Karena latar belakang Shazia, hubungan nya bersama Emran tak direstui oleh orang tua Emran. Tapi adiknya Emran, Shaka, diam-diam jatuh hati pada Shazia.
Suatu hari sebuah fakta terungkap siapa sebenarnya Shazia.
Dengan penyesalan yang amat sangat, orang tua Emran berusaha keras mendekatkan Emran dan Shazia kembali tapi dalam kondisi yang sudah berbeda. Emran sudah menikah dengan wanita pilihan orang tuanya sekaligus teman kerja Shazia. Dan Shaka yang tak pernah pantang menyerah terus berusaha mengambil hati Shazia.
Apakah Shazia akan kembali pada pria yang dicintainya, Emran atau memilih menerima Shaka meski tak cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annami Shavian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permohonan Emran
"Mas Emran !!!" gumam Shazia lirih.
Gadis itu terpaku dengan mata mengembun melihat sosok pria yang tak lain adalah Emran, kekasih yang sudah tiga hari ini telah dihindarinya.
Emran melangkah mengikis jarak dengan Shazia. Setelah jaraknya hampir terkikis habis, kedua insan itu saling tatap dan saling menyelami manik mata hingga beberapa detik.
"Sha-Shazia !" Netra mata Emran berkaca-kaca, dan jakun nya tampak naik turun. Sepertinya pria itu tengah berusaha menelan ludahnya.
"M-mas !" ucap Shazia dengan suara tercekat menahan tangis. Entah karena tangis kecewa, terharu, bahagia, atau sedih. Yang pasti, gadis itu tak mampu mendefinisikan perasaan nya saat ini.
"Ka-kamu kemana aja, sha? kenapa enggak pernah mengangkat telpon ku dan enggak pernah membalas pesan ku? aku juga mencari mu ke rumah mu, tapi kamu selalu enggak ada," cecar Emran.
Lidah Shazia mendadak kelu, membuatnya tak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Emran.
"Kamu tahu, sha. Aku rindu banget sama kamu. Aku sangat merindukan kamu, Sha."
Shazia meneguk ludah, lalu mengalihkan tatapan nya ke arah lain.
Bohong jika ia tak merasakan hal yang sama seperti yang Emran rasakan. Tentu saja ia sangat merindukan pria ini. Tapi..... Shazia memejamkan mata. Bulir bening seketika jatuh mengaliri pipi. Bayang-bayang wajah dingin ibunda Emran membuat gadis itu tak mampu lagi membendung air matanya.
Emran lantas mengusap air mata Shazia, kemudian menggenggam kedua tangan gadis itu.
"Tolong maafkan kata-kata ibu ku ya, sayang. Dan aku mohon jangan pernah menghindar dari ku lagi. Aku enggak mau kehilangan kamu. Aku enggak bisa hidup tanpa kamu, Sha."
Emran berusaha membujuk Shazia, agar kekasihnya itu tak lagi menghindar darinya. Pria itu sepertinya sangat ketakutan akan kehilangan sosok wanita yang dicintai itu.
Shazia menarik nafasnya dalam-dalam, mencoba membuang rasa sesak yang mengganjal di dadanya sebelum ia membalas permintaan Emran.
"Aku sudah memaafkan ibumu, mas. Tapi apa ibu mu mau menerima keadaan ku? menerima aku menjadi calon menantunya?" Tanya Shazia menatap Emran serius.
Emran terdiam dan menunduk.
Melihat sikap Emran yang seolah tak bisa menjawab pertanyaan nya, Shazia tersenyum getir, lalu melepaskan tangan nya dari genggaman pria itu. Shazia mengubah posisi memunggungi Emran.
"Mas enggak bisa jawab kan? Lalu....." Shazia menghela nafas sebelum menyambung kalimatnya.
"Buat apa kita melanjutkan hubungan ini kalau orang tua mu saja enggak suka sama aku, mas."
Deg. Jantung Emran berdentam. Pria itu langsung mengangkat wajahnya, menatap pada punggung Shazia dengan perasaan tak enak.
"Ma-maksud mu?"
"Apa, apa alangkah sebaiknya kita jalani hidup kita masing-masing aja, mas. Cari lah sosok wanita yang sempurna. Wanita yang jelas bibit bebet bobot nya seperti yang diinginkan orang tua mas Emran."
Sebelum mengambil keputusan, Shazia sudah memikirkan hal ini sebelumnya. Hubungan mereka memang tak bisa dilanjutkan. Meski berat rasanya. Bagi Shazia, restu dari masing-masing orang tua itu nomer satu dalam sebuah hubungan. Jadi jika salah satu orang tua dari pihak tertentu tak merestui, bagaimana bisa menjalankan hubungan apalagi sampai ke pernikahan.
Emran termangu sesaat sebelum pria itu geleng-geleng kepala tak setuju. Air mata pria itu mengalir. Shazia ingin mengakhiri hubungan yang sudah mereka rajut selama dua bulan ini dengan penuh cinta. Tidak. Ia tak bisa menerima keinginan Shazia. Ia tak bisa melepas wanita yang sangat dicintai nya ini begitu saja. Ia bisa gila jika itu terjadi.
"Ja-jadi kamu menyerah sebelum bertempur, Sha !" tutur Emran dengan suara serak.
"Iya, mas. Aku memilih menyerah karena lawan ku terlalu berat. Aku enggak sanggup melawan nya, mas."
"Kamu bisa, Sha. Kamu bisa. Kamu bisa membuktikan pada ibuku kalau kamu itu sangat pantas jadi istri ku."
"Bagaimana cara aku bisa membuktikan nya pada ibumu, mas. Sementara keinginan ibu mu itu sangat sulit ku jangkau. Ibu mu ingin kamu menikahi wanita yang memiliki asal usul yang jelas, sedangkan aku ??? kamu tau kan mas siapa aku? bagaimana aku?"
Emran geleng-geleng dengan wajah putus asa. Pria itu kemudian menekuk kedua lutut hingga menyentuh tanah. Bersimpuh di kaki Shazia seraya mengalirkan air mata. Dan tak mempedulikan wibawa dan harga dirinya sebagai seorang laki-laki bermartabat dihadapan gadis itu.
Shazia yang menyadari atas apa yang Emran lakukan pun segera berbalik. Mata nya sedikit membola melihat Emran bersimpuh dihadapan nya.
"Mas, apa yang kamu lakukan. Tolong bangun, mas. Jangan seperti ini," tutur Shazia yang merasa tak enak hati. Gadis itu menyentuh kedua bahu Emran, meminta nya untuk bangun.
Emran geleng-geleng tak mau." Enggak, sha. Aku enggak mau bangun sebelum kamu mengubah pikiran mu untuk memutuskan aku."
Shazia terdiam bingung.
Di tengah Shazia terdiam, Emran lantas meraih tangan gadis itu dan mengangkat wajahnya.
"Aku sangat mencintai mu, Sha. Aku sangat menyayangi mu. Aku enggak mungkin bisa hidup tanpa kamu. Tolong tetap lah bersama ku. Kita lewati ini sama-sama. Kita buktikan pada umi ku kalau kamu pantas menjadi istriku."
Shazia hanya diam dengan perasaan yang sangat dilema.
"Aku yakin, kamu juga cinta sama aku kan, Sha? Kalau begitu ayok, ayok kita hadapi ini sama-sama dan kita buktikan pada umi ku kalau cinta kita enggak bisa di pisahkan. Aku janji sama kamu, Sha. Aku akan terus meyakin kan ibu ku kalau kamu pantas menjadi istriku."
Shazia memejamkan mata dan menarik nafas nya dalam-dalam.
"Ya Allah. Se-cinta ini kah mas Emran sama aku !! sampai dia memohon dan berlutut, merendah kan harga dirinya demi aku."
"Aku mohon, Sha. Jangan pernah tinggal kan aku. Aku enggak bisa hidup tanpa kamu."
"To-tolong berdiri, mas. Aku mohon jangan seperti ini."
"Tapi kamu janji dulu kalau kamu enggak akan pernah meninggalkan aku."
Shazia terdiam dengan perasaan yang begitu bimbang. Bukan ia tak cinta lagi, tapi kalau hubungan mereka tetap lanjut, lantas bagaimana ke depan nya cara ia menyikapi ibunda Emran yang tak menyukainya itu.
"Sha !!"
Shazia terkesiap. Melihat wajah Emran yang mengiba dan tatapan penuh harap itu membuat Shazia merasa tak tega. Lantas gadis itu pun mengangguk mengiyakan permintaan Emran.
"I-iya, mas. A-aku janji enggak akan meninggalkan kamu."
Emran mengusap air matanya kasar, lalu pria itu tersenyum haru.
"Sungguh !!"
Shazia mengangguk senyum. Meski di relung hatinya yang terdalam, ia merasa ragu. Tapi, bismilah dan jalani saja mau sampai mana ia bisa bertahan menjalin hubungan dengan Emran.
"Terima kasih, Sha. Terima kasih," ucap Emran lalu mencium punggung tangan Shazia dengan wajah bahagia.
Kemudian, Emran bangkit tanpa melepas genggaman tangan nya. Seakan pria itu takut Shazia akan lepas dari nya.
"Ayok, sayang. Aku antar kamu pulang," ajak Emran.
Begitu Shazia menyadari sesuatu, ia lantas melihat ke arah kepergian Shaka. Gara-gara kedatangan Emran, Shazia baru teringat pada anak itu yang tak kunjung kembali. Padahal sudah dari tadi.
"Shaka kemana ya? kenapa dia enggak balik lagi," ucap batin Shazia yang khawatir.
"Sayang, ayok !" Emran kembali mengajak Shazia pergi dengan rasa tak sabar.
Namun Shazia tetap bertahan. Ia tak mungkin pergi begitu saja tanpa pamit dulu pada Shaka. Kalau Shaka mencarinya bagaimana. kan kasihan anak itu.
"Sebentar, mas. Aku sebenarnya sedang menunggu seseorang. Jadi aku enggak mungkin bisa pergi gitu aja. Aku harus ngomong dulu. Supaya dia enggak nyariin aku," jelas Shazia.
"Emangnya siapa orang yang sedang kamu tunggu itu?" Tanya Emran penasaran.
"Sha_"
"Permisi, mas. Maaf. Itu mobil nya jangan parkir di situ. Karena mengganggu pengendara yang melintas."
Tiba-tiba, seorang satpam datang dan menegur Emran. Karena mobil Emran parkir di sembarangan.
demi cinta jadi sopir pun d lakukan y shaka,tpi sayang yg d cintai cma nganggap adik aja.Tapi semoga mba shaziamu segera menyadari perasaannya.
Ihh nyebelin bgt keluarga pak ramlan benalu.
Waduh coky masa kamu lupa kalau bossmu absurt tapi baik hati itu sudah bucin sama mbak Shazia, jadi mau ada cewek cantik & tajir gak akan terlihat?? 😂😂😂 Gimana kalau Tasya buatmu saja🤭😅😅😍😍