NovelToon NovelToon
Kisah Kimeera

Kisah Kimeera

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Gibran Atharrazka

Hari-hari Kimeera di kampus yang bertemu Juan si tengil yang selalu punya seribu macam cara untuk membuat Kimeera merasa kesal dan marah padanya.

Apa akan berunjung cinta atau malah sebaliknya.

ikuti kisah Kimeera disini yah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gibran Atharrazka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26

Aurora dan Karim akhirnya pergi berdua ke kota,maklum rumah mereka ada di pinggiran kota.

"Aurora,apa kamu benar tidak marah pada ayah?"tanya Karim sambil fokus menyetir.

"Buat apa yah?"balas Aurora,kesan jutek di wajahnya di awal tidak sama sekali terlihat.

"Mungkin kamu kecewa pada ayah,ayah maklum sayang.Tapi kamu jangan kuatir kasih sayang ayah tidak akan pernah berubah karena hal itu"ujar Karim.

"Ayah,mungkin benar itu salah ayah.Tapi itu masa lalu.Yang jelas ayah ada disini bersama kita,itu artinya ayah sudah memilih kita bukan dia.Tapi ayah,walaupun ayah benci pada masa lalu tetap saja dia juga anak ayah,dia kakakku juga"kata Aurora dengan nada tulus.

"Ayah pikir kamu akan marah seperti Aluna nak"kata Karim membuat Aurora tertawa pelan.

"Maaf ayah,mungkin saja saya lebih muda dari kakak,tapi soal pemikiran kakak masih belum dewasa"kata Aurora membuat Karim ikut tertawa.

"Jadi,kenapa kamu mengajak ayah pergi jalan-jalan.Ada yang kamu ingin beli atau bagaimana?"tanya Karim lagi seraya memutar kemudi masuk kedalam kawasan mall yang cukup besar di sana.

"Salah satunya itu yah,tapi daripada ayah bosan dirumah.Bunda sama kakak masih marah begitu lebih baik kita menyegarkan pikiran disini"kata Aurora santai,membuat Karim terkekeh pelan.

Gadis itu bergegas turun dari mobil ketika Karim sudah selesai parkir dengan baik.Keduanya lantas berjalan bersama masuk kedalam mall yang lumayan ramai itu.

"Ayah,kita ke toko buku dulu ya,ada buku yang ingin saya beli disana"kata Aurora yang di angguki Karim.

Usai dari toko buku,Aurora kembali mengajak Karim untuk makan malam di salah satu cafe disana.

"Hei sister?!"sapa Aurora dengan nada ceria ketika melihat Kim dan Vihaan juga yang sedang menikmati makan malam disana.

Aurora dengan santai malah menghampiri keduanya dan ikut duduk di kursi yang masih kosong.

Kim sama sekali tidak merasa terkejut dengan sikap Aurora.Ia sudah biasa menghadapi tingkah random orang-orang seperti itu.

"Hai kakak ipar"sapa Aurora lagi pada Vihaan.Awalnya memang ia suka tapi dia bukan jenis orang picik yang suka merebut milik orang lain.Di balik sikap judes yang kadang ia tunjukan sebenarnya Aurora adalah gadis yang baik dan ceria.

Karim diam disana,tak berani mendekat.Memilih untuk duduk di salah kursi tak jauh dari mereka agar bisa memantau apa yang akan di lakukan Aurora atau Kim.

"Maaf ya,harusnya saya tidak pergi waktu kakak datang kerumah.Semarah apapun kakak sama ayah tidak bisa merubah kenyataan bahwa kita adalah saudara seayah"cerocos Aurora dengan nada lugas dan santainya.

"Saya baru tahu,maaf ya soal ayah.Jangan kuatir kak jika kakak ingin waktu berdua dengan ayah.Bisa saya atur,kakak berhak marah padanya tapi jangan sampai dendam kak"sambung Aurora lagi tak peduli Kim mau mendengar atau tidak.

"Kamu siapa?"tanya Kim ambigu.

"Saya Aurora kak,bukan Aluna.Jadi tidak perlu kuatir,saya tidak suka berdebat karena tidak berniat mau jadi pengacara.Mau jadi anak manis saja sudah cukup"sahut Aurora membuat Kim tersenyum.

"Dengar Aurora,aku memang sangat marah pada ayahmu.Dia sudah membuatku ada di dunia tapi dia juga yang melupakan aku begitu saja.Menurutmu jika itu terjadi padamu apa yang akan kamu lakukan?"ucap Kim menatap lurus pada Aurora.

"Yang pertama jelas saya akan marah,kecewa dan sedih sama seperti kakak sekarang ini.Tapi saya akan berusaha untuk memaafkan dan ikhlas dan saya tidak akan dendam pada ayah.Saya tahu kak,itu pasti sangat menyakitkan tapi percayalah jika Tuhan sudah merencanakan sesuatu pasti dengan tujuan yang baik untuk kita"kata Aurora menatap Kim dengan lembut.

"Dan kak,tolong jangan membenciku"pinta Aurora sambil menggenggam sebelah tangan Kim di atas meja.

Kim tertegun begitu juga dengan Vihaan.Mereka saling bertatapan lantas kembali melihat Aurora yang memasang wajah tulus.

"Aku tidak membencimu,yang melakukan kesalahan adalah ayahmu bukan kamu.Mungkin benar semua ucapanmu tapi memaafkan dia tidak semudah itu Aurora.Mungkin aku masih butuh waktu untuk itu"kata Kim pelan menepuk lembut tangan Aurora.

"Jujur saja saya cukup terkejut dengan fakta ini kak.Tapi saya lebih merasa senang ternyata saya punya kakak lain yang sangat cantik.Terima kasih kak tidak marah dan menyemburku disini"ujar Aurora terkekeh pelan.

"Oh ya kak,saya ke meja ayah dulu,kasihan sudah menunggu lama karena saya tinggal ngobrol bersama kakak"kata Aurora lantas berdiri dan beranjak pergi.

"Lucu"ucap Vihaan pelan.

Kim menoleh menatap pria yang duduk di sampingnya itu dengan tatapan aneh.

"Apanya yang lucu?"tanya Kim.

"Dia lucu,aku pikir dia akan bersikap judes seperti diawal bertemu eh ternyata dia lebih ramah dari saudaranya"kata Vihaan.

"Kamu suka sama dia?"tanya Kim membuat Vihaan melotot tak percaya.

"Lah kenapa jadi kesana?aku cuma bilang dia lucu bukan berarti aku suka kan,jangan cemburu Meera"jawab Vihaan.

"Aku tidak cemburu!"elak Kim dengan nada kesal.

"Ya terus kalau tidak cemburu kenapa menuduh aku suka sama dia?"goda Vihaan tersenyum melihat wajah kesal Kim yang terlihat menggemaskan itu.

"Itu aneh,kamu tidak pernah memuji siapapun sekalipun itu Claudia.Kenapa malah kamu bilang dia lucu.Iya dia lucu karena masih muda dan mengggemaskan"ucap Kim dengan wajah cemberut masam.

"Mau selucu apapun dia tidak bisa mengganti kamu di hatiku.Sudah,jangan marah lagi mau aku bawa kamu ke KUA sekarang?"ucap Vihaan dengan nada mengancam.

"KUA?"beo Kim bingung.

"Iya buat nikahin kamu,biar keluarga kita bahagia lahir batin"jawab Vihaan asal.

"Tidak mau"jawab Kim spontan membuat Vihaan tertawa lepas alih-alih merasa tersinggung.

Di meja lain tampak Aurora dan Karim mulai menyantap makan malamnya dengan tenang.

"Anak ayah itu sebenarnya baik.Hanya karena dia memang sedang marah pada ayah saja makanya bersikap dan berkata kasar"kata Aurora membuat Karim menghentikan suapannya.

"Apa yang kalian bicarakan tadi,yang ayah lihat responnya biasa saja"kata Karim membuat Aurora tersenyum.

"Ayah harus paham jika dia memang kecewa,sikap orang yang sedang kecewa dan marah itu jelas akan terlihat berbeda dari biasanya.Ayah harus menemui dia dan meminta maaf secara pribadi,ayah jangan egois.Disini ayah yang salah jadi ayah yang harus meminta maaf"kata Aurora membuat Karim terdiam.

"Ayah,mungkin ayah tidak ingin melakukan hal itu.Menemui dan meminta maaf padanya bukan akhir dari segalanya.Tolong ayah,dia hanya menuntut hak kasih sayang darimu,dia hanya ingin ayah tahu jika dia masih anak ayah juga,darah daging ayah sama halnya saya dan kakak"ujar Aurora lembut.

"Ayah akan pikirkan lagi"kata Karim membuat Aurora mendesah kecewa.

Padahal ia ingin semua jadi baik.Tapi rupanya sang ayah lumayan keras kepala juga.

"Kalian sama-sama keras kepala.Memang benar jika darah yang sama pasti akan punya sifat yang tidak jauh berbeda "ucap Aurora dengan nada kesal.

Karim tercenung menatap wajah putrinya itu dalam diam.Terkadang ia heran,kenapa bisa Aurora yang lebih muda dari mereka punya pemikiran sebijak itu.Dia punya pandangan sendiri terhadap setiap masalah,dan selalu punya prinsip sendiri yang selalu ia pegang teguh.

"Kamu bersikap lebih dewasa dari usiamu Aurora.Kamu ini masih anak SMA tapi kenapa kamu bersikap seperti orang yang sudah punya banyak pengalaman"ucap Karim mengalihkan pembahasan.

"Membaca itu jendela dunia ayah,membaca adalah teori sementara pengalaman adalah prakteknya.Saya ingin menjadi seorang psikolog ayah,rasanya senang jika bisa membuat orang lain tenang dan bisa membantu mencari jalan keluar dari masalah orang-orang yang datang pada saya"jawab Aurora membuat Karim tersenyum bangga.

"Tapi jangan mengalihkan pembahasan ayah,saya tahu itu"ucap Aurora pedas membuat Karim hampir saja tersedak.

Dasar anak itu,selalu membuatnya dalam posisi yang salah.

*****

Kim duduk termenung sambil menatap pemandangan jalanan di bawah sana melalui jendela kamar hotelnya.

Jelas saja bertemuan tak di sangka dengan Aurora membuat Kim kembali berpikir jika mungkin dia hanya perlu memaafkan Karim dan melupakan semua luka dihatinya.Tapi luka itu sendiri masih terasa perih sampai sekarang.Ia terluka ketika orang-orang menyebutnya anak haram,anak tanpa ayah dan anak tak jelas.Semua itu salah siapa kalau bukan karena Karim Mahesta yang menghilang begitu saja dari kehidupan sang mama dan ternyata hidup bahagia bersama keluarga barunya disini.

Yang lebih menyakitkan lagi lelaki itu malah menuduh sang mama yang pergi meninggalkan dia karena tak sanggup hidup miskin bersamanya.Padahal kenyataannya malah sebaliknya.Karim lah yang pergi karena sudah mendapatkan jaminan hidup nyaman jika menikah dengan wanita lain di luar kota.

Kim mendesah,rasanya untuk memaafkan masih begitu sulit baginya.

Entahlah dia bingung harus bagaimana.Yang pasti dia belum bisa untuk memaafkan lelaki yang sudah membuatnya merasa kecewa sepanjang umurnya saat ini.

Kim merasa jika dirinya egois,tapi sisi lainnya mengatakan jika dia berhak melakukan itu.Kim merasa dilema tapi juga tak tahu harus bagaimana menyikapi semua yang terjadi sekarang.

1
Gibran Atharrazka
Thanks to Rowan👍
Rowan
Wah, ini baru karya yang bikin aku ngerasa terngiang-ngiang, keren banget thor!
Mắm tôm
Cerita ini begitu menghanyutkan!
Donny Chandra
Ingin membaca lagi dan lagi.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!