapaiannya. Orang tuanya bahkan sangat acuh dengan pencapaiannya sebagai atlet.
"Hmm ... Bunda tidak tau apa yang Lulu ucapkan. Namun Bunda tidak pernah melarang apa yang Lulu ingin lakukan," ujar Luciana sembari mengaduk bubur yang berada di dalam mangkuk di tangannya.
'Aku terlalu sering gagal dan menyesal di akhir, entah mengapa sekarang aku mulai gelisah dengan alur cerita selanjutnya. Padahal aku sudah tau ending cerita ini, namun tanpaku sadari, dengan hanya duduk dan berdiam diri saja alur cerita mulai sedikit berubah.' Lucas membatin gelisah.
'Dan aku hanya menunggu tanpa menghentikan alur yang sebenarnya. Apa semuanya akan baik-baik saja? Apa semua akan membaik? Apa aku bisa bertahan hingga waktunya tiba? Sekarang aku tidak mempermasalahkan kematian hanya saja— aku takut gagal seperti di kehidupan sebelumnya,' kegelisahan tiba-tiba menghantui Lucas.
"Makan dulu, setelah ini beristirahatlah," ucap Luciana sembari menyuapkan bubur kacang ke dalam mulut Lucas.
"Bunda harus menjaga kesehatan. Bila Bunda merasa kurang sehat datang saja pada ku. Aku akan menyembuhkan Bunda," pinta Lucas sembari mengunyah buburnya.
"Tentu saja," jawab Luciana tersenyum manis menatap ke arah putranya yang sedang mengunyah buburnya.
Itu obrolan terakhir Luciana dan Lucas di bulan tersebut. Karena saat Lucas beristirahat. Lucas tertidur dan tidak bangun-bangun lagi.
Kali ini Luciana hanya bisa pasrah menunggu kapan sang anak bangun. Andai ada jadwal remaja itu bangun maka Luciana adalah orang pertama yang akan menyambut remaja itu bangun.
****
Sudah sebulan semenjak Lucas kembali tertidur. Istana juga mulai terasa kembali sunyi tanpa keributan orang sakit ataupun keributan Lucas mengeluh sakit.
Di ruang kerja Erick.
"Maaf, Yang Mulia. Sebaiknya anda menyerah saja dengan kondisi pangeran ke-tiga, tidak ada obat untuk menyakit beliau," seru seorang swordmaster yang Erick perintah mencari obat untuk Lucas.
"Apa kau menyerah?" tanya Erick duduk di kursi balik meja kerjanya.
"Maaf, Yang Mulia. Kali ini saya mengundurkan diri dari tugas ini. Sudah lebih dari beberapa tahun saya menelusuri seluruh kerajaan dan kekaisaran di seluruh dunia untuk mencari obat untuk pangeran. Namun hasilnya nihil," jawab Pria yang membawa sebuah pedang besar di punggungnya.
" .... " Erick diam sejenak memijat pelipisnya.
"Apa sebaiknya saya menyerah?" tanya Erick yang sepertinya sudah putus asa dengan putranya itu.
"Haish! Kalo begitu tugasmu sekarang, kawal mage seribu abad yang baru saja bangun," titah Erick menghela nafas kasar.
"Setelah itu kau boleh mengambil cuti kerja," lanjut Erick yang terlihat sudah sangat lelah.
"Black wizard bangun?" tanya Zafiar, pria swordmaster kepercayaan Erick.
"Bukankah itu berarti, pihak kekaisaran suci akan ikut kemari? Dan Saints juga akan menemani Black Wizard?" tanya Zafiar memijat pelipisnya pusing.
"Ya, Black Wizard dan Saints akan ke istana sebelum saya menyetujui untuk mengizinkan penyihir itu masuk ke menara sihir," jawab Erick lelah, padahal situasi keluarga kaisar sedang tak baik-baik saja. Dan sekarang tiba-tiba orang penting bangun.
"Rasanya ini terlalu melelahkan, padahal kerajaan tetangga baru saja meminta bantuan karena ada pemberontakan di wilayah mereka," ujar Erick memijat pelipisnya sangat pusing.
"Bukankah anda sudah mengirim pangeran Jonathan kesana?" tanya Zafiar bingung.
"Ya," jawab Erick yang terlihat sudah muak memikirkan semua urusan pekerjaannya yang tidak habis-habis.
"Saya akan mengambil libur seminggu saat Lulu bangun. Saya suka Lulu tersenyum sambil memegang cangkir teh di Gazebo Taman," lanjut Erick tersenyum sampul. Memangnya anaknya akan bisa tersenyum seperti yang ia bayangkan saat kondisi remaja itu tidak baik-baik saja?
"Anda terlalu banyak berharap. Pangeran saja belum tentu bisa berjalan dengan benar saat baru bangun," jawab Zafiar menghancurkan ekspektasi Erick dengan begitu cepat.
"Kau benar," gumam Erick sendu.
[TBC]