NovelToon NovelToon
Hello Tuan Harlan

Hello Tuan Harlan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Redwhite

Kesempatan kembali ke masa lalu membuat Reina ingin mengubah masa depannya yang menyedihkan.

Banyak hal baru yang berubah, hingga membuatnya merasakan hal tak terduga.

Mampukah Reina lari dari kematiannya lagi atau takdir menyedihkan itu tetap akan terjadi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Melawan

Maira akhirnya memilih mengantarkan Reina pulang. Ia tahu gadis itu sedih, tapi tak ada yang bisa dia perbuat.

Kafe tempatnya bekerja juga tergolong baru dan belum terlalu dikenal orang.

Mereka mengendarai motor atasan Maira yang bernama Elke itu.

Keduanya sampai di depan rumah Reina. Maira terkejut bukan main karena baru tahu kalau Reina bukanlah gadis biasa.

"Ini rumahmu?" tanyanya heran.

"Iya, tapi kamu jangan berpikir jika aku hidup enak di sini—"

"Baiklah, aku tak mau mendengar cerita sedihmu. Karena secara garis besar aku bisa menebaknya. Istirahatlah, nanti aku coba bantu kamu cari pekerjaan lain."

Bukan kejam, Maira sangat berpikiran dewasa. Ini bukan saat yang tepat untuk mendengar kisah hidup teman barunya itu.

Reina tengah kecewa, jangan sampai cerita hidupnya membuat Reina makin terperosok kedalam kesedihan.

Maira berlalu setelah meminta Reina segera masuk ke rumahnya.

Hati Reina menghangat, Maira benar-benar tahu cara membaca hatinya. Tak seperti sahabat-sahabatnya yang selalu memaksakan kehendak mereka meski dirinya tak nyaman untuk menceritakan hidupnya.

Makanya dulu Reina selalu berusaha ceria agar keduanya tak memaksanya bercerita yang justru mengingatkan akan kesedihannya.

Baru saja masuk, seseorang tengah menunggunya di pintu depan.

Reina tahu akan ada perang dunia yang menimpanya.

Namun dia berusaha tegar dan menegakkan bahu kurusnya.

"Bagus ya, sekarang kamu sudah berani mencuri!" pekik ibu tirinya.

Reina menghentikan langkah kakinya saat mendengar jeritan wanita itu.

"Apa maksudmu?" tanya Reina tak mengerti.

"Apa? Kamu berani menantangku?" Meike berjalan mendekatinya.

Jeritan itu membuat ayah dan kedua kakak laki-lakinya keluar dari rumah.

Mata Hendro Angkasa serta kedua putranya terbelalak tak percaya saat melihat penampilan Reina.

"Tatyana," lirih Hendro yang membuat Meike menoleh kearahnya.

"Papih ngomong apa?"

Meike jelas mendengar sang suami berkata dengan menyebut nama mendiang istrinya, tapi terasa samar.

Ia ingin meastikan dan menanyakan pada suaminya.

Kedua putranya pun terperangah, dengan penampilan seperti itu, adik bungsu mereka terlihat sangat mirip dengan mendiang ibu mereka.

Laksmana dan Vano tak melihat penampilan Reina saat di pesta kelulusan tadi.

Saat para siswa sibuk berfoto, keduanya justru sibuk berbicara dengan para guru yang mengajar mereka di sana juga.

"Lihat pih, anak itu sekarang sudah berani mencuri!" bentak Meike lagi setelah tak mendapat jawaban dari suaminya.

"Kenapa dari tadi kamu meneriakiku pencuri? Harusnya kamu menjelaskan, bukan hanya memaki," balas Reina berani.

Ayah dan kedua saudara laki-lakinya terbelalak tak percaya dengan keberanian Reina.

"Lihat pih, anak itu sekarang sudah berani kurang ajar sama aku. Dia harus di hukum berat!" rengek Meike lagi.

Malas meladeni ibu tirinya, Reina hendak berlalu menuju pintu samping tempatnya biasa lewat.

Setelah kedatangan ibu tirinya dan juga Elyana, gadis itu sudah tak pernah diperbolehkan lagi lewat melalui pintu utama.

Ia benar-benar di samakan dengan para pekerja di rumahnya.

"Tunggu! Kenapa kamu mencuri?" sergah Meike lantas menghentikan langkah Reina dengan mencekal tangannya.

Reina menepis tangan ibu tirinya dengan kuat hingga membuat wnaita berpenampilan glamor itu terhuyung ke belakang.

"Reina!" bentak Hendro murka.

"Kamu sungguh tak sopan! Dia ibumu!" sambungnya.

Reina mengusap lengannya yang sedikit perih. Di sana ada luka bekas kuku panjang Meike yang mencengkeramnya.

Ayahnya lebih memedulikan istri barunya ketimbang dirinya.

Sedih tentu saja, perasaan sakit hati itu tak bisa di abaikannya begitu saja.

Namun ia berusaha tegar dan tak gentar menghadapi ayah serta ibu tirinya.

"Ajari istrimu untuk menjaga sikapnya. Kalau tidak, aku akan berteriak agar para tetangga datang dan membuat drama hingga kalian akan berurusan dengan pihak yang berwajib," ancamnya.

Keempatnya tersentak dengan ancaman Reina. Gadis yang biasanya hanya bisa pasrah dan menangis kini bahkan berani mengancam mereka.

Tak ada yang bersuara karena memang apa yang di katakan Reina ada benarnya, gadis itu bisa memanfaatkan situasi dan membuat mereka akan malu.

"Kenapa kamu jadi begini, mana sopan santunmu?" tanya Hendro yang merasa anaknya kini telah menjauhinya.

Padahal selama ini dialah yang menjauhi Reina, tapi setelah situasi seperti ini ia merasa menjadi korban.

"Kalian bisa bicara baik-baik. Aku tahu kau menikahi seorang wnaita yang entah dari mana asalnya. Harusnya kamu mendidiknya agar tak mempermalukanmu."

Ucapan Reina itu sangat kejam, tapi Hendro tak membantahnya. Istrinya yang dulu dia kira adalah seorang wnaita sederhana nyatanya sering membuatnya malu saat ada perjamuan para pengusaha.

Namun tetap saja, mendengar anaknya menghina istri barunya membuatnya tak suka.

"Kau—"

"Cukup mih, katakan kenapa mamih berteriak mengatakan Reina seorang pencuri?" ucapnya lembut.

"Papih membela dia? Lihat, dia sudah tak sopan sama mamih, menghina mamih dan hendak mencelakai mamih, tapi papih masih membela dia?"

Reina memutar bola matanya jengah. Drama yang di buat ibu tirinya benar-benar membuatnya muak.

"Kalau mamih ngga mau jawab dan bertele-tele lebih baik kita masuk saja."

"Papih—" rengeknya. "Kamu ngga lihat penampilan anak itu? Dia mengenakan gaun bagus, mamih yakin dia mencuri uang mamih untuk membelinya, mamih ngga terima dia harus dihukum."

Tawa Reina pecah, ternyata wanita licik itu menuduhnya mencuri uangnya hanya gara-gara ia memakai gaun milik mendiang ibunya.

Kedua kakak laki-lakinya bahkan terlihat menghela napas. Reina tahu jika kakaknya pasti malu dengan ucapan ibu tirinya.

Andaikan gaun ini dia dapatkan dari menyewa ia yakin kakak pertamanya akan membantu ibu tirinya untuk menghukumnya dengan dalih mendisiplinkannya.

"Mih," balas Hendro putus asa. Dia dilema. Jika dia menjawab Reina mengenakan gaun milik mendiang istrinya, ia yakin Meike akan marah besar dan membuat dirinya akan terkena masalah.

Namun dia tak mungkin membenarkan ucapan istrinya, ia yakin Reina yang akan membuka mulut.

Semua tak ada yang menguntungkan untuknya. Dia sendiri sedang pusing memikirkan pekerjaannya. Kini harus dipusingkan dengan tuduhan istrinya pada putrinya.

"Aku yakin ayah bisa menjawabnya. Aku mau masuk."

Reina lelah, dia memilih berlalu dari sana. Sekarang dia harus menyelamatkan gaun ini, sebab setelah ini ia yakin ibu tirinya akan memusnahkan gaun milik ibunya ini.

Benar saja, sebuah teriakan dan tangisan terdengar di penjuru rumah. Perang dunia antara ayah dan ibu tirinya pasti tercipta setelah ayahnya menjawab pertanyaan ibu tirinya tadi.

Reina bahkan merasa rumahnya seperti kebun binatang yang penghuninya lebih senang berteriak dari pada berbicara layaknya manusia.

Tak lama pintu kamarnya terbuka dangan kencang, ibu tirinya menatapnya dengan bengis.

"Di mana gaun itu!"

.

.

.

Lanjut

1
Dapllun
semangat kak, aku tinggalkan komentar ku disini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!