Sya yang merupakan fresh graduate tahun ini telah diterima bekerja di PT Santoso Group. Di hari pertamanya bekerja dia dikagetkan dengan seorang bocah berusia 3 tahun yang memanggilnya " Bunda".
" Dunda.. Dunda.. Kendla mau pipis. " seorang bocah laki-laki menarik celana kerjanya saat Sia berdiri di lobi kantor.
Maureen Calisya Putri ( 23 )
Sungguh mengejutkan ternyata bocah yang memanggilku Bunda adalah anak dari pemilik perusahaan tempatku bekerja.
Raditya Diko Santoso ( 30 )
Kamu hanya akan menjadi ibu sambung untuk anakku karena dia menginginkannya.
Bagaimana perjalanan kisah mereka disaat salah satu diantara mereka melanggar perjanjian yang sudah disepakati?
Akankah terus bersama atau memilih untuk berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Dwi Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Interogasi
" Ya ampun Si, lo nyulik anak siapa coba? " Ujar Dian berteriak histeris. Memang gadis itu terkadang sangat lebay.
" Ya kali aku nyulik anak orang." Jawab Sia jutek.
" Jadi anak ganteng ini anak siapa? Kok lo bawa kesini?" Tanya Dian lagi.
" Anak Pak Radit."
" Pak Radit Direktur kita? " Tanya Leo kemudian.
" Ya kalau ada Pak Radit yang lain mungkin salah satunya." Jawab Sia kesal.
" Kok lo berani sih nyulik anak Pak Radit." Ujar Dian seraya menggelengkan kepalanya.
" Jadi kamu dipanggil ke ruangan Pak Radit cuma disuruh jadi baby sitter anaknya? " Ujar Tio.
" Isshh, apaan sih kalian, intinya aku nggak nyulik anak Pak Radit." Jawab Sia.
" Dunda, nyuyik itu apa? " Tanya Kendra tiba-tiba.
Panggilan Kendra kepada Sia lagi-lagi mengagetkan teman-temannya.
" Tuhh, dia aja panggil lo Bunda." Ujar Dian ngotot. " Pasti lo ada hubungan sama bapaknya ni anak kan? "
" Enggak lah, sembarangan aja kamu kalo ngomong. Jadi..... " Sia menjelaskan awal pertemuannya dengan Kendra dan bagaimana Kendra bisa memanggilnya Bunda.
" Dunda... " Kendra kembali memanggil Sia.
" Iya, kenapa sayang? " Tanya Sia.
" Nyuyik itu apa? " Kendra kembali mengingatkan pertanyaannya yang tadi belum dijawab.
" Nyulik itu ambil anak kecil dari orang tuanya, terus disembunyikan biar tidak bisa bertemu sama Mama Papa nya." Sia mencoba menjelaskan kepada Kendra.
" Tapi Dunda tidak nyuyik Kendla, kan Kendla yang mau ikut Dunda." Ujar Kendra dengan wajah bingung.
" Eehhmm... Sekarang Kendra mau main apa sama Tante Dunda? Soalnya Tante Dunda mau kerja lagi, nanti dimarahin kalo nggak kerja." Sia mencoba mengalihkan pembicaraan culik menculik, dia bingung harus menjelaskan apa kepada bocah kecil ini.
Dian hanya menyimak pembicaraan antara anak direkturnya dengan temannya ini. Dia merasa jika perlakuan Sia kepada Kendra seperti ibu dan anak. Tapi saat lebih memperhatikan wajah mereka, yang terlihat seperti kakak dan adik.
" Kendla mau gambal saja Dunda. Bial Dunda kelja aja supaya tidak dimalahi." Jawab Kendra tersenyum.
Sia tersenyum mendengarnya, anak sekecil Kendra sudah dapat berfikiran dewasa. Dia seperti tidak mau mengganggu pekerjaannya, mungkin karena setiap hari melihat Pak Radit kerja atau membawa pekerjaannya ke rumah.
" Ya sudah, Kendra duduk sini ya, Tante Dunda cari kertas sama pensil dulu." Sia mendudukkan Kendra di sofa yang terdapat meja dan karpet. Biasanya tempat itu digunakan jika Pak Sean memantau pekerjaan mereka atau saat sedang rapat anggota.
Baru saja Sia akan beranjak dari duduknya, tiba-tiba Andre masuk keruangan mereka. Di tangannya menenteng tas kecil bergambar Spider-Man.
" Permisi Mbak Sia, saya mau nganterin tasnya Kendra." Ujar Andre seraya menyerahkan tas tersebut.
" Oo iya, makasih Mas Andre." Sia menerima tas dari Andre.
Sedangkan Andre hanya tersenyum, kemudian berjalan ke arah Kendra yang sedari tadi menatap ke arah Sia.
" Kendra suka main sama Tante Sia ya? " Ujar Andre mengelus kepala Kendra.
" Dunda Om Andle, bukan Tante Sia." Jawab Kendra membenarkan perkataan Andre.
" Ooh iya, Om lupa, Bunda ya. " Andre terkekeh geli mendengar jawaban Kendra.
" Ini, Kendra nanti gambar disini ya, nanti Tante Dunda kasih nilai, pasti bagus deh gambarnya Kendra." Ujar Sia memberikan Beberapa lembar kertas kosong, pensil dan pulpen.
Kendra sangat bahagia saat kertas dan alat tulis sudah ada ditangannya.
Sedangkan Andre tertegun dengan ekpresi yang ditampilkan oleh Kendra. Tidak biasanya bocah kecil ini sebahagia ini hanya karena diberi kertas dan pensil.
" Kalau gitu Om kerja lagi ya, Kendra disini baik-baik sama Bunda, Oke! " Ujar Andre seraya memberikan tangannya untuk tos kepada Kendra.
" Saya permisi dulu Mbak Sia." Andre langsung berpamitan dengan Sia.
" Iya silahkan Mas." Jawab Sia tersenyum.
Kendra sudah disibukkan dengan kegiatan menggambarnya.
" Mungkin kalau besar dia akan menjadi pelukis atau arsitek mungkin." Pikir Sia dalam hati.
Sia membuka isi tas Kendra. Di dalamnya terdapat beberapa cemilan seperti biskuit anak, susu kotak rasa strawberry dan jelly-jellyan. Tidak lupa satu set pensil warna dan buku gambar.
" Ini pensil warna sama buku gambarnya ya nak." Ujar Sia memberikan kedua alat tersebut.
" Iya Dunda."
" Kendra sudah maem belum? Mau maem biskuit? " Tanya Sia kepada Kendra.
" No Dunda." Jawab Kendra tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas gambarnya.
" Kalau gitu Tante Dunda kerja dulu ya." Sia mengusap kepala Kendra pelan. Kemudian kembali ke kubikel kerjanya.
Disana sudah ada tatapan-tatapan meminta penjelasan dari Dian, Tio, dan Leo.
" Jadi kalian mau tanya apa? " Ujar Sia malas.
" Kendra anak Pak Radit beneran? " Tanya Tio.
" Ya Mas Tio tadi liatnya gimana? Kan tadi Mas Andre kesini ngasih tasnya Kendra. Kalian juga tau dong kalau Mas Andre asistennya Pak Radit." Jawab Sia.
" Kok lo manggil Pak Andre Mas sih? Jadi yang bener lo ada hubungan sama Pak Radit apa Pak Andre? " Ujar Dian semakin kepo.
Sia langsung memelototkan matanya kepada Dian.
" Yang benar saja kalau dia punya hubungan sama 2 orang itu." Ujar Sia dalam hati.
" Aku manggil dia Mas, karena memang Mas Andre yang minta tadi. Aku sih ya nurut aja, orang cuma panggilan nama doang kok." Jawab Sia.
" Kapan Pak Andre nyuruh lo manggil gitu? " Tumben sekali seorang Leo kepo, bahkan memberikan pertanyaan seperti itu.
" Tadi waktu aku nebeng mobilnya Pak Radit, kan Mas Andre yang nyetir." Jawab Sia cuek.
" Ooo, jadi lo tadi NEBENG mobil Pak Radit, bukan naik taksi online. Satu mobil dong sama Pak Radit. Udah mulai boong ya lo." Ujar Dian sedikit berteriak kesal karena merasa sudah dibohongi oleh Sia.
" Eehh.. itu.. apa.. anu... " Sia gugup saat ini. Kenapa bisa sampai keceplosan gini sih. Sia memukul bibirnya pelan.
" Hahaha,,, muka lo kaya abis ke gap nyolong ayam tetangga tau nggak Si." Leo tertawa seraya memegang perutnya.
Sedangkan Tio hanya menggelengkan kepalanya seraya terkekeh geli.
Berbeda dengan Dian yang sudah memelototkan matanya dengan kedua tangan disamping pinggangnya.
" Apa, lo mau ngejelasin apa? masih gue tungguin ini. " Ujar Dian kesal. Saat ini Dian terlihat seperti seorang Ibu yang sedang memarahi anaknya.
" Iya, ini aku mau jelasin." Ujar Sia tersenyum canggung.
5 menit Dian, Leo dan Tio menunggu namun tidak ada satupun kata yang keluar dari bibir Sia. Sia terlihat gugup dengan meremas tangannya.
" Eehh, bentar aku benerin posisi tidurnya Kendra dulu, kasian tuh liat." Sia beranjak dari kursinya ke arah Kendra yang tertidur dengan posisi setengah duduk dengan bibir yang masih menyedot susu kotaknya.
Sia membenarkan posisi tidur Kendra dan mengambil kotak susu yang ternyata sudah habis kemudian menyelimutinya menggunakan jaket miliknya.
Baru saja Sia akan beranjak dari posisinya, seorang laki-laki tiba-tiba masuk tanpa mengetuk pintu.
".... "
selalu ngalamin itu, karena nama asli saya juga panjang banget 😂
kali ini Lo salah sya, gimana kalau keadaannya di balik?
mengingat sifatnya diawal bagaikan freezer 😂