Lingga Sari tercipta sebagai makluk dalam dua wujud, bisa menjelma menjadi perempuan yang cantik jelita namun juga dalam wujud kera putih yang besar.
Lingga Sari jatuh hati pada Wanandi, pemuda desa manusia biasa, cinta terbalas, kebahagiaan mereka lengkap dengan hadirnya sang buah hati..
Akan tetapi kebahagiaan itu sirna saat Wanandi mulai tidak kerasan tinggal di kerajaan alam astral.
Kehancuran Lingga Sari semakin parah di saat dia dijadikan abdi oleh dukun sakti..
Suatu ketika Lingga Sari berhasil lepas dari dukun sakti dia lari sembunyi di hutan yang lebat dan bertemu dengan seseorang di hutan lebat itu, siapa dia akan mencelakakan atau membantu Lingga Sari?
Bagaimana perjuangan Lingga Sari untuk meraih lagi kebahagiaan nya, apakah dia bisa bersatu lagi dengan suami dan buah hatinya di alam astral atau di alam nyata????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 10.
“Hei! Apa yang sudah kalian lakukan di sini!” teriak suara pemuda kerabat Wanandi dengan sangat lantang.
Keempat orang yang menggotong jasad Wanandi itu pun menoleh ke arah sumber suara. Terlihat di dalam keremangan dari arah pintu masuk makam ada banyak obor menyala nyala yang dibawa oleh banyak orang.
“Gawat orang orang datang, itu saudara nya Wanandi.” Ucap pimpinan penggali kubur ilegal itu.
“Mereka datang ke sini, kita lari saja, kita tinggalkan saja jasad ini.. “ ucap salah satu dari mereka.
“Iya kita lari, nanti gampang kita cari alasan ke Mona.” Ucap pimpinan penggali kubur ilegal itu. Mereka pun segera melepas jasad Wanandi ke dalam liang kubur.. Dan mereka berempat berlari tunggang langgang menyebar dan akan keluar dari makam itu tidak lewat pintu depan.
Pemuda kerabat Wanandi datang bersama pemuda pemuda masjid terus melangkah menuju ke makam Wanandi dengan cepat. Bahkan pemuda kerabat Wanandi berlari paling depan. Dia tadi memang mengajak teman teman nya pemuda masjid memberi tahu jika Windy dan Lingga Sari hilang dan mereka memutuskan untuk mencari ke makam. Para pemuda masjid tidak tahu tentang pengusiran Lingga Sari dan Windy oleh beberapa warga, sebab saat itu terjadi mereka semua sedang khusyuk di dalam masjid yang letak masjid agak jauh dari rumah Wanandi.
“Kurang ajar benar, mereka mau mengambil jasad Kakak Wanandi.” Ucap pemuda kerabat Wanandi dengan geram.
“Ayo kita kubur lagi jasad Kakak Wanandi dengan baik, dan kita jaga di sini sambil sembahyang..” ucap salah satu dari pemuda masjid. Mereka semua lantas kembali mengubur jasad Wanandi dengan alat alat yang ditinggal oleh para penggali kubur ilegal.
Sementara itu di lain tempat di salah satu rumah abdi Sang Ratu, di kerajaan alam astral.. Windy bolak balik keluar dan masuk rumah..
“Sudah sore, Ibu kok belum datang ya.. di bumi sekarang kan sudah sangat gelap sudah larut malam..” gumam Windy di dalam hati sambil melihat jalan di depan rumah nya.
Sesaat tetangga Windy yang melihat Windy berkali kali mondar mandir keluar masuk rumah..
“Windy aku lihat sejak tadi kamu gelisah dan mondar mandir, ada masalah apa Windy? Di mana Ibu kamu?” tanya tetangga Windy.
“Aku menunggu Ibu ku, Paman.. Ayah ku meninggal di bumi, Ibuku mau membawa Ayah ke sini Paman..” suara imut Windy..
“Ooo syukurlah kalau kalian bertiga akhirnya bisa berada di sini Windy.. hati kalian semua tenang karena sudah bersama sama lagi..” ucap tetangga Windy.
“Iya Paman tapi ini sampai sore kok Ibu belum datang membawa Ayah.. Paman aku akan lihat ke bumi ya, mungkin Ibu ku perlu bantuan ku.. “ suara imut Windy sambil mendongak menatap wajah tetangga nya yang kini menjelma menjadi manusia seorang laki laki yang wujud aslinya monyet putih besar.
“Tapi bagaimana jika Ibu kamu datang Windy, sudah lah kamu tunggu saja..”
“Paman jika Ibu ku datang bilang saja aku melihat ke kubur Ayah ku di bumi ya.. aku juga akan kembali kalau Ibu sudah berhasil mengambil Ayahku..” suara imut Windy lagi..
“Baiklah Windy, hati hati ya.. di bumi banyak manusia jahat..”
“Baik, Paman..” suara imut Windy, dan sesaat kemudian..
CLING
Dalam sekejap tubuh mungil Windy sudah berada di tempat makam Sang Nenek dan Sang Ayah..
Kedua mata Windy melebar saat melihat banyak orang duduk bersila mengelilingi kubur Sang Ayah dan melantunkan doa doa..
“Paman dan teman temannya mendoakan Ayah ku..” gumam Windy di dalam hati dan dia pun melangkah mendekati orang orang itu..
“Windy kamu datang.. syukurlah kamu baik baik saja.. kamu dari mana Windy? Aku mencari cari kamu dan ibu kamu sejak tadi..” tanya pemuda kerabat Wanandi saat melihat tubuh mungil Windy datang mendekati nya dan ikut duduk bersila di sampingnya.. Sedangkan para pemuda masjid masih terus khusuk berdoa untuk mendoakan jasad Wanandi dan jasad Nenek nya Windy.
“Paman tadi ada orang orang mengusir Ibu dan Aku, oleh Ibu aku disuruh pulang ke kerajaan Sang Ratu lebih dulu, tapi aku tunggu tunggu Ibu tidak datang datang.. Ibu tadi bilang katanya Ibu akan membawa Ayah, Ibu akan membawa Ayah ke kerajaan Sang Ratu agar kita selalu bertiga bersama sama.. Paman ..” suara imut Windy..
Di dalam keremangan malam kedua mata pemuda kerabat Wanandi berkaca kaca mendengar penjelasan dari Windy.. hatinya pun mulai khawatir jika orang orang sudah membakar Lingga Sari..
“Wind tadi ada orang orang mau mengambil jasad Ayah kamu, maka kami di sini berdoa dan menjaga nya..”
“Paman bukan Ibu ku kah yang akan mengambil Ayah ku?”
“Bukan Windy, bukan Ibu kamu, mereka orang orang biasa, lihat itu alat alat mereka..”
“Ooooohhh.. lalu di mana Ibu ku?” suara imut Windy dan kedua matanya sudah menetes butiran air bening.
“Windy sekarang kita sembahyang untuk mendoakan Ayah dan Nenek, juga untuk menjaga makam Ayah kamu Dan kita berdoa semoga Ibu Kamu selamat dan cepat menemui kamu.. Besok aku akan mencari cara agar tidak ada orang yang bisa mengambil jasad Ayah kamu..” ucap pemuda kerabat Wanandi sambil mengusap puncak kepala Windy dengan lembut.
Windy pun menurut dan ikut sembahyang bersama para pemuda masjid itu..
Mereka terus sembahyang hingga dini hari.. dan terus berjaga di makam itu. Windy pun juga ikut berjaga.. Sesaat mata Windy melihat sosok Sang Nenek berdiri dan tersenyum pada dirinya..
“Nenek.. itu ada Nenek.. tapi di mana Ayah?” suara imut Windy sambil menatap pada satu arah..
Pemuda kerabat Wanandi dan para pemuda masjid pun tampak kaget dan ada yang berdebar debar jantungnya karena takut..
“Wind, kamu melihat arwah Nenek?” tanya pemuda kerabat Wanandi.
“Iya Paman tapi hanya sebentar Nenek tersenyum pada aku tapi sekarang sudah hilang. Tapi aku tidak melihat Ayah ku..” suara imut Windy..
“Jangan sedih Windy, nanti kita doa kan Ayah mu lagi..” ucap pemuda kerabat Wanandi... dan mereka pun sembahyang lagi.
Sementara itu di lain tempat, di kamar Mona. Mona gelisah menunggu orang orang suruhan nya tidak kunjung juga tiba ..
“Hah.. sudah hampir pagi juga tidak datang, biasa uang nya mau hasil tidak ada.” Ucap Mona dengan kesal..
Mona lalu melangkah menuju ke lemari dan dia buka pintu lemari itu.. dia ambil sebuah peti kecil dan dia buka tutup peti kecil itu.. di dalam peti kecil itu ada sebuah batu akik besar yang dibungkus kain putih..
Bibir Mona tersenyum sambil membuka bungkus kain putih itu..
“Tenanglah di dalam batu ini Kakak Wanandi, aku akan tetap memiliki jiwa dan raga kamu sayang ku...” ucap Mona sambil tersenyum.. jiwa Wanandi sudah dikurung oleh sang dukun dan dimasukkan di dalam batu akik milik Mona.
“Aku tinggal menunggu raga Kakak Wanandi saja... “ gumam Mona di dalam hati sambil menutup lagi batu akik itu dengan kain putih.