Anna tanpa sengaja menghabiskan malam panas dengan mantan suaminya, Liam. Akibat pil pe-rang-sang membuatnya menghabiskan malam bersama dengan Liam setelah satu tahun mereka bercerai. Anna menganggap jika semua hanya kecelakaan saja begitu pula Liam mencoba menganggap hal yang sama.
Tapi, semua itu hilang disaat mendapati fakta jika Anna hamil setelah satu bulan berlalu. Liam sangat yakin jika anak yang dikandung oleh Anna adalah darah dagingnya. Hingga memaksa untuk menanggung jawabi benih tersebut meskipun Anna sendiri enggan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
Pagi pagi sekali Anna terbangun dari tidurnya karena mencium aroma makanan yang sangat menyengat. Rasanya mual akan datang melanda, sekalipun mata Anna masih sangat berat untuk terbuka tapi rasa mual ini membuatnya bangkit. Anna membekap mulutnya sendiri karena melihat ada semangkuk bubur panas diatas meja dekat sekali dengan bed pasien.
"Astaga, siapa yang menaruh makanan menyengat ini?" Anna tidak kuasa lagi menahan rasa mual yang melanda, aroma bawang dan lain-lain sangat menyiksa indra penciuman Anna.
"Aku tidak bisa menahannya lagi!" Cepat cepat Anna turun dari bed pasien, menahan mual yang akan keluar dari mulutnya. Anna berlari kencang menuju toilet, menumpahkan semua makanan yang ia cerna kemarin malam.
Rasanya tenggorokan Anna sangat sakit mungkin karena malam tadi memakan berbagai hal pedas lainnya. Anna terduduk dengan berpegangan pada pintu toilet, ia terus memuntahkan semuanya meskipun rasanya sangat sakit. Sampai diujung kedua mata indah Anna mengalir air mata karena rasa sakit yang luar biasa.
"Aaaa.. emm, sakit sekali.." Anna mengeluh, rasa mual tidak kunjung berhenti rasanya sangat menyiksa. Anna menahan tangisnya, ntah apa gunanya Tuhan memberikan takdir ini kepada Anna. Hal itulah yang membuat Anna berpikir jika semuanya sangat tidak adil untuk kehidupannya sendiri.
"Anna, apa yang terjadi padamu?" Liam berlari kencang menuju Anna bahkan semua makanan yang ia bawa tadi ditaruh ditempat asal saja.
Begitu sampai didekat Anna tangan Liam langsung menyentuh pundak wanita yang terlihat lemas itu. Melihat kearah sisa muntahan Anna yang cukup banyak, ia sedikit merasakan pastinya sakit jika terus mual seperti itu.
"Mual lagi?" Tanya Liam yang kali ini tidak mendapatkan jawaban dari Anna.
Sudah lebih dari seminggu Anna merasakan penderitaan seperti ini, bahkan sebelum tahu jika hamil. Menganggap jika hanya asam lambung yang naik atau gejala penyakit lain, siapa sangka jika sedang hamil.
"Setiap pagi hari kau selalu mual seperti ini?" Tanya Liam lagi, kali ini lebih menuntut jawaban dari Anna.
Kepala Anna terasa semakin sakit mendapatkan pertanyaan macam macam dari Liam. Ia menatap pria tampan didepannya itu dengan sangat malas, terlalu cerewet dan sok mau tau.
"Sebelum aku tahu hamil, mual terus aku rasakan setiap pagi. Aku tidak bisa makan atau bahkan mencium aroma makanan apapun," Jelas Anna sejujurnya.
Anna berusaha bangkit dengan dibantu Liam, pria itu membantu Anna untuk duduk di sofa. Setelah memastikan Anna duduk dengan aman barulah Liam membersihkan sisa mual tadi, tanpa rasa jijik sedikitpun. Pandangan mata Anna terus tertuju pada Liam yang sangat penuh kesabaran membantu dirinya.
"Wajar saja bukan? Ini anak juga anak dia, seorang ayah memang sudah seharusnya bersikap seperti itu. Kau jangan terlalu bawa perasaan, Anna!" Gumam Anna di dalam hati, ia mencoba memikirkan hal lain.
Liam menggulung lengan kemejanya sampai separuh, lalu menuju tempat makanan yang ia beli tadi. Tidak hanya membeli sarapan tapi Liam juga membeli pakaian ganti untuk Anna dan kebutuhan lain.
"Kau sudah diperbolehkan pulang siang nanti, ganti pakaian mu dengan ini." Liam menyerahkan paper bag ditangan Anna.
Tentu saja Anna penasaran benda seperti apa yang dibeli oleh Liam, tapi ia terlalu malu untuk penasaran didepan pria itu. Jadi Anna meletakkan paper bag tersebut diatas meja, sembari terus memijat kepalanya yang sedikit sakit.
"Aku sudah bertanya pada dokter, untuk meredakan mual kau harus rutin minum wedang jahe setiap pagi." Ucap Liam, ia duduk disamping Anna yang langsung terdiam dengan perkataan itu.
Bukan tidak suka hanya saja Anna paling tidak bisa memakan sesuatu seperti jamu dan lain-lain. "Aku ingat jika kau tidak suka dengan hal berbau ramuan seperti itu, tapi semua ini demi anakku." Kata Liam lagi.
"Iya aku tau, semua hal yang kau lakukan demi anakmu. Kenapa harus diperjelas terus-menerus si?!" Anna mengeluh di dalam hati, ia menatap malas Liam yang terus saja memperhatikan setiap perubahan emosinya.
"Kau sudah lapar?" Tanya Liam setelah lama saling diam dengan pikiran masing-masing. "Sekalipun mual tetap saja kau harus memakan sesuatu agar tetap sehat, mengerti?" Liam mengeluarkan berbagai makanan yang ia beli tadi.
Sayangnya rasa lapar hanya akan datang melanda Anna disetiap malam saja. Kalau di pagi hari serta siang ntah kenapa mendadak Anna akan menjadi manusia yang malas makan apapun. Karena lagi dan lagi semua akan keluar kembali, Anna tetap tidak bisa menahan rasa mual yang melanda.
Anna mendorong sepiring nasi dengan lauk ayam goreng tersebut untuk menjauh, aroma dari makanan tersebut sangat menganggu indra penciumannya.
"Kau tidak suka ayam goreng?" Tanya Liam, ia mengeluarkan udang goreng sebagai alternatif lain.
"Bukan, semua makanan aku suka. Hanya saja disaat pagi begini aku tidak mampu memakan sesuap pun, mual.." Anna menjelaskan semuanya , berharap agar Liam mengerti dan tidak memaksa.
Liam tetaplah Liam, pria yang penuh perhatian dan kasih sayang. Hanya Anna saja wanita beruntung yang mendapatkan semua itu dari Liam, tapi hubungan mereka tidak pernah direstui oleh siapapun di dunia ini.
"Makanlah meskipun sedikit, izinkan aku menyuapimu.." Belum mendapatkan jawaban dari Anna malah Liam sudah memegang piring makanan tersebut.
Mengambil sesuap potongan ayam lalu memberikan kepada Anna, cara Liam menyuapi membuat Anna ragu untuk menerima. Tanpa sedok melainkan menggunakan tangan pria itu langsung.
"Ayo, sedikit saja.. kau mual terlalu banyak tadi, pasti perutmu kosong. Kasian baby Boy kelaparan di dalam.." Liam terus merayu hingga Anna tidak mampu menolak.
Dengan penuh keraguan Anna menerima suapan besar tersebut, dulunya Anna akan langsung mual jika menerima makanan sekalipun sedikit. Kali ini berbeda, malah Anna merasakan sesuatu rasa enak yang belum pernah ia rasakan selama ini.
"Bagaimana? Enak?"
Anna mengangguk ragu, ia meminta satu suap lagi dari Liam. Rasanya sungguh luar biasa dan nagih, sampai Anna makan sangat lahap. Liam tidak ada berkomentar apapun suka dengan cara Anna memakan semuanya secara lahap seperti itu.
"Kok enak banget ya? Apa karna yang menyuapi Ayah dari Baby ini?" Anna penasaran sendiri, ia terus mengelus perutnya memikirkan semua hal keanehan yang terjadi.