(INI KISAH ZAMAN DULU DIPADUKAN DENGAN ZAMAN SEKARANG YA)
"Emak sama Bapak sudah memutuskan jika kamu akan menikah satu bulan lagi dengan laki-laki pilihan Bapak kamu, Niah," Aku lantas kaget mendengar ucapan Emak yang tidak biasa ini.
"Menikah Mak?" Emak lantas menganggukkan kepalanya.
"Tapi umurku masih kecil Mak, mana mungkin aku menikah di umur segini. Dimana teman-temanku masih bermain dengan yang lainnya sedangkan aku harus menikah?" Ku tatap mata Emak dengan sendu. Jujur saja belum ada di dalam pikiranku untuk menikah apalagi d umur yang masih dikatakan baru remaja ini.
"Kamu itu sudah besar Niah, bahkan kamu saja sudah datang bulan. Makanya Bapak dan Emak memutuskan agar kamu menikah saja. Lagian kamu juga tidak sekolah, jadi tidak ada masalahnya jika kamu menikah sekarang. Menikah nanti pun tidak akan ada bedanya dengan sekarang karena, sama-sama menikah saja akhirnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21
ISTRI 13 TAHUN
21
Diruang guru, Diah dan Eko sedang makan siang bersama, duduk bersebelahan. "Bang apa benar Pajajar habis patah hati? apa Abang tau siapa gadis itu?" Eko sedikit tersedak karena Diah kembali membahas tentang Pajajar. Kalau pun Eko tahu siapa gadis tersebut dirinya tidak bisa mengatakan hal itu pada Diah.
"Tidak Sayang, Abang cuma menebak-nebak saja."
"Abang bohong, jelas-jelas tadi reaksi Pajajar terlihat terkejut dan serius menanggapi ucapan Abang kok!"
"Abang tidak bohong Sayang!" Eko dibuat sedikit gelagapan karena insting Diah ternyata cukup peka di bandingkan perasaanya. Untuk mengetahui Pajajar menyukai siapa, Diah justru tidak tahu dan seolah buta. Eko saja yang baru mengenal mereka tahun ini, langsung mengetahui bahwa Pajajar menyukai Diah seorang. Kemana dan apapun yang Diah mau, Pajajar selalu akan menurutinya.
"Hm..., begitukah Bang!? tapi aku mau bertanya!"
Haduh jantung Eko mendadak berdebar, pasti ini adalah pertanda buruk. Apalagi jika Diah sudah mau bertanya.
"Nanti saja ya Sayang, kita sedang makan lhoo." Eko mencoba mengalihkan pembicaraan ini.
"Bisa menjawabnya sambil makan kok Bang!"
"Nanti saja ya Sayang yaa."
"Tidak Abang!" Mau tidak mau Eko akhirnya terpaksa mengiyakan Diah.
"Pajajar sebentar lagi akan menikah ...," Diah menggantung kalimatnya. Eko sedikit lega, tetapi tidak bertahan lama.
"Lalu kita kapan?"
DEG...
Sudah Eko duga akan menanyakan soal pernikahan lagi. "Sabar yaa Sayang, Abang kan sedang mengumpulkan uang. Secepatnya kita juga akan menikah kok!" Segera sebelum Diah kembali menjawab, Eko berdiri dan pergi ke toilet.
*****
Pajajar tidak langsung pulang ke rumahnya, dia memilih untuk berkeliling kota agar pikiran dan emosinya dapat mereda. Karena jika dalam keadaan emosi seperti ini dia pulang, mungkin saja Pajajar bisa bertengkar dengan orang di rumah.
Mengendarai sepeda motornya di tengah keramaian membuat Pajajar merasa tenang, memang aneh, tapi Pajajar menyukai perkataan. 'Di dalam keramaian tapi merasa sendirian' dan karena itu Pajajar lebih memilih pergi ke tengah keramaian disaat emosi, dimana tidak ada yang mengenalnya. Mungkin sebagian orang memilih melihat alam dan tempat yang sepi, tapi Pajajar justru kebalikannya.
Berhenti di tengah kemacetan kota di sore hari, disaat semua pekerja kantoran pulang, lalu di udara terlihat asap kendaraan yang mewarnai jalanan. Keanehan ini sungguh Pajajar menikmatinya, hatinya terasa lega. Suara klakson mobil yang memekakkan telinga dapat membuat Pajajar semakin menjadi.
Lampu merah yang dinanti pun berubah menjadi Hijau semua kendaraan berpacu dengan cepat ingin cepat sampai tujuan. Sedangkan Pajajar sengaja melaju dengan lambat, membuat pengendara dibelakangnya menjadi kesal. Tanpa Pajajar sadari dirinya sudah masuk ke pekarangan rumah yang terlihat tentram.
Terbayang oleh benaknya jika nanti Suniah sudah resmi menjadi istri, mungkinkah gadis itu akan menyambut kepulangannya dengan wajah bahagia?
Mungkinkah jika Pajajar mencintai Suniah, gadis itu juga akan memberikan cinta yang setara dengannya?
Sedangkan selama ini saat bersama Diah, segala cara dan perhatian sudah Pajajar tunjukkan, tetapi gadis itu seolah buta dan hanya senang menerima perhatian tanpa ingin membalas Pajajar.
Ada sedikit harapan yang sebenarnya cukup besar Pajajar taruh pada Suniah, gadis itu usianya jauh lebih kecil, mungkinkah anak perempuan itu dapat memberikan apa yang Pajajar dambakan selama ini?
Pajajar bertanya-tanya dalam hatinya, disisi lain dia terus berdo'a jika memang Suniah jodohnya, buatlah dirinya dan Suniah bisa saling mengasihi dan mencintai seperti Ibu dan Ayahnya.
TBC