Miko seorang Psikiater menangani seorang pasien wanita dengan gangguan mental depresi. Tetapi dibalik itu ternyata ada seorang Psikopat yang membuatnya menjadi depresi.
Ketika pasien tersebut ternyata bunuh diri, sang Psikopat justru mengejar Miko.
Hari-hari Miko menjadi berubah mencekam, karena ternyata psikopat tersebut menyukainya.
Setelah menghadapi si psikopat ternyata ada sisi lain dari pria ini.
Bagaimana Miko menghadapi hari selanjutnya dengan sang Psikopat?
Yuk simak kisahnya di cerita Othor. Ada beberapa plot twist-nya juga loh..yang bikin penasaran...
Jangan lupa dukungannya ya man teman...
Oiya, di cerita ini ada adegan mengerikan, ****** ****** dan kata2 'agak gimana yah'
Jadi buat dek adek yg rada bocil mending skip dulu yah....maap ya dek...
Mohon bijak dalam membaca...
*Salam hangat dari othor*
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9 - Ledakan mobil
Ketika akan membalik badan, Miko berfikir. Morino sudah mengetahui keberadannya. Percuma saja ia bersembunyi di apartemen Mell. Akhirnya ia memutuskan akan kembali ke rumahnya.
Miko memandang kearah gedung-gedung di sekelilingnya. ‘Di gedung sebelah mana dia memantauku’ gumamnya sambil melangkah menuju apartemen Mell untuk mengambil mobilnya.
- - -
Pagi itu, Miko harus berangkat ke Kantor Polisi sesuai jadwal yang diberikan penyidik. Kali itu ia harus menggunakan bus untuk sampai kesana. Karena mobil tuanya lagi-lagi mogok dan harus ditinggal dirumahnya.
Lagi-lagi Miko harus dikejutkan dengan pesan singkat dari Morino.
-Setelah dari kantor Polisi, pulanglah. Jangan kemana-mana lagi-
“Ck! Dia masih saja mengawasiku. Apa dia tidak memiliki pekerjaan. Menyuruhku seenaknya saja, memangnya dia siapa. Dasar pria aneh!”
Setelah urusan Miko selesai. Ia mampir ke toko donat, lalu membeli sekotak donat untuk dibawanya pulang.
Miko berada di antrian paling depan. Setelah menerima sekotak donat dari kasir, Miko tersenyum ramah kemudian membalik badannya.
Miko yang sudah berada diluar pintu kaca toko tiba-tiba mendengar suara ledakan …
BOOM!
Seketika itu semua panik, kaget dan berhamburan. Suara teriakan orang-orang memekik seketika.
Sebuah mobil di sebrang toko donat meledak tiba-tiba.
Miko membelalakan matanya melihat kejadian di depan sana. ‘Apa yang terjadi?’
Semua orang di dalam toko berhamburan keluar ingin melihat suara mengagetkan tadi.
Kasak-kusuk dan ungkapan terkejut para pembeli donat yang sudah berada di luar toko terdengar berisik di belakang Miko.
Lagi-lagi ponsel Miko berderit. Ia menunduk membaca pesan di ponselnya.
-Aku sudah bilang padamu, setelah dari kantor Polisi langsung pulang. Jangan kemana-mana lagi. Tapi kau malah mampir ke toko donat. Terpaksa kuledakan satu mobil tua. Tenang saja, pemilik mobil itu seorang penjahat berdasi, dia pantas mendapatkannya. Aku rasa dia sedang berada di gedung dekat toko donat tempat kau berdiri. Itu peringatan untukmu. Lain kali, turuti perintahku-
Mulut Miko menganga. Ia kembali melihat mobil di sebrangnya yang tengah terbakar. Asap tebal berhamburan ke udara. Mobil Polisi dan Damkar mulai berdatangan. Suara sirine mengaung bising di kota itu. Beberapa orang berlalu lalang sibuk di sekitaran mobil yang tadi meledak.
‘J-jadi, dia yang meledakan mobil itu? Apa-apaan pria ini’
Kini Miko semakin terancam dengan pria itu. Ternyata dia tidak main-main. Dan dengan mudahnya menghancurkan sesuatu sekehendaknya.
Ketika Miko akan pergi dari sana, tiba-tiba seseorang berkomentar dari belakang.
“Siapapun orang gila yang nekat meledakan mobil itu, dia sangat berbakat”
Spontan Miko menoleh kearahnya.
‘Berbakat katamu?!’ protes Miko tanpa berani diungkapkan.
Karena Miko tahu betul siapa pelakunya. ‘Apa-apaan pria ini, berkata si psikopat Morino berbakat?’
- - -
Kriiing!
Miko membuka matanya malas. Pagi itu pukul enam kurang lima menit. Beker yang membuatnya bangun buru-buru di selipkan di bawah bantal.
“Ah, ini jadwal aku ke Pengadilan” wanita itu merebahkan lagi kepalanya ke bantal. Tapi ia harus bangkit saat itu juga.
Miko sudah rapih dan akan berangkat keluar menuju mobilnya. Tapi tiba-tiba ia teringat dengan Morino. ‘Berati aku kembali bertemu dengan pria itu. Ah tidak! Kenapa dia yang harus menjadi Pengacaraku’ umpatnya.
Di luar ruang persidangan. Miko melihat Morino dari kejauhan. Seolah wanita itu ingin bersembunyi saja dari pria menakutkan itu. Ah, seandainya saja orang lain disana tahu siapa sebenarnya Pengacara terkenal dan tampan itu, mungkin mereka akan benar-benar terkejut dan ketakutan seperti dirinya.
Akhirnya Morino mendekati Miko. Tatapannya begitu menyeramkan untuk Miko. Ia mendelik disertai senyum jahatnya.
“Kita bertemu lagi, Dok” sapanya penuh kengerian. Miko hanya terdiam dengan tatapan dingin.
Mereka memasuki ruang sidang. Miko memiliki dua perasaan yang berbeda. Satu sisi dia merasa lega Morino yang menjadi Pengacaranya, karena reputasi Morino sudah tidak di ragukan lagi. Dan Miko yakin Morino akan memenangkankan pembelaannya, dan ia akan terbebas dari tuduhan.
Tapi di sisi lain, dengan bebasnya Miko dari tuduhan itu berarti Morino bisa bebas mendekatinya, dan itu lebih menyeramkan untuk Miko.
- Miko Vilens, M.D .Dokter spesialis kejiwaan dari Rumah Sakit Herlbour, Dipanggil sebagai saksi dan bisa menjadi tertuduh atas kasus bunuh diri Nyonya Anabella Brezensi istri dari Pengacara Morino Stenell, Esq. Dokter Miko sebagai orang yang terakhir kali bertemu dengan korban dan melakukan sesi terapi konseling untuk yang terakhir kalinya dengan korban. Tuduhan yang memberatkan saksi karena di khawatirkan dalam sesi terapi, Dokter Miko memberikan arahan negatif pada korban, sehingga membuat korban semakin tertekan dan melakukan bunuh diri. Tetapi setelah pemeriksaan dan penyidikan selama hampir satu pekan, Dokter Miko tidak terbukti memberikan arahan negatif pada korban. Semua bukti sudah dilampirkan Pengacara Morino kepada Hakim ketua. Setelah dipelajari, ditimbang dan diputuskan. Maka dengan ini Dokter Miko dinyatakan bebas dari tuduhan, dan kasus di tutup -
Miko dan beberapa Dokter lainnya merasa lega dengan hasil Pengadilan. Beberapa pelukan hangat diterima Miko dar rekan-rekannya sesama Dokter.
“Miko, aku akan memberi waktu lagi untuk masa cutimu beberapa pekan lagi. Tenangkan dulu dirimu. Carilah tempat untuk bersantai” seorang pria agak tua, seorang atasan Miko dan kepala Rumah Sakit menepuk lengan atas Miko.
“Terimakasih, Dok. Ya, sepertinya aku memang harus menenangkan diri sebentar” balas Miko dengan senyum lebar.
Setelah proses peradilan selesai. Mereka keluar ruangan. Miko buru-buru pergi dari ruang persidangan, di luar dekat pintu keluar, tiba-tiba tangannya ditarik seseorang.
“Mau kemana buru-buru, Dokter?” tanya Morino membuat Miko tersentak.
“Pulang!” jawab Miko dengan wajah yang sudah berubah.
“Pulang denganku, kan?” tanya Morino membuat Miko keheranan.
“Apa-apaan? Aku akan pulang sendiri kerumahku!” tandas Miko berani. Padahal degup jantungnya tak karuan.
Sedetik kemudian Morino mendekatkan mulutnya ke kuping Miko.
“Mana ucapan terimakasihmu, Dokter? Apa hanya sampai segini aja setelah kubela di pengadilan?”
“Baik, terimkasih Tuan Pengacara. Sekarang tolong lepaskan tanganku. Aku mau pulang!” tukas Miko.
“Kau akan pulang denganku, Miko. Atau temanmu Mell atau asistenmu Jane atau bahkan Dokter Aldist-mu akan menanggung akibat ketidakpatuhanmu”
Miko spontan menoleh ke wajah Morino. “Apa yang akan kau lakukan pada mereka? Jangan jadi pengecut dan menggunakan orang lain untuk mengancamku!”
“Terserah kau mau menyebutku apa. Tapi, aku bisa berbuat sesuatu pada mereka saat ini juga”
“Apa yang akan kau lakukan?!”
“Yah, mungkin aku bisa menyuruh orang untuk membunuh mereka. Itu mudah saja bagiku. Jadi bagaimana? Kau akan ikut aku pulang, kan?”
“Kenapa aku harus terus mematuhimu!” geram Miko.
“Karena aku memerintahkanmu!” jawab Morino pelan menyeramkan.
Miko teringat akan kejadian mobil terbakar kemarin. Ia semakin yakin jika ancaman pria ini tidak main-main. Akhirnya dengan terpaksa Miko menuruti perintahnya.
Mereka berjalan tanpa berbicara. Sampai akhirnya tiba di parkiran. Miko yang akan menuju mobilnya lagi-lagi dihentikan Morino.
“Naik ke mobilku!”
“Tapi aku bawa mobil!” protes Miko.
“Aku akan mengurus mobilmu. Naik ke mobilku, sekarang!”