Kembali ke kehidupan nyata membuat Azalea senang sekaligus sedih. Ada rasa tak rela ketika mengetahui jika dirinya kembali.
Pertemuannya dengan Allarick, CEO baru tempatnya bekerja membuat Azalea banyak merasakan dejavu ketika mereka bersama. Ada banyak persamaan yang ia rasakan ketika bersama Allarick.
"Siapa kamu sebenarnya Allarick?"
"Waktu akan menjawab semuanya Aza, siapa aku, bagaimana kita, perasaan ku dan kamu."
Allarick yang selalu menjawab dengan teka-teki membuat Azalea semakin penasaran akan sosoknya.
"Bagaimana jika aku adalah dia?"
"... "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queen_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OMB! 2 (Real Life) 6
...Selamat Membaca...
...*****...
Azalea sungguh frustasi dengan bosnya ini. Padahal tadi Allarick ingin mengatakan jika dia akan di jemput oleh asistennya. Tapi sampai sekarang Allarick sama sekali tak pergi dan malah masuk ke rumahnya.
"Aaaagrh! Bapak mau apa sih? Kenapa tidak pulang-pulang?!" pekik Azalea kesal.
Allarick membalas? Oh tentu tidak. Pria itu malah membuka jasnya meninggalkan kemeja putih miliknya. Dengan santai ia menggulung lengan kemejanya hingga siku. Kemudian berjalan ke arah dapur membuat Azalea menghela napas.
"Kamu makan mie instan?"
Azalea hanya memandang apa yang dilakukan Allarick. Mulai dari membuka kulkas dan lemari. Mengeluarkan bahan-bahan makanan dan mulai berkutat dengan alat-alat dapur. Lama-kelamaan Azalea merasa aneh. "Rasanya dejavu, aku pernah merasakan ini tapi sekarang dengan orang yang berbeda."
Ntah sadar atau tidak, Azalea malah duduk di meja makan. Menonton kegiatan Allarick yang memasak. Tanpa sadar ia tersenyum sambil menopang wajahnya dengan satu tangan.
"Jangan melamun, memikirkan saya ya?"
Seketika wajah Azalea menekuk kesal kembali. "Siapa yang memikirkan bapak?!"
Allarick terkekeh. Ia meletakkan hidangan sederhana di hadapan Azalea. "Cobalah, ini lebih baik daripada mie instan kamu itu."
"Bapak punya saudara kembar?"
"Maksud kamu?"
Azalea terdiam sejenak, "Nama bapak mirip seseorang. Seseorang yang saya kenal."
"Aldrick Lucian Alessandro?" tanya Allarick menaikkan sebelah alisnya sambil duduk berhadapan dengan Azalea.
Azalea menatap Allarick penuh arti. "Gimana bapak bi-."
"Nama tokoh novel itu memang mirip sama saya. Atau mungkin itu memang saya? Menurut kamu bagaimana?"
"Hah?"
Allarick menggeleng. "Saya bercanda. Makanlah, asisten saya sudah di depan." Allarick bangkit dan mengambil jas miliknya. Ia sempat melirik Azalea yang masih diam dan melirik sebuah buku yang terletak di suatu meja di sana. Sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk senyuman tipis. "Kita bertemu lagi, Melonika."
...*****...
Keesokan paginya, Azalea bersip-siap untuk pergi ke kediaman Allarick. Ucapan Allarick semalam hanya ia anggap angin lalu mengingat bagaimana sifat pria itu.
Azalea melirik buku novel miliknya yang terletak di atas meja. Semalam ia kembali membaca novel itu, dan ya seluruh isi cerita sama persis dengan apa yang ia jalani saat di sana.
"Penulisnya keren, siapa authornya? Aku benar-benar penasaran. semoga saja ada pertemuan antara author dan para pembacanya," ucap Azalea sembari menyimpan buku novel itu ke lemarinya.
Setelah selesai dengan penampilannya, Azalea segera mengambil kunci mobil dan keluar dari rumah. Ia tak mau Allarick sampai mengomel karena dirinya terlambat.
Tidak butuh waktu lama, Azalea sampai di depan kediaman Allarick. "Sangat mewah, dan... kenapa sedikit mirip dengan kediaman Alessandro?" Azalea ingat betul bagaimana kediaman Alessandro yang ada di novel.
Lamunannya terhenti saat kaca jendela mobilnya di ketuk seseorang. Azalea membuka kaca jendela. Ternyata seorang security.
"No-Nyonya Azalea?"
Azalea mengangguk ragu, "Benar pak."
Security itu tersenyum, "Silahkan masuk nyonya. Semalam tuan Allarick sudah memberi tahu saya akan kedatangan Nyonya."
Azalea tersenyum, "Terima kasih pak."
Azalea menjalankan mobilnya memasuki pekarangan luas nan hijau itu. Satu kata, kagum. "Ini benar-benar mirip, tidak. Bahkan sama persis!"
Azalea melangkah memasuki kediaman itu. Pintu langsung terbuka lebar dan dua orang pelayan menyambutnya di sisi kanan dan kiri. Oh.. sial! Dia merasa dejavu lagi. Semasa menjadi Auris dia sering, ralat selalu diperlakukan seperti ini.
"Silahkan nyonya, tuan sudah memberi tahu kami akan kedatangan nyonya."
"Ah.. panggil nona saja. Saya merasa tidak enak ketika kalian memanggil saya dengan 'nyonya'"
"Maaf nyonya, kami tidak berani. Tuan pasti akan marah."
Mau tak Mau Azalea mengangguk. "Jadi bisa tunjukkan padaku? Dimana kamar pak Allarick dan anaknya?"
Dua pelayan itu mengangguk. Yang satunya tersenyum, "Kamar tuan ada di lantai dua nyonya. Pintu bewarna hitam. Tepat di sebelahnya adalah kamar tuan muda. Sementara di sisi kanan kamar tuan muda ada kamar nona Kanaya. Di sebelahnya lagi barulah kamar tuan dan nyonya Maheswara."
Azalea mengangguk mengerti mendengar penjelasan itu. "Baiklah.Terima kasih."
"Sama-sama nyonya, kami permisi."
Azalea mengangguk. Ia mulai berjalan menaiki tangga. Semuanya terasa sangat tidak asing. "Aku belum pernah ke sini, apa karena ini mirip dengan kediaman Alessandro?"
Setelah sampai di lantai 2, Azalea langsung di hadapkan dengan pintu bewarna hitam. Ia menghela napas kemudian membuka pintu tersebut pelan.
Azalea masuk dan menutup pintu kamar itu. Kemudian melihat ke arah kasur dimana seorang pria bertelanjang dada tengah tertidur pulas. Lagi dan lagi Ia merasa dejavu. Ini sangat mirip dengan adegan saat ia pertama kali bekerja dengan Aldrick.
Azalea memukul kepalanya sendiri kala pikiran anehnya muncul. "Gila! Aku pasti Gila! Bisa-bisanya aku malah ingin menyentuhnya?! Pikiran apa itu?!"
"Ck!" decaknya bingung. "Bagaimana aku membangunkannya? Aku harus menyenggolnya?! Berarti aku harus menyentuhnya? Bagaimana jika dia bangun lalu marah?"
"Aish!" Ok, Azalea menarik napas dan membuangnya. "Ini memang tugasmu, jika dia marah kau bisa menamparnya nanti."
Azalea menunduk ingin menyentuh lengan pria itu, "Pak, bang-Aaaaaa!" Tangannya lebih dulu di tangkap oleh Allarick dan tubuhnya di tarik hingga terjatuh tepat di atas tubuh Allarick.
"P-pak!"
Oh ayolah, meski ingin marah Azalea juga malu dengan posisi mereka yang seperti ini.
"Kamu berisik, saya jadi kebangun." Allarick memeluk tangan Azalea dan menaruhnya di dadanya. "Biarkan seperti ini sebentar."
"Pak! Tidak! Ini salah! Bapak bos saya!" Azalea memberontak agar tangannya di lepaskan oleh Allarick. "Pak lepaskan tangan saya! Sa-saya mau membangunkan tuan muda pak! Lebih baik bapak bangun dan bersiap!"
"Heem."
"Pak!"
Allarick membuka matanya. "Cerewet!" ucapnya menyentil jidat Azalea.
Azalea melotot garang, "Enak saja! Saya cerewet karena bapak!"
"Katanya kamu mau jadi istri saya! Wajarkan kalau saya peluk-peluk kamu? Kenapa jadi protes?"
"Mana ada?! Saya tidak bermaksud seperti itu! Siapa yang mau menikah dengan bapak?!"
Posisi mereka masih saja seperti itu. Azalea yang berada di atas tubuh Allarick dan Allarick yang masih memeluk tanganya sekretaris nya itu.
"Type saya itu bukan bapak! Type saya itu-"
"Seperti Aldrick di novel yang kamu baca?Benarkan? Tampan, suka memanjakan istrinya, baik, penyayang, selalu memprioritaskan istrinya. Iya kan?" potong Allarick. "Kalau begitu, bisakah kamu menjadi Auris? Maka saya bisa menjadi Aldrick."
"Dia menantangku? Tidak tahu saja jika aku adalah Auris! Awas kau bos sialan!" Azalea menatap Allarick penuh arti. "Bapak menantang saya? Bapak pikir saya tidak bisa seperti Auris? Bapak ingin, saya menggoda bapak. Heem~?" tanya Azalea kemudian terkekeh lirih.
Ah.. Azalea jadi ingat saat ia menjadi Auris dan pertama kali bekerja. Membuatkan Aldrick kopi sekaligus mendekatinya dengan bermain cantik.
"Silahkan, jika kamu bisa."
...*****...