Bianca Adlova yang ingin hidup tenang tanpa ada kemunafikan.
Dia gadis cantik paripurna dengan harta yang berlimpah,namun hal itu tidak menjamin kebahagiaannya. Dia berpura-pura menjadi gadis cupu hanya ingin mendapatkan teman sejati. Tapi siapa sangka ternyata teman sejatinya itu adalah tunangannya sendiri yang dirinya tidak tau wajahnya.
Lalu bagaimana Bianca akan terus menyembunyikan identitas aslinya dari teman sekolahnya? Apakah dia akan kehilangan lagi seseorang yang berharga dalam hidupnya? ikuti kisahnya disini.
Selamat membaca🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alkeysaizz 1234, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jantung Aman ..
Brak...
Bianca membuka pintu begitu kasar membuat Rubi dan beberapa pelayan yang lain terkejut. Mereka menatap Bianca yang lari begitu cepat menaiki tangga dan masuk ke kamarnya. Pintu itu langsung di tutup dan di kunci. Bianca diam disana mengumpulkan keberanian untuk menghadapi kemarahan Papahnya saat dia kembali.
Dertt..
Bianca langsung menatap ke arah ponsel yang menyala dan melihat nama Jojo disana. Dia pun langsung menyambarnya cepat dan menggeser tombol berwarna hijau.
"Elo dimana ,Cup?" tanya Jojo di seberang telpon.
"Elo ya! Gue tuh butuh Lo tadi! Sekarang gue udah di rumah,!" Bianca langsung saja berbicara ketus namun Jojo hanya terkekeh.
"Dih..gak ada yang lucu Jojo! Lama-lama gue bisa stres lihat kelakuan lo yang kadang-kadang..!!" sarkas Bianca lagi semakin membuat Jojo tertawa.
"Ngapain Lo,nyariin gue? Kangen Lo?" tanya Bianca asal membuat Jojo terdiam.
"Malah diem lagi! Cepet buruan elo mau ngomong apa sekarang?!"
"Elo mau pergi ke taman raya gak sama gue?"
"Emang rada-rada ni anak satu," umpat Bianca dalam hati.
"Ya udah,kapan?"
"Sekarang!"
"Apa!! Gak salah denger gue?! Udah gila ya Lo ngajak gue ke taman raya jam 9 malem. Bisa-bisa nanti gue di cekik sama Bokap gue kalau ketauan pulang malam!" Bianca terdengar memekik dan tak percaya dengan ajakan Jojo yang di luar jadwal peraturan di dalam rumah.
"Gue tunggu Lo di jalan biasa. Gak pake lama! Atau gue yang susul Lo ke rumah!"
"Eh .. Jo.. tung....".
Tut..
Bianca langsung melemparkan ponselnya ke atas tempat tidur saat panggilan itu terputus begitu saja.
"Jojo sialan! Bisa-bisanya dia nyuruh-nyuruh gue! pake ngancem lagi!?" Umpat Bianca sambil mengacak-acak rambutnya merasa frustasi.
Dia langsung menghapus riasan di wajahnya,namun sepertinya Jojo sudah tak sabar menunggu dan terus menghubungi nomor Bianca berulang kali,bahkan begitu banyak pesan masuk membuat kedua matanya langsung melotot.
"Gue udah di jalanan yang penuh ilalang nih. gelap banget disini.."
"Mampus.. mampus...mampus...! Gue gak sempet memakai riasan jelek," lalu matanya tertuju pada topi dan Hoodie hitam juga masker untuk menutupi wajahnya.Jangan sampai ketinggalan kacamata besar nya juga. Bianca langsung berlari cepat kesana dengan kecemasan bercampur rasa takut jika Jojo sudah sampai lebih dulu di ujung jalan itu.
Seperti dugaannya Jojo tinggal beberapa langkah lagi menuju ujung gang. Bianca langsung mengatur nafasnya agar terlihat biasa saja di depan Jojo.
"Tumben cepet?" Bianca langsung berjalan mendahului dan Jojo mengekor di belakang.
"Iya! Itu semua gara-gara Lo!!" Jojo hanya tersenyum lalu merangkul pundak Bianca dari arah samping.
"Elo pernah ke taman raya gak sebelumnya?" tanya Jojo lagi sambil memperhatikan wajah Bianca yang tertutup masker dari arah samping.
"Gak pernah! Gue terlalu sibuk!" jawabnya ketus.
"Oh iya, bagaimana kabar ibu, Lo? Sudah baikan?" Bianca mengangguk tak ingin menimpali. Lebih tepatnya dia merasa kesal dengan setiap pertanyaan yang Jojo lontarkan.
Mereka pun sampai ke jalan raya dan mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, menikmati setiap jalanan yang mereka lewati , gedung-gedung menjulang tinggi ,dan itu pertama kalinya Bianca melakukan itu. Tanpa ada penjagaan dari kedua orang tuanya dan juga mobil mewah.
Jojo pun menghentikan motornya di taman raya kota. Jojo turun begitu juga Bianca.
"Elo serius kita akan main disini,Jo?" Tatapan matanya begitu ragu saat menatap ke depan, melihat berbagai wahana yang isinya banyak permainan anak kecil.
Jojo tak menjawab,dia langsung menggenggam tangan Bianca dan segera lari masuk ke dalam. Jojo mengajak Bianca berputar-putar mengelilingi seluruh teman raya, membeli permen kapas juga makanan tradisional disana.Tak hanya itu,Jojo juga membawanya menaiki wahana permainan yang cukup memicu adrenalin.
"Ayo naik?"
"Enggak ! Gue gak berani!" Ujar Bianca yang hendak pergi,namun tangannya dengan cepat Jojo raih lalu menariknya kuat untuk masuk ke dalam permainan roller coaster.
"Pegangan yang kuat ya,Cupu. Jangan sampai elo muntah." ledek Jojo sebelum permainan itu lepas landas.
"Woaahhh....!" Terdengar teriakan Bianca saat permainan itu melaju begitu cepat di atas rel,meliuk ke kiri dan ke kanan,bahkan atas dan bawah,lalu berputar 360 derajat menambah keras teriakannya.
"Dasar Jojo gila!! Gua gak mau percaya lagi sama elo...!!"
Begitulah teriakan yang Jojo dengar di sepanjang permainan hingga mendarat dan berhenti ke tepi.
Jojo turun lebih dulu lalu menatap ke arah wajah Bianca yang pucat pasi. Dia pun memapahnya ke luar permainan dengan tangan dan kaki yang bergetar. Jojo pun membawanya duduk di sebuah kursi dan memesan makanan.
Tatapan mematikan pun Bianca layangkan,bahkan rasanya ingin mencukur rambut Jojo hingga botak saat terlihat tersenyum ke arahnya.
"Nih,minum.." Tanpa menunggumu lama,gadis itu pun langsung menyambar satu botol air mineral lalu memunggunginya.
"Kenapa elo membelakangi gue gitu, Cup? Sini lihat ke arah gue!" dengan pundak yang langsung di putar oleh Jojo. Bianca pun akhirnya berbalik kembali menghadap Jojo.
"Gak pengap Lo? Pake masker gitu? Sini biar gue buka."
"Jangan..!!" tahan Bianca saat tangan Jojo sudah mendarat di telinganya.
"Maksud gue..mm oh ya..makasih ya udah bikin gue seneng hari ini. Perasaan gue juga membaik sekarang!" ujar Bianca mengalihkan pembicaraan.
"Oke,gak masalah. Emang perasaan elo kenapa tadi?"
"Issh..ni anak kepo banget sih!!" gerutu Bianca dalam hati.
"Udah ah ,ayo kita pulang! Udah terlalu malem gue main di luar" Bianca langsung bangkit dan berjalan lebih dulu,membuat Jojo berlari lalu menggandeng tangan Bianca lagi begitu erat.
"Tumben Lo, gandeng tangan gue?"
"Takut Lo ilang! Kan jadi berabe gue! Gak bisa usil ke elo lagi!"
"Issh..dasar nyebelin!!" spontan cubitan pun melayang di lengan namun tak membuat Jojo kesakitan .
"Terus kalo gue ilang gimana?" Jojo hanya menatap Bianca dari arah samping lalu menghentikan langkahnya sejenak. " Gue akan cari elo! Sampe ketemu,sampe elo gak bisa ilang lagi!"
Wajah Bianca perlahan merona di balik maskernya, kata-kata Jojo bagai gombalan receh yang sudah menggelitik hatinya. "Gombal Lo..". Jojo pun hanya tersenyum saat melihat Bianca salah tingkah.
Akhirnya keduanya pun pergi dari sana dengan segera. Melewati jalanan yang nampak sudah terlihat sepi,dan hanya beberapa kendaraan yang melintas di jalanan tersebut.
"Yakin Lo,gak mau gue antar sampe rumah?" Jojo bertanya setelah mereka sampai disana. Bianca menatap sekeliling dan mengangguk.
"Ya udah. Gue pulang duluan ya!" Bianca pun mengangguk kembali sambil menatap kepergian Jojo yang perlahan menghilang di pertigaan jalan.
Bianca mengedarkan pandangannya,merasa takut dengan suasana disana yang sangat sepi. Dia lalu menghubungi Rubi untuk menjemputnya di ujung jalan.
Langkah Bianca pun mulai mengayun,masuk ke dalam jalanan yang gelap. Dia hanya mengandalkan senter ponselnya yang temaram untuk melewati jalan tersebut.
"Sengsara banget hidup gue! Gara-gara kebohongan yang gue buat,jadi begini deh akhirnya. Nasib..Nasib..."
Samar-samar sepertinya Bianca melihat ada cahaya lain di depannya,gadis itu pun langsung berjalan cepat mendekati karena yakin itu pasti Rubi.
"Nona muda!" panggil Rubi saat melihat Bianca berlari dari kejauhan mendekat ke arahnya.
"Hah ..makasih Rubi! Kalau gak ada elo,gue pasti sudah mati ketakutan disana tadi." Bianca menghela nafasnya lega dan memeluk tubuh Rubi begitu erat, lalu keluar dari sana bersama.
Bianca mulai membuka topinya dan menggeraikan bebas rambutnya di udara. Kaca mata besarnya pun ia lepas yang langsung di sambut Rubi oleh tangannya. Perlahan masker yang ia pakai pun di lepas membuatnya langsung berteriak.
"Akhirnya gue bebas...!! Pengap tau....!" sambil di iringi tawaan kecil di akhir teriakannya.
"Nona diam lah!" kata Rubi celingukan.
Bianca tidak menyadari jika sedari tadi ada seseorang mengikutinya dari belakang.
"Dasar cupu gila! Bisa-bisanya dia berbohong sampe segitunya."
Jojo tersenyum saat melihat Bianca yang berjingkrak ria seperti seorang anak kecil. Rambut panjangnya yang tergerai membuat Jojo penasaran dengan wajah Bianca yang asli. Ia pun menunggu saat itu namun Bianca tak juga berbalik membuat jantungnya tak aman. Berdendang ria dan menari-nari seakan mengejek Jojo.
"Berbalik .. berbalik...berbalik...ayo berbalik sekarang juga!" gumam Jojo berulang seperti mengucapkan mantra.
Seketika Bianca pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke kiri dan ke kanan,tanpa membalikkan badan.
"Ada apa nona? Apa anda melupakan sesuatu?" Bianca pun tersenyum dan merangkul bahu Rubi dan berbalik kembali ke depan.
"Gak ada,ayo kita segera pulang sebelum kita ketahuan Papah sama mamah!"
" Tapi,Tuan dan Nyonya belum pelung sampai sekarang?" Bianca langsung menghentikan langkahnya kembali sambil menatap ke arah Rubi serius.
"Beneran?!" Rubi pun mengangguk.
"Hah..untunglah! Kalau mereka tau,bisa bisa kepalaku terlepas saat itu juga!"
"Nona..."
"Iya.. Iya..gue akan bicara yang baik-baik sekarang!"
Jojo memegangi jantungnya yang berdetak begitu keras dan cepat, nafasnya tak stabil, bahkan terasa sesak.
"Kenapa sama jantung gue? Aman gak yah? Kenapa nafas gue berat banget?" tanyanya pada diri sendiri. Jojo berjalan kembali menapaki jalan yang tadi ia lalui sambil mengingat wajah Bianca yang terlihat begitu samar dari samping.
Dug tak..
Dug tak..
Kembali suara jantungnya kian mengeras seperti hendak lompat dari tempatnya.
"Apa gue punya penyakit jantung ya?kenapa rasanya gak nyaman?" sekali lagi Jojo berbicara sendirian sambil menetralkan nafasnya yang tak normal.
"Jojo.. sepertinya elo harus pergi ke dokter besok dan menanyakan semuanya." Begitulah yang ada di benak Jojo,lalu ia pun segera pergi dari tempat itu menuju rumahnya, yang langsung di sambut hangat oleh sang Ayah.
"Kenapa sama muka kamu,nak?" Vian langsung memeriksa tubuh Jojo,meraba kening dan lehernya.
"Aneh. Suhu tubuh kamu normal tapi kenapa muka kamu pucat?" Jojo perlahan menatap ke arah Ayahnya dan menekankan tangan sang Ayah di dadanya. Vian terkejut dengan detak jantung Jojo yang tak beraturan,ia mulai menanyainya secara perlahan.
"Bagaimana? apa kamu sudah mengatakan yang sebenarnya pada Bianca? "
"Belum Ayah. "jawabnya pelan.
" Kenapa? bukankah hal itu akan mempermudah hubungan kalian ke depannya? " Jojo menggelengkan kepalanya pelan.
"Si cupu.. mm.. maksudku Bianca, dia tidak akan begitu mudah menerima semua kenyataan itu ayah"
"Wow.. sepertinya, dirimu kini lebih mengenal Bianca rupanya?" Jojo menoleh ke rah Ayahnya yang sedang tersenyum penuh ejekan.
"Apa maksudmu ekspresi mu itu, Ayah. Aku hanya ingin kita memulai sesuatu benar-benar dari hati, bukan karena rupa atau status kami saat ini. "
"Jadi kau akan tetap terus melihat wajah Bianca yang sekarang?" Jojo pun mengangguk.
"Baiklah, jika itu keputusan mu. Ayah dukung."
"Makasih Ayah, tapi sepertinya Jojo besok harus pergi dulu ke dokter, Aku harus memastikan beberapa hal."
"Apa? " tanya sang Ayah heran.
"Kenapa detak jantung Jojo berdetak berkali-kali lipat saat mengingat wajah seseorang." Sang Ayah hanya berjoan pelan lalu mendekatkan mulutnya di telinga Jojo.
"Itu tandanya kamu mulai menyukai orang itu..." bisik sang Ayah sambil berlalu meninggalkan putranya.
hapoy Reading semuanya 🥰🥰🤗