Kaina Syarifah Agatha. Gadis cantik yang cerdas. Mengetahui dirinya dijodohkan dengan pria pujaannya. Sam.
Samhadi Duardja Pratama. Pria yang diidolai Kai, begitu nama panggilan gadis itu. Sejak ia masih berusia sepuluh tahun.
Sayang. Begitu menikah. Berkali-kali gadis itu mendapat penghinaan dari Sam. Tapi, tak membuat gadis itu gentar mengejar cintanya.
Sam mengaku telah menikahi Trisya secara sirri. Walau gadis itu tak percaya sama sekali. Karena Trisya adalah model papan atas. Tidak mungkin memiliki affair dengan laki-laki yang telah beristri.
Kai menangis sejadi-jadinya. Hingga ia terkejut dan mendapati kenyataan, bahwa ia mendapat kesempatan kedua.
Gadis itu kembali pada masa ia baru mengenal Sam selama dua minggu, sebagai pria yang dijodohkan dengannya.
Untuk tidak lagi mengalami hal yang menyakiti dirinya. Gadis itu mulai berubah.
Bagaimana kisahnya? Apakah Kai mampu merubah takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKSI TRISYA
Trisya mengenakan dress terbaiknya. Gadis itu memolek dirinya di depan cermin. Mini dress di atas lutut berwarna putih corak bunga-bunga kecil. Dress dengan rok mengembang dengan leher tali. Punggung Trisya yang mulus terekspos, hanya ditutupi rambutnya yang dicat warna kecoklatan sepunggung.
Dengan high heels 7cm tali warna putih, menghiasi kakinya yang jenjang dengan kuku warna-warni. Gadis itu melenggang anggun menuju mobil Chevrolet hitam miliknya. Dengan mengenakan kacamata hitam, ia naik mobil itu dan menjalankannya ke sebuah gedung yang sudah satu bulan lebih ini tak ia kunjungi.
Butuh waktu dua puluh menit, gadis itu sampai depan lobby perusahaan. Semua karyawan mengenali siapa dirinya, mereka menunduk hormat melihat kedatangannya.
Berjalan menuju lift khusus. Ia mengarahkan sidik jarinya. Ditolak! Trisya melepas kacamatanya. Mengarah jari telunjuknya pada sensor agar lift khusus itu terbuka.
Dulu, Sam membuat sistem sensor lift khusus itu juga bisa ia akses dengan mudah, karena Trisya adalah kekasihnya. Makanya, sekarang ia meletakan jari telunjuk untuk membawa dia ke lantai delapan.
"Apa sensornya rusak?" gumamnya kesal.
Ia melihat lift biasa yang dipakai karyawan. Dengan langkah arogan ia menuju pintu lift tersebut dan membukanya. Pintu terbuka, ia pun masuk dan langsung memencet tombol delapan.
Butuh waktu sepuluh menit untuk sampai di lantai delapan. jika menggunakan lift khusus, ia tak sampai lima menit saja. Pintu lift terbuka. Ia pun melangkah dengan anggun menuju ruangan Sam. Tiba-tiba.
"Maaf, Nona. Anda dilarang masuk, karena Boss sedang tidak ada di tempat!" larang asisten sekretaris yang memang sedang ada di sana.
"Kemana Bossmu?" tanya Trisya angkuh.
"Sedang meeting di restauran Mangiamo, Nona," jawab Arsy.
Trisya mendengkus kesal. Melihat jam Cristian Dior di pergelangan kirinya. Memang waktu sudah menunjukkan pukul 12.12., waktunya makan siang.
"Kapan Boss mu kembali?" tanyanya malas.
"Bisa jadi nanti sore, Nona. Atau beliau langsung pulang, karena akan menghadiri dinner party yang di adakan di PT Luvinsky untuk membuka anak cabang perusahaan tersebut," jelas Arsy lagi.
Hanya dengkusan keras yang terdengar. Trisya pun mengenakan kacamata hitamnya. Gadis itu kembali mengenakan lift biasa.
'Tau begitu, aku langsung ke apartemennya!" gerutunya pelan..
Lalu dia ingat, percuma saja jika Trisya ke apartemen pria itu. Sam tak pernah mengajaknya masuk ke kamar. Pria itu menyuruh Trisya duduk menunggu di sofa lobby. Walau sekeras apa pun ia merayu bahkan membangkitkan gairah pria itu. Sam tak pernah membawanya masuk ruangan pribadinya yang ada di blok khusus itu.
"Menyebalkan, bahkan dia juga nggak mau masuk kamar di apartemen ku!" gerutunya lagi.
Gadis cantik itu kini mencoba menghubungi Sam..Sayang, nomor gadis itu sepertinya sudah diblokir oleh pria tampan nan mapan itu, hingga membuat Trisya menghentakkan kakinya.
"Sam!" pekiknya.
"Haaachi!' Sam bersin.
"God bless you!' sahut Richard memandang Sam yang menggosok hidungnya.
Kini pria itu bersama beberapa teman pengusaha melakukan meet and greet. Kai langsung memberi atasannya tissue. Sam langsung mengusap hidungnya yang memerah.
"Siapa yang menggosipimu, Sam?" tanya Permadi Sanjaya terkekeh.
Sam memutar mata malas. Ia merasa tak menyinggung siapa pun dari kemarin. Mereka kembali melanjutkan makan yang tertunda.
Sedang Trisya kini mengemudikan mobilnya. Ia berencana menemui Sam langsung di restauran yang disebut oleh asisten sekretaris tadi.
Sebuah bangunan yang begitu elegan dan terkesan mewah namun ramah. Ada taman bermain anak dan meja-meja juga kursinya. Sepertinya sengaja dibuat untuk kenyamanan pengunjung yang membawa anak-anak aktif dan suka bermain.
Trisya memberikan kuncinya pada petugas vallet. Gadis itu melangkah dan disuguhi dekorasi interior yang begitu familly banget. Hangat dan nyaman. Itu lah yang dicari orang ketika makan, seperti di rumah.
"Selamat siang, selamat datang di restauran Mangiamo, apa sudah reservasi tempat, Nona?" tanya salah satu pelayan dengan ramah.
"Saya datang untuk Samhadi Duardja Pratama," jawab Trisya dengan angkuh.
"Maaf, apa Nona sudah ada janji. Karena beliau tak mengatakan apa pun pada kami, bisa kami tahu Nona siapa?" tanyanya lagi sopan.
"Katakan kekasihnya Trisya datang," jawab Trisya dengan sangat angkuh.
"Oh, kalau begitu silahkan menunggu di sini, dan nikmati hidangan kami," ujar pelayan menunjuk suatu ruang khusus.
Trisya pun duduk di sofa dengan nyaman, seorang pelayan menyediakan satu cangkir teh cemoline dan desert kecil red velvet.
Trisya meminum teh harum itu dengan elegan. Sedikit terkejut ada tulisan "Everything served is free!". Ia menelan saliva kasar. Hidangan senikmat ini gratis? pikirnya.
Butuh waktu lima belas menit ia menunggu. Pelayan itu kembali datang dengan wajah ramah mengatakan, jika Sam tidak mengenal dirinya.
"Apa dia gila!" sentak Trisya murka.
"Maaf, Nona. Tapi Tuan Sam sendiri mengatakan jika ia tak mengenal Nona," jelas pelayan dengan tenang.
"Kurang ajar!' tekan Trisya kesal..
"Sam!" teriaknya lantang secara tiba-tiba.
Semua pengunjung yang tengah menikmati hidangan menoleh.
"Nona, jangan buat keributan di sini, silahkan anda keluar," pinta pelayan dengan sangat hati-hati ya penuh ketegasan.
"Diam kamu pelayan!" bentak Trisya.
"Orang rendah seperti dirimu itu tak pantas mengusir saya dari tempat ini!" hinanya kemudian.
"Maaf, Nona. Jika anda bersikeras, kami pun bisa memakai cara kasar untuk mengeluarkan anda.dari tempat ini!" sahut pelayan itu tegas.
Trisya pun tak mau dirinya jadi pemberitaan konyol. Diusir dari restauran karena membuat keributan. Selama ini ia menjaga imagenya sebagai wanita elegan dan memiliki prilaku terpuji.
Dengan dagu terangkat, ia melempar uang lima puluh ribu begitu saja.
"Maaf, saya bukan pemakan gratisan!' ujarnya penuh keangkuhan.
"Silahkan ambil uang anda kembali, Nona. Kami pun tidak menginginkan pembayaran untuk makan dan minuman yang memang gratis!" tukas pelayan itu.
Hanya deru napas terdengar dari gadis cantik itu. Tentu ia tak mau membungkuk untuk mengambil uang itu.
Tetapi sejurus kemudian sosok pria datang. Dengan setelan jas formal yang mewah dan berkelas. Menatap uang yang sedikit bergerak melayang karena angin.
"Who doesn't value money? Do you know a lot of people out there who kill each other for this money!" serunya dengan nada tak suka.
"Fabio, взять деньги!" (Fabio, ambil uang itu!) titahnya.
Pria yang diperintahkan langsung melakukan apa yang disuruh oleh tuannya. Setelah terambil.
"Отдайте бедным, если никто не признает эти деньги! " (berikan pada orang yang tak mampu, jika tak ada satu pun yang mengakui uang ini!) titahnya lagi.
Fabio memandangi semua orang yang berdiri. Tak satu pun mengakui orang tersebut. Pria itu pun menoleh pandangannya ke luar ruangan. Sosok renta tengah mengais sampah mengambil botol-botol bekas. Ia pun bergegas menuju pria tersebut dan memberikan uang itu.
Setelah melakukan perintah Boss nya, ia pun kembali ke dalam restauran. Atasannya masih menunggunya. Kemudian mereka pun melangkah ditemani oleh salah satu pelayan.
Trisya hanya terbengong dari tadi. Ia merasakan aura yang berbeda dari pria yang baru saja masuk tadi.
"Dia tadi pake bahasa apa sih?" tanyanya bingung.
Gadis itu kembali ke luar. Seorang petugas Vallet yang mengenali langsung memberikan kunci dan mengantarkan Trisya ke mobil yang tak jauh terparkir.
Sedang di ruang VVIP, Renox datang dengan permohonan maaf. Ia sedikit terlambat. Semua memakluminya dan menyuruhnya duduk.
"Kai, tempat ini kembali sunyi. Mainkan keahlianmu, kami butuh hiburan," pinta Davidson setengah memohon.
"Hmmm ... baiklah," ujar Kai.
Renox memperhatikan gadis itu dengan seksama. Kai duduk di depan piano klasik. Dengan lihai ia memainkan musik Piano Sonata No. 14, Op. 27 No. 2: II. Allegretto. Renox terpana melihatnya.
Sedang di tempat lain. Trisya baru saja sampai di apartemen Sam. Gadis itu membujuk resepsionis untuk memberitahu nomor berapa flat yang ditinggali Sam.
bersambung.
hadueh ... Trisya ...
next?