" Dia tidak mencintaimu, dia mencintaiku. Dia tidak ingin menikahi mu, akulah satu-satunya wanita yang ingin dia cintai. Kami saling mencintai, tapi karena beberapa hal kami belum bisa mewujudkan mimpi kami, berhentilah untuk menolak percaya, kami sungguh saling mencintai hingga nafas kami berdua amat sesak saat kami tidak bisa bersama meski kami berada di ruang yang sama. " Begitulah barusan kalimat yang keluar dari bibir indah wanita cantik berusia tiga puluh tahun itu. Tatapan matanya nampak begitu sendu dan ya tega mengatakan apa yang baru saja dia katakan. Rasanya ingin marah Ana mendengarnya, tapi bisa apa dia karena nyatanya memang begitu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Ana menjatuhkan tubuhnya di lantai kamar mandi. Tubuhnya yang gemetar benar-benar tak mampu berdiri lebih lama lagi. Setelah beberapa saat lalu berhasil membuat Jordan finis dengan tangan dan mulutnya, Ana benar-benar tidak sanggup lagi berpura-pura kuat karena dia sangat mual. Sebagai seorang gadis yang sama sekali belum berpengalaman tentang urusan ranjang, tentulah Ana benar-benar gugup, takut kalau sampai caranya salah. Tapi untungnya dia sudah menonton film dewasa, dan berkat sahabat baiknya dia bisa melakukan itu tadi.
Ana mengatur nafasnya, dia tetap menahan diri agar tidak muntah karena tidak ingin membuat Jordan menjadi tersinggung dan salah persepsi padanya Biarlah dia menderita, asalkan Ayahnya bahagia bersama Ibu tirinya, semua pasti akan baik-baik saja. Tidak masalah dia harus menjalani hari-hari yang berat, selain karena dia merasa mampu, Ana yakin benar bahwa pada suatu saat nanti semua akan baik-baik saja asalkan dia melakukan yang terbaik sebisa yang dia mampu.
Jordan, pria itu hanya bisa terdiam dibatas ranjang dengan segala pemikirannya. Benar-benar di buat tidak berdaya oleh gadis sembilan belas taun itu, tapi mau bagaimana lagi tubuhnya bereaksi di luar keinginannya. Untunglah Ana langsung ke toilet karena cairan miliknya tumpah di tangannya semua tadi, karena kalau tidak Jordan benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa setelah dia mendapatkan pelepasan itu.
Jika ini pertama kali untuk Ana melakukan hal ekstrem, maka ini juga pertama kali untuk Jordan bisa finis di tangan seorang wanita.
Setelah Ana kembali ke kamar, Jordan yang masih belum bisa tidur itu memaksa matanya untuk memejamkan agar terhindar pembicaraan dengan Ana. Apakah dia malu? Gugup? Atau apa? Entah lah! Nyatanya yang ia tahu ia hanya sedang tidak ingin bicara dengan Ana dulu. Ana juga sama, entah dia tahu kalau Jordan berpura-pura tidur atau tidak, tapi dengan begini juga lebih baik agar dia tidak perlu menahan dirinya yang sedang gugup sekarang ini.
Esok paginya, Ana kembali membantu di dapur. Pagi ini dia tidak langsung membantu masak karena menu makanan hanya nasi goreng saja, jadi tidak banyak yang harus di masak, bahkan saat Ana turun saja sudah hampir selesai semua dikerjakan oleh pembantu rumah mereka.
Soraya, wanita cantik itu kini tengah menuangkan susu di gelas seperti rutinitas setiap harinya. Kendra sangat suka meminum susu murni, jadi hampir tidak pernah Soraya melupakan itu. Ana, dia sebenarnya sangat salut dengan Ibunya yang begitu perduli dengan Ayahnya, tapi kalau memikirkan tentang pengkhianatan yang dilakukan Ibu tirinya itu, hatinya seperti tiba-tiba merasakan benci yang dalam.
Ana menghela nafas, sadar menatap Ibu tirinya hanya membuat hatinya terus merasa kecewa, Ana memutuskan untuk menyusun piring dan sendok saja.
" Selamat pagi, sayang? " Sapa Kendra, lalu mencium pipi Soraya karena memang begitu kebiasannya. Jordan yang baru sampai tak sengaja melihat itu, sebenarnya dia ingin memaklumi karena mereka adalah suami istri, tapi entah mengapa dia merasa ada sebuah perasaan yang tak bisa dia jelaskan. Saat Jordan melihat senyum bahagia Soraya ketika Kendra mencium pipinya, Jordan seperti merasa tidak akan memiliki kesempatan untuk itu.
" Eh, sayang? Kenapa diam saja? Sini! " Ana berjalan ke arahnya dengan senyum manis yang jelas sekali itu hanyalah akting semata-mata. Jordan tak mampu menepis tangan Ana, dia membiarkan saja hingga Ana menggandengnya untuk duduk bergabung di meja makan.
" Sayang, sosisnya sosis daging sapi, jadi pakai telur ceplok saja ya? " Ucap Soraya sembari sibuk menyiapkan makanan untuk Kendra. Sebenarnya bukan berarti dia tidak melihat adanya Jordan, hanya saja memang seperti itulah Soraya setiap harinya jadi untuk membuat Kendra tidak curiga, tentu dia harus bersikap seperti biasanya kan.
" Kau mau sosis atau telur untuk tambahannya? Kau tidak mungkin makan nasi goreng saja kan? " Tanya Ana yang tidak ingin terus melihat Jordan memperhatikan Soraya dan Kendra yang begitu mesra.
Jordan segera memperbaiki ekspresinya, dia kini mencoba fokus dengan Ana karena tidak ingin Kendra curiga padanya.
" Apa saja. "
Ana mengambilkan keduanya, lalu mendekatkan teh hijau untuk Jordan.
" Ana, Jordan tidak suka teh hijau. "
Jordan, Ana, dan Kendra kompak terdiam karena terkejut.
" Sayang, dari mana kau tahu? "
Soraya menelan salivanya. Iya, dia kelepasan karena memang tahu jika Jordan paling tidak menyukai teh.
" Itu, karena kemarin dia menolak teh hijau yang aku buatkan. " Ujar Soraya mengelak.
Ana tersenyum, tapi dia tetap meminta Jordan untuk meminum teh itu.
" Sayang, teh hijau itu sehat loh. Coba deh sedikit-sedikit saja setiap hari, nanti lama-lama kau akan suka, memang pada awalnya tidak enak karena kau tidak suka, tapi percaya padaku deh, yang sehat memang kadang tidak enak. Nanti kalau kau sudah terbiasa, kau akan merasa ada yang kurang saat tidak meminumnya. "
Jordan tak menjawab, dia meminum sedikit teh hijau itu. Iya, seperti dugaannya bahwa teh itu tidak enak, jadi cukup saja sedikit dia minum dan mulai untuk sarapan.
Setelah sarapan selesai, Soraya dan Ana mengantarkan suami mereka ke depan karena mereka harus bekerja.
" Sayang, aku berangkat dulu ya? Baik-baik di rumah, jangan terlalu lelah, kalau nanti mau pergi, jangan lupa memberi kabar padaku ya? " Ucap Kendra kepada Soraya sembari mengusap kepalanya dengan lembut.
" Oke, kau juga hati-hati di jalan ya sayang? Jangan lupakan makan siang mu nanti. "
Kendra menghela nafas.
" Kita makan siang bersama nanti ya? "
Soraya sebentar melihat ke arah Jordan, dan segera Jordan membuang pandangan ke arah lain meski sedari tadi dia terus memperhatikan Soraya dan Kendra yang begitu mesra.
" Iya. " Jawab Soraya lalu tersenyum. Seandainya tadi Jordan menatap ke arahnya juga, pasti dia akan beralasan agar bisa mencuri waktu bersama Jordan. Tapi melihat Jordan acuh, dia seperti tak punya pilihan lain.
" Sayang, kau berangkat lah cepat. Aku anta sampai ke garasi ya? " Ucap Ana.
" Tidak usah, tidak apa-apa sampai disini saja. " Jordan berbicara dengan sopan. Alasan utamanya ya karena ada Kendra, dan juga perasaannya sedang kacau melihat bagaimana Kendra dan Soraya begitu mesra.
Ana, dia sungguh bahagia sekali melihat Jordan terbakar cemburu seperti ini. Setidaknya lama kelamaan akan menimbulkan efek untuk hubungan mereka berdua.
Ana menjijitkan kakinya, mengecup singkat bibir Jordan lalu tersenyum dia saat Jordan menatapnya kaget.
" Selamat bekerja ya sayang? Jangan lupa hubungi aku kalau sudah sampai di kantor, Jagan lupa makan siang, aku tunggu kau pulang nanti. " Ucap Ana yang kini mendapat tatapan terkejut juga dari Soraya.
Bersambung.
..maaf Thor AQ tinggal dulu ya sebenarnya suka tp masih kurang greget