SAFFIYA RAY & RAYAN ADITNYA. Kisah gadis cantik yang mengejar cinta pria duda tampan, yang merupakan dosennya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Fey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
*******
Sebulan berlalu, Saffiya sudah di izinkan untuk pulang kerumah.
Kini mereka sudah dalam perjalanan menuju pesantren dengan Rayan yang menyetir.
Selama masa pemulihanya di rumah sakit, Saffiya belum juga mengingat apa-apa.
Dan selama itu pula, kedua orang tuanya tak kunjung datang untuk menjenguk. walaupun Meyra sudah memberitahukan keadaan Saffiya pada mereka.
Bagi keduanya, mereka sudah tidak punya hubungan apa apa lagi dengan gadis itu. semenjak Saffiya mengetahui jika dia bukan anak kandung mereka.
Meyra tidak bisa berbuat apa apa, karena ia pun bingung dengan pemikiran kedua orang tua Saffiya.
Dengan sabar orang-orang terdekatnya membatunya untuk mengembalikan ingatanya secara pelan-pelan.
Walaupun sering kali Saffiya merasakan sakit di kepalanya, ketika memaksa untuk mengingat semuanya.
Setibanya dipesantren Saffiya dibawa menuju kerumah umi Salama, untuk sementara ia akan tinggal disana sampai keadaan tubuhnya lebih baik.
" Kamu istirahat aja, umi sudah siapin kamar untukmu. " kata Umi Salama yang membawa Saffiya langsung masuk kedalam kamar.
Setelah mengantarkan gadis itu kedalam kamarnya, umi Salama keluar duduk ikut bergabung bersama Rayan dan suaminya diruang keluarga.
" Menurut abah gimana? " tanya Rayan.
" Gimana apa? kalian lagi bahas apa? " tanya umi Salama penasaran.
" Gini umi, Rayan tadi kasih saran. agar ingatan Saffiya cepat kembali, gimana kalau kita antarkan dia kerumahnya. dengan begitu ia bisa mengingat kembali masa lalunya dengan cepat. " jelas abah.
" Iya umi, gimana menurut umi? " tanya Rayan meminta pendapat uminya itu.
" Ide bagus, cuma umi masih khawatir. sekarang kan kondisi tubuh Saffiya masih belum sepenuhnya pulih. " jawab umi Salama.
" Justru itu kita harus secepatnya membuat ingatanya kembali umi, kalau ditunda tunda Rayan takut prosesnya akan sangat lama. " ucap Rayan.
" Ya udah, nanti umi bahas dulu dengan Saffiya. " jawab Umi Salama.
Keesokan harinya, Saffiya sedang duduk disebuah saung dekat kolam.
Umi Salama yang melihatnya, langsung menghampiri gadis itu dan ikut duduk disaung sebelahnya.
Saffiya terlihat murung, entah apa yang ada difikiranya saat ini.
" Sa! " panggil umi Salama pelan.
" Eh umi. " jawab Saffiya yang langsung tersenyum.
" Kamu sedang mikirin apa? " tanya umi Salama penasaran.
" Nggak umi, Saffiya hanya mencoba untuk mengingat sesuatu saja. " jawab Saffiya.
Umi Salama diam sejenak, sambil memperhatikan gadis itu.
Ada rasa sedih yang ia rasakan, karena melihat Saffiya seperti orang linglung setelah kehilangan ingatanya.
" Sebenarnya ada yang pengen umi bicarakan nak. " ucap uminya yang ingin mendiskudiakan saran Rayan kemarin.
" Apa itu umi? " tanya Saffiya penasaran.
" Kemarin umi abah dan Rayan mendiskusikan cara agar ingatamu cepat pulih kembali." jawab umi Salama.
" Oh ya, gimana caranya umi. " tanya Saffiya yang terlihat sangat antusias.
" Untuk sementara gimana kalau kamu pulang dulu kerumah, mungkin saja dengan bertemu orang-orang yang dulu pernah dengat dengan kamu, bisa merangsang ingatan Saffiya cepat pulih. " jelas umi Salama.
Saffiya langsung terlihat murung begitu mendengar penjelasan uminya itu.
" Kenapa nak? Saffiya nggak mau? " tanya umi Salama.
" Bukanya Saffiya nggak mau umi, hanya saja untuk sekarang Saffiya benar benar nggak ingat dimana Saffiya tinggal dulu, jadi bagaimana mau pulang kesana. " jawab Saffiya sedih.
" Untuk itu kamu tenang aja sayang, Rayan yang akan membantumu. " jawab umi Salama.
" Rayan? pria yang selalu datang kerumah sakit itu umi? " tanya Saffiya mematikan.
" Iya, kebetulan Rayan sudah lama mengenal kamu, karena sebelum kamu pindah kesini, dia tau dimana rumah Saffiya sebelumnya. " jelas umi Salama.
Saffiya pun setuju dan menerima ide mereka, ia langsung berkemas dengan dibantu umi Salama.
Siang menjelang Rayan datang dengan membawa mobil, sesampainya dipesantren ia melihat Saffiya sudah siap bersama umi Salama yang ikut mengantarkanya.
" Assalamu'alaikum umi. " ucap Rayan yang menyalimi uminya.
" Waalaikum'salam nak. " jawab umi Salama.
" Waalaikum'salam. " jawab Saffiya dari balik cadarnya.
" Semuanya sudah siap? kita langsung berangkat sekarang? " tanya Rayan.
" Udah, kita berangkat sekarang aja. " jawab umi Salama.
Rayan pun langsung memasukkan koper serta barang-barang Saffiya kedalam bagasi, setelah semuanya siap mereka pun langsung bertolak menuju apartemen gadis itu.
Sebelumnya Rayan sudah membicarakan dengan Meyra sahabat gadis itu, sehinggat ketika mereka tiba disana Meyra sudah mempesiapkan apa saja yang di butuhkan Saffiya.
Selama perjalanan Saffiya memperhatikan orang-orang yang ada dipinggir jalan.
Sembari mencoba mengingat jalanan yang ia lewati.
Sesampainya disana, Rayan langsung membawa mereka masuk menuju lantai 6.
Terlihat Meyra sudah menunggu mereka didepan pintu dengan tidak sabar.
" SA!! " teriak Meyra yang langsung berlari menghampiri Saffiya begitu melihat mereka keluar dari dalam lift.
Meyra terlihat sangat senang bisa melihat sahabatnya itu lagi setelah sekian lama, ia mencoba untuk tidak terlihat sedih agar Saffiya tidak ikut merasa sedih juga.
" Kamu baik baik aja kan? " tanya Meyra dengan mata berkaca kaca.
" Iya. " jawab Saffiya mengangguk bingung.
Semuanya masuk kedalam, Meyra sudah menyiapkan beberapa jenis makanan kesukaan Saffiya.
Mereka pun langsung menikmatinya, Saffiya terlihat mulai bisa tertawa karena candaan Meya.
Semuanya merasa sangat senang, karena melihat gadis itu tertawa bisa melihat dari balik cadarnya.
Jam menunjukan pukul delapan malam, Saffiya sudah selesai melaksanakan sholat isyahnya. kini ia sedang duduk diruang tengah sambil melihat lihat beberapa pajangan foto dirinya dan teman-temanya dirak dekat TV.
Saffiya mencoba mengingat momen didalam foto-foto itu, namun tetap saja tidak ada yang terlintas di fikiranya walaupaun ia sudah sangat berusaha.
" Huuuffff..." gumam Saffiya menghela nafas panjangnya.
" Sa! makan yuk aku udah siapin makananya. " ajak Meyra.
Saffiya berjalan menuju meja makan, sementara Meyra masih menyiapkan semua makanan dimeja satu persatu.
" Meyra, apa sebelumnya kita memang sedekat ini? " tanya Saffiya penasaran.
" Bukan dekat lagi Sa, hubungan kita sudah seperti kakak adik, sampai-sampai kamu mengajak aku untuk tinggal bareng disini. " jelas Meyra.
" Oh ya, apa kamu bisa menceritakan padaku seperti apa kehidupanku dulu? " pinta Saffiya.
" Tentu saja, aku akan menceritakan semuanya. " jawab Meyra.
Setelah selesai makan, keduanya pindah duduk dibalkon sambil ditemani dengan minuman hangat dan beberapa cemilan ringan.
Meyra mulai menceritakan siapa Saffiya dulu, seperti apa keseharianya, orang-orang yang dekat denganya, dimana orang tuanya sekarang, dan juga kehidupanya selama ia kuliah.
Saffiya mendengarkan dengan serius, sambil terus mencoba mengingat semua cerita kehidupanya itu.
Namun tetap saja ia masih tidak bisa mengingatnya.
" Udah, jangan terlalu dipaksakan, lama-lama kamu pasti akan ingat, pelan-pelan aja. " ucap Meyra yang merasa kasihan dengan gadis itu.
Saffiya hanya bisa pasrah dengan semua yang sudah terjadi padanya saat ini.
" Eh, besok kita keluar main yuk, kamu pasti bosan kan kalau harus diam terus disini. " ajak Meyra.
" Baiklah. " jawab Saffiya setuju.
Keesokan harinya Saffiya mulai bersiap-siap untuk pergi dengan Meyra, hari ini ia menggunakan pakaian serba coklat lengkap dengan cadarnya.
Meyra yang melihat perubahan drastis Saffiya dalam berpakaian, merasa sangat terharu.
Karena Meyra sangat tau bagaimana sahabatnya itu dulu, ia selalu berpakaian terbuka dan sexy tidak perduli dengan perkataan orang orang di sekitanya.
Tapi sekarang semua itu sudah tidak terlihat lagi, Saffiya sudah sangat berubah seperti orang yang baru Meyra kenal.
" Udah siap? " tanya Meyra yang masuk kedalam kamar Saffiya.
" Udah. " jawab Saffiya yang mengambil tas kecilnya dan juga ponselnya.
Setelah itu keduanya langsung turun kebawah menuju parkiran mobil, Meyra melajukan mobilnya menuju kampus mereka.
Ia sengaja mengajak Saffiya ketempat itu, berharap jika gadis itu akan mengingat sesuatu dilingkungan kempusnya dulu.
Setelah sampai disana, Meyra mengajaknya berkeliling.
Mulai dari taman dimana biasa mereka duduk, ruang kelas, kantin kampus, sampai perpustakan yang menjadi tempat Saffiya selalu menghabiskan waktunya dulu.
Namun lagi-lagi Saffiya tidak bisa mengingat apa-apa, Meyra terus saja menceritakan padanya selama mereka mendatangi tempat-tempat itu. berharap idenya ini akan membuahkan hasil walaupun hanya sedikit saja.
Hingga tiba waktunya sholat zuhur, Saffiya langsung menuju masjid kampus untuk sholat sebentar, sementara Meyra pergi membelikan beberapa minuman dan ceminya dimini market kampus.
Beberapa menit berlalu, setelah selesai denga sholatnya Saffiya keluar dari masjid dan langsung berpapasan dengan Rayan yang juga baru saja keluar.
" Saffiya! " sapa Rayan yang kaget melihat gadis itu ada disini.
Sementara Saffiya hanya sedikit mengangguk kemudian pergi meninggalkan Rayan tanpa mengucapkan sepata kata pun, ia menghampiri Meyra yang sedang menunggunya dibangku taman tidak jauh dari masjid itu.
Rayan hanya bisa tersenyum, karena ia merasa ikut senang karena sekarang Saffiya sudah bisa beraktifitas seperti normal walaupun ingatanya belum juga kembali.
Namun tiba-tiba Meyra teringat sesuatu.
" Astagah. " ucap Meyra panik ketika membuka tasnya.
" Kenapa? " tanya Saffiya bingung.
" Ponselku ketinggalan dimini market, bentar ya aku ambil dulu. " jawab Meyra yang berlari menuju mini market.
Sementara Saffiya menikmati jajanan yang dibelikan Meyra tadi sambil melihat lihat orang-orang yang ada disekitanya.
Meyra datang kembali setelah menumakan ponselnya.
" Untung aja belum hilang. " gumam Meyra yang memasukkanya kedalam tas.
Namun ia teringat ponsel Saffiya yang selalu dibawanya, Meyra mengeluarkan dan memberikanya pada gadis itu.
" Sa! ini ponselmu. " ucap Meyra.
" Ponselku? " tanya Saffiya yang menerimanya.
" Iya, dulu kamu sering menggunakanya sehari-hari, mungkin saja ada sesuatu yang kamu ingat disitu. " jawab Meyra.
Saffiya langsung mencoba untuk membukanya, namun ia tidak mengingat apa pasword dari ponselnya itu.
" Aku nggak ingat paswordnya. " ucap Saffiya yang sudah berusaha membukanya.
" Nanti kita coba minta tolong orang buat membukainya, aku juga nggak tau apa paswordnya. " jawab Meyra.
Dengan cepat Saffiya merapikan barangnya dan langsung mengajak Meyra ketempat dimana orang-orang memperbaiki ponsel mereka, ia berharap didalamnya ada data-data yang bisa membuat ingatakanya pulih dengan cepat.
###NEXT###
Salam Hangat Dari Penuliss...