NovelToon NovelToon
Takdir Di Balik Dosa

Takdir Di Balik Dosa

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Anak Yatim Piatu / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:193.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Ziel, seorang CEO muda yang tegas dan dingin, memutuskan pertunangannya setelah menemukan bukti perselingkuhan Nika. Namun, Nika menolak menerima kenyataan dan dengan cara licik, ia menjerat Ziel dalam perangkapnya. Ziel berhasil melarikan diri, tetapi dalam perjalanan, efek obat yang diberikan Nika mulai bekerja, membuatnya kehilangan fokus dan menabrak pohon.

Di tengah malam yang kelam, Mandara, seorang gadis sederhana, menemukan Ziel dalam kondisi setengah sadar. Namun, momen yang seharusnya menjadi pertolongan berubah menjadi tragedi yang mengubah hidup Dara selamanya. Beberapa bulan kemudian, mereka bertemu kembali di kota, tetapi Ziel tidak mengenalinya.

Terikat oleh rahasia masa lalu, Dara yang kini mengandung anak Ziel terjebak dalam dilema. Haruskah ia menuntut tanggung jawab, atau tetap menyembunyikan kebenaran dari pria yang tak lagi mengingatnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32. Peduli

Ziel segera melepaskan cengkeramannya, menegakkan tubuhnya dengan tangan terangkat, menunjukkan bahwa ia tidak akan menyentuh Dara lagi. "Dara, ini aku. Ziel. Kamu aman. Nggak ada yang bakal nyakitin kamu," katanya dengan nada lembut, suaranya penuh kepanikan sekaligus rasa bersalah.

Dara menatap Ziel dengan mata yang masih berkaca-kaca, mencoba memisahkan kenyataan dari trauma yang ia alami. Butuh beberapa detik sebelum ia akhirnya tersadar bahwa itu memang suara Ziel, bukan sosok yang menghantuinya. Napasnya perlahan melambat, tapi tubuhnya tetap terasa lemas.

"Kamu mimpi buruk, ya?" tanya Ziel hati-hati, masih menjaga jarak.

Dara hanya mengangguk, tidak mampu menjawab. Tatapannya jatuh ke lantai, dan tangannya gemetar. Ziel memandang Dara dengan penuh kekhawatiran, menahan keinginannya untuk mendekat.

"Aku nggak tahu apa yang terjadi, tapi kalau ada sesuatu yang kamu butuhkan, atau sesuatu yang ingin kamu ceritakan, aku di sini," ucap Ziel akhirnya, suaranya lebih lembut dari sebelumnya.

Dara hanya diam, matanya menatap Ziel dengan kebingungan yang bercampur ketakutan. Tubuhnya masih gemetar, dan pikirannya terjerat oleh bayangan mimpi buruk yang baru saja ia alami. Siluet dan aroma Ziel begitu mirip dengan pria malam itu, pria yang menghancurkan kehidupannya.

Keheningan yang tercipta begitu menekan. Ziel akhirnya bergerak, melangkah perlahan menuju jendela kamar. Dara, tanpa sadar, sedikit beringsut menjauh, tatapannya waspada seperti binatang kecil yang terpojok. Namun Ziel tidak mendekatinya. Ia hanya membuka gorden, membiarkan sinar matahari masuk dan menerangi kamar yang sebelumnya suram.

Ziel menoleh, menatap Dara dengan sorot khawatir yang sulit ia sembunyikan. "Kamu demam. Kenapa nggak bilang kalau kamu sakit?" tanyanya, nadanya setenang mungkin, meski ada jejak kekesalan.

Dara mencoba memaksakan senyum tipis, tapi jelas ada rasa takut dan keraguan di matanya. Ia menunduk, berusaha menghindari tatapan Ziel. "Nggak apa-apa," jawabnya lirih. "Cuma kecapekan aja... mungkin karena kehujanan kemarin."

Ziel menghela napas panjang, menekan rasa frustrasinya. "Kamu ini keras kepala, tahu nggak? Kalau sakit, bilang. Jangan sok kuat."

Dara mencoba bangkit dari tempat tidur, tubuhnya masih lemas, tapi Ziel segera menahan bahunya dengan lembut. Refleks, Dara menepis tangan Ziel, matanya membelalak ketakutan. "Jangan sentuh aku!" serunya, suaranya bergetar.

Ziel terkejut, tangan yang hendak membantu Dara terhenti di udara. Ia menatap Dara yang terlihat begitu waspada, seperti orang yang sedang melawan sesuatu di dalam pikirannya. "Aku nggak akan menyakitimu," ucap Ziel pelan, meski dalam hatinya ia bingung dengan reaksi Dara. Ada sesuatu yang ia rasakan, tapi belum bisa ia pahami.

Dara terdiam, masih berusaha mengatur napasnya. Tatapannya sesekali melirik Ziel dengan cemas, tapi ia tidak mengatakan apa pun. Ziel akhirnya menarik napas dalam-dalam, mencoba meredam kekhawatirannya.

"Jangan bergerak. Kamu istirahat saja," katanya tegas, suaranya kini lebih dingin. Ia mundur beberapa langkah, menjaga jarak agar Dara merasa lebih aman. "Aku akan ambilkan obat. Tunggu di sini."

Ziel berbalik dan berjalan keluar kamar tanpa menunggu jawaban Dara.

Saat pintu tertutup, Dara menunduk dalam-dalam, tangannya mencengkeram rambutnya sendiri dengan frustasi. "Kenapa... kenapa aromanya sama persis? Siluetnya... caranya bergerak... Apa mungkin dia...?" Pikiran Dara kacau, memutar kenangan yang berusaha ia kubur selama ini. Bayangan malam itu kembali menghantuinya, membuat napasnya kembali terasa berat.

Matanya perlahan memandang pintu yang baru saja ditutup Ziel. "Apa mungkin... dia yang melakukannya?" gumamnya, suaranya penuh keraguan dan ketakutan. Hatinya bergemuruh, tapi ia terlalu bingung untuk menarik kesimpulan apa pun.

Di luar kamar, Ziel bersandar di dinding koridor, tangannya mengepal kuat. "Apa yang sebenarnya terjadi dengan Dara?" pikirnya, mencoba mencari jawaban atas sikap aneh dan ketakutan Dara. Ia tahu ada sesuatu yang Dara sembunyikan, tapi belum tahu bagaimana cara mengetahuinya tanpa membuat gadis itu semakin ketakutan.

Pikiran Dara masih kacau saat Ziel kembali masuk ke kamar, membawa nampan berisi roti, segelas air, dan beberapa butir obat. Ia meletakkan nampan itu di atas meja kecil di samping tempat tidur. Wajahnya terlihat tenang, tapi sorot matanya penuh dengan perhatian yang membuat Dara semakin gugup.

"Kau harus makan roti ini dulu sebelum minum obat," ucap Ziel dengan nada datar namun tegas, seolah tak mau mendengar penolakan.

Dara mengangguk pelan tanpa berkata apa-apa, masih menunduk, menghindari kontak mata dengan Ziel. Ia meraih roti itu dengan tangan yang sedikit gemetar. Ziel memerhatikan sejenak, lalu menarik napas panjang. "Setelah itu, istirahatlah. Kau butuh tidur untuk memulihkan diri."

Dara kembali mengangguk sambil mengunyah rotinya pelan, mencoba terlihat setenang mungkin meskipun hatinya masih bergejolak. Ia tahu Ziel hanya mencoba membantunya, tapi bayangan malam itu membuatnya sulit berpikir jernih.

Ziel membungkuk, mengambil lampu tidur yang tadi sempat terjatuh olehnya karena kehilangan keseimbangan. Ia memerhatikan benda itu sejenak, memastikan apakah ada bagian yang pecah atau retak. Untungnya, lampu itu masih utuh, hanya sedikit bergoyang saat ia meletakkannya kembali ke tempatnya di atas nakas. Ziel menghela napas pelan, lalu merapikan kabelnya yang agak kusut.

Sesaat ia memandang lampu tidur itu, memastikan semuanya rapi, setelah itu, Ziel merapikan jasnya. "Aku tidak bisa menemanimu, kau tahu sendiri pagi ini ada meeting penting," ujarnya sambil melihat jam di pergelangan tangannya. Ia melirik Dara sekali lagi sebelum melanjutkan, "Tapi aku akan memanggil dokter untuk memeriksamu nanti. Jangan mencoba menolak, ini untuk kebaikanmu."

Dara menatap Ziel sekilas, ragu, tapi akhirnya hanya mengangguk lagi tanpa berkata apa-apa. Ziel menatapnya dalam-dalam, seolah ingin memastikan Dara akan benar-benar menjaga dirinya. Namun, Dara buru-buru menunduk kembali, tidak tahan dengan intensitas tatapan itu.

"Aku pergi dulu," ucap Ziel akhirnya, berbalik menuju pintu. Ia berhenti sejenak di ambang pintu, lalu berkata tanpa menoleh, "Jangan pikirkan hal lain, fokus saja untuk sembuh. Aku akan kembali setelah meeting selesai."

Begitu Ziel pergi, Dara memejamkan matanya, mencoba mengatur napas yang terasa sesak. Tangannya meremas selimut, sementara pikirannya kembali dipenuhi keraguan dan kecemasan. "Kenapa dia begitu peduli padaku? Apakah aku bisa mempercayainya? Tapi... siluetnya, aromanya... kenapa semuanya begitu mirip?"

Dara memandang roti di tangannya, namun rasa lapar yang biasa ia rasakan kini tergantikan oleh kekhawatiran yang menyesakkan dada. "Aku harus memastikan kebenarannya... tapi bagaimana caranya?" pikirnya dengan bingung, air matanya mulai mengalir tanpa ia sadari.

Setelah Ziel pergi, apartemen itu kembali hening. Dara duduk di tempat tidur, berusaha menenangkan pikirannya yang masih berkecamuk. Ia menatap ponselnya, memastikan tak ada pesan atau panggilan lain dari Ziel. Tidak lama kemudian, suara bel pintu berbunyi.

Dara terkejut sejenak, lalu menghela napas panjang. "Pasti dokter yang Bos kirim," gumamnya, mencoba menenangkan diri. Ia beranjak perlahan dari tempat tidur dan membuka pintu, meski tubuhnya masih terasa lemas,

Seorang wanita paruh baya dengan jas dokter berdiri di depan pintu, membawa tas medis kecil. "Selamat pagi, saya Dokter Mita. Tuan Ziel meminta saya memeriksa Anda," ucapnya ramah.

"Silakan masuk, Dok," jawab Dara lemah, membuka pintu lebih lebar. Setelah dokter masuk, Dara segera membawanya ke kamar.

Dara merasa bimbang saat dokter Mita mulai memeriksa kondisinya dengan teliti, memeriksa suhu tubuh, tekanan darah, dan tanda-tanda vital lainnya. Pikiran tentang bayi dalam kandungannya terus menghantui. Ia tahu, obat yang diberikan untuk orang biasa bisa berbeda dengan obat yang aman bagi ibu hamil.

"Anda demam, tapi tidak terlalu tinggi. Hanya kelelahan dan mungkin efek kehujanan," jelas dokter Mita dengan nada tenang.

Dara mengangguk, lalu terdiam sejenak. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri meski hatinya diliputi rasa takut. Ia tidak ingin mengambil risiko yang bisa membahayakan bayinya. Keputusan ini bukan lagi tentang dirinya sendiri, melainkan tentang kehidupan kecil yang tumbuh di dalam rahimnya.

Akhirnya, dengan suara pelan tapi tegas, Dara memberanikan diri berkata, "Dok, ada yang ingin saya bicarakan... tapi saya harap Anda bisa merahasiakannya."

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Aninda Faira
itu hormon kehamilan Dara gpp memulainya demi debay.
Ashila Intan
Luar biasa
🌠Naπa Kiarra🍁: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
Elmi Varida
tks thor, sdh menyelesaikan novelnya, ditunggu karya2mu yg lain ya. Tetsp semangat dan sukses terus. Sehat2 ya thor.
naifa Al Adlin
alhamdulillah akhirnya dara bahagia bersama ziel,,,
Nurul Boed
/Sob//Sob/ ngakak
Syavira Vira
🌹🌹🌹🌹🌹
Syavira Vira
❤️❤️❤️❤️❤️🙏🙏🙏🙏
Upi Raswan
kayaknya seruuu nih,,mampir ah
sum mia
aku baca di awal bab kayak udah firasat , jangan-jangan ini bab terakhir dan terus end . eh ternyata beneran .
makasih kak semoga selalu sehat , rejeki lancar , berkah barokah . aamiin 🤲
maaf kak kalau aku bacanya kadang sampai 4 bab atau mungkin lebih baru bisa baca , bukan niat numpuk bab tapi karena emang lagi repot bahkan gak sempat buka HP . 🙏🙏🙏

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia: aamiin 🤲 makasih kak 🙏🙏
🌠Naπa Kiarra🍁: Aamiin, ya rabbal alamiin. Terima kasih kembali, Kak. Dan juga mohon maaf lahir dan batin. Semoga Allah SWT memudahkan kita semua dalam menjalankan ibadah puasa dan melimpahkan keberkahan di bulan Ramadhan. Aamiin.🙏🙏🙏
total 3 replies
sum mia
kayaknya seru.... in syaa Allah cuuuussss lah .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Herman Lim
thanks author sehat dan di tgg karya baru lain nya
🌠Naπa Kiarra🍁: Aamiin. Terima kasih kembali, Kak 🤗🙏🙏
total 1 replies
sum mia
syukurlah bayinya lahir dengan selamat , meski harus penuh dengan drama .
kakek neneknya belum dikasih tahu ya , kok belum datang .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Mrs.Riozelino Fernandez
udah cuuus ke novel sebelah kk...
makasih buat Novel Ziel dan Dara kk Thor🙏
🌠Naπa Kiarra🍁: Sama-sama, Kak🤗🙏🙏
total 1 replies
Mrs.Riozelino Fernandez
👍👍👍👍👍👍
sum mia
oalah Nika... Nika.... jalang sepertimu akan menjebak steven , tapi sayangnya gatot.... alias gagal total .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
yumna
ab****si kah kmu nika
Nurhayati
adakah cerita u nika? aq msh blm puas tau ksh akhirnya
abimasta
waahh sudah tamat aja thor,trimakasih juga thor
🌠Naπa Kiarra🍁: Sama-sama Kak 🤗🙏🙏
total 1 replies
Muzaata Alenmiyu
makasih juga thor 🙏🏼 sehat selalu dan tetap semangaattt 💪💪💪
Hanima
lanjut ke karya baru 😊🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!