Apa yang akan kalian pilih, jika kalian di minta untuk memilih antara menikah dengan pria yang tak lain adalah sahabat kecil kalian, atau dengan pria yang kalian cintai, tapi tanpa adanya hubungan yang pasti?
Pilihan seperti itu lah yang kini di hadapi oleh Alisya, si gadis bodoh perihal cinta. Tapi siapa sangka di cintai dan menjadi hasrat cinta dua pria tampan, kaya dan terbilang incaran para kaum hawa lainnya.
Akankah salah satu dari mereka akan menjadi jodoh Alisyah? atau malah tak dari satupun mereka yang dapat menjadi jodoh Alisya.
*lebih bijak dalam membaca yah kakak*
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Haruskah jujur?
Tanpa menatap kearah Adriel. Bahkan mendengar jawaban pria itu, Alisya langsung berlari pergi begitu saja.
"Alisya!" Panggil Adriel.
Hendak mengejar, akan tetapi sekelompok mahasiswa mulai berdatangan. Membuat Adriel mengurungkan niatnya.
Di lain sisi Alisya berjalan melangkah kearah kamar mandi.
Matanya menatap kearah cermin yang berada di depannya. Deru nafas yang seakan saling berpacu.
"Apa yang sudah aku lakukan? Kenapa dengan ku?" Gumam Alisya.
Tak berselang lama ponselnya berdering.
Drrttt
Drrttt
Alisya menatap kearah layar ponsel. Terpampang nama Ira temannya. Tangan nya pun menekan tombol hijau.
"Ada apa ra?"
"Kamu dimana? Ini dosennya udah dateng."
Sontak Alisya menatap kearah jam tangan yang kini ia kenakan.
"Ya ampun aku lupa, yaudah aku ke kelas sejarah kalau gitu."
Tanpa mendengar jawaban Ira. Panggil lan langsung di akhiri begitu saja oleh Alisya.
Untung saja kamar mandi dan kelasnya tak begitu jauh.
Tok tok tok
Dengan pelan, sekaligus ada rasa ketakutan. Alisya mengetuk pelan pintu kelasnya itu.
Mata semua orang yang berada di kelas itu, menatap kearah Alisya yang berdiri di depan pintu.
Dengan gugup, Alisya berkata pada dosen yang menatap tajam kearahnya. "Ma-maafin saya pak, tadi... Saya... "
"Masuk! Tapi nilai kamu saya kurangi," Tukas dosen itu.
Tanpa menatap kearah Alisya lagi. Dosen itu memilih untuk meneruskan apa yang tadi di jelaskan.
Tak ingin terlalu membuat masalah. Alisya melangkah masuk kedalam kelas.
Kiran berbisik di telinga Alisya. "Kemana aja lo? Prasaan tadi gue lihat lo berangkat lebih awal."
Belum sempat Alisya menjawab. Dosen killer yang berada di depan langsung menatap tajam kearah Alisya.
"Sudah telat, sekarang bikin rusuh di kelas."
Lagi-lagi Alisya menjadi pusat perhatian semua orang di kelas.
"Maaf Pak!" jawabnya dengan pelan.
Kelas pun kembali hening, hanya suara dosen killer yang mengisi ruangan itu.
(Beberapa saat kemudian)
Dosen telah keluar.
Sedangkan Alisya seperti sedang merasa tak mood untuk berbicara.
"Alisya!" Panggil Ira.
Dengan malas, Alisya menjawab."Hem, ada apa?"
"Kamu nggak papa?"
Alisya menatap kearah Ira. Ingin rasanya ia bercerita akan apa yang kini membuatnya hampir gila. Akan tetapi, lagi-lagi Alisya merasa malu. Bahkan serasa itu semua adalah aib yang tak patut untuk ia ceritakan.
"Alisya!" Untuk kedua kalinya Ira memanggil nama temannya itu.
Karna dari kemarin, Kiran sudah menaruh curiga pada Alisya. Kini Kiran pun langsung bertanya ke intinya. "Lo punya pacar Sya?"
"Apa? hemm... Kenapa lo tiba-tiba tanya kek gitu?" Alisya berkata dengan gugup, sambil menyelipkan rambutnya ke sela-sela telinga miliknya.
Memang pada dasarnya Kiran termasuk wanita yang mudah paham, dengan gelagat gadis yang sedang jatuh cinta. "Ini nih... Benerkan, Alisya ini lagi jatuh cinta. Ngaku lo, punya pacar kan lo!" Serka Kiran, sambil menujuk kearah Alisya.
Keringat dingin tiba-tiba hadir di pelipis Alisya. Serasa tengah di pojokkan oleh teman yang memang tak akan pernah ada capeknya untuk meminta sebuah kebenaran.
Melihat akan gelagat Alisya. Sontak Ira pun ikut curiga. "Kamu beneran punya pacar Sya?" Ira ikut bertanya.
Merasa tengah mendapat tatapan mengintimidasi dari kedua temannya. Alisya seperti melihat jalanan buntu di depannya.
"Udah lah sya, nggak perlu lo bohong lagi. Jujur aja ngapa. Pakek di tutup-tutupin, nggak bakal gue embat pacar lo." Imbuh Kiran.
"Emm... Apaan sih, nggak kok." Alisya tetap tak ingin mengatakan hal sebenarnya dengan kedua temannya itu.
"Waduh masih ngelak nih bocah." "Ok, kalau lo nggak mau ngomong, bakal gue cari tau sendiri. Dan kalau sampek gue tau sendiri nantinya, bakalan gue sebarin terus gue pasang foto lo sama pacar rahasia lo itu di dinding kampus." Lanjut Kiran.
Mata Alisya melebar. "Lo ngancem gue?" Tanya Alisya memastikan.
"Iyah, gue ngancem lo. Kenapa? Nggak suka?"
Ira tak tega melihat Alisya merasa terpojokan dengan sikap Kiran. "Yaudah kalau kamu nggak mau cerita ke kita. Tapi... Kalau nanti kamu butuh kita, kapan pun itu. Jangan sungkan buat cerita ke kita yah." Ujar Ira.
Alisya pun tersenyum. Dan menatap tajam kearah Kiran. "The real teman yang baik hati, nggak kayak yang itu.... "
"Ira itu bilang ke gitu ke elo, cuman buat nenangin lo Sya. Tapi lo pikir, kita temen deket lo selama SMA tapi nggak kayak lo anggep. Dengan nyembunyiin sesuatu ke kita." Sahut Kiran.
"Kiran!" Lerai Ira.
Kiran pun terdiam.
Begitupun Alisya juga terdiam. Seakan membenarkan ucapan Kiran.
Mata Ira pun kembali tertuju pada Alisya. Dengan tangannya yang menggenggam tangan mulus Alisya. "Nggak usah di dengerin ucapan Kiran tadi. Pokoknya kamu nggak perlu ngebebanin diri kamu sendiri, ngerti!"
Alisya mengangguk pelan.
'Kalau kalian sampai tau, apa kalian akan paham dengan apa yang aku rasakan sekarang? Atau kalian malah akan nyalahin sikap bodoh aku?' ucap Alisya dalam hatinya.
******
(Pulang kuliah)
Alisya berjalan melangkah kearah parkiran kampus.
Belum sempat Alisya hendak masuk kedalam mobilnya. Tiba-tiba suara pria menghalau langkah kakinya.
"Alisya!"
Pandangan Alisya pun mengarah kearah sumber suara.
"Bastian! Kamu ngapain disini?" Tanya Alisya.
Bersambung.