Takdir dari Tuhan adalah skenario hidup yang tak terkira dan tidak diduga-duga. Sama hal nya dengan kejadian kecelakaan sepasang calon pengantin yang kurang dari 5 hari akan di langsungkan, namun naas nya mungkin memang ajal sudah waktunya. Suasana penuh berkabung duka atas meninggalnya sang korban, membuat Kadita Adeline Kayesha (18) yang masih duduk di bangku SMA kelas 12 itu mau tak mau harus menggantikan posisi kakaknya, Della Meridha yaitu calon pengantin wanita. Begitu juga dengan Pradipta Azzam Mahendra (28) yang berprofesi sebagai seorang dokter, lelaki itu terpaksa juga harus menggantikan posisi kakaknya, Pradipta Azhim Mahendra yang juga sebagai calon pengantin pria. Meski di lakukan dengan terpaksa atas kehendak orang tua mereka masing-masing, mereka pun menyetujui pernikahan dikarenakan untuk menutupi aib kelurga. Maksud dari aib keluarga bagi kedua belah pihak ini, karena dulu ternyata Della ternyata hamil diluar nikah dengan Azhim. Mereka berdua berjanji akan melakukan pernikahan setelah anak mereka lahir. Waktu terus berlalu dan bayi mereka pun laki-laki yang sehat diberi nama Zayyan. Namun takdir berkata lain, mereka tutup usia sebelum pernikahan itu berlangsung. Bagaimanakah kehidupan rumah tangga antara Azzam dan Kayesha, yang memang menikah hanya karena untuk menutupi aib keluarga dan menggantikan kakak mereka saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon almaadityaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
07. SMDH
See you, Cha. Gue duluan ya!
See you too, takecare ya!
Sehabis berpamitan dengan Ocha, dari depan gerbang Kayesha melihat ada sebuah mobil berwarna hitam persis seperti milik Azzam. Ia nampak ragu, takutnya pas membuka pintu mobil itu bisa-bisa salah orang.
Benar saja, Azzam menurunkan kaca mobilnya lalu tersenyum melihat Kayesha. Kayesha yang tak tahu kenapa tersenyum salah tingkah itu, langsung menyebrang dan menaiki mobil Azzam, dan mereka pun pergi dari sana.
Sepanjang perjalanan, hanya ada keheningan diantara mereka. Namun karena Azzam adalah pria dewasa, ia pun mencoba membuka obrolan.
"Tadi pagi Bunda ada ngasih tau kamu mau kerumah ngga?"
"Hah? Engga ada, kenapa Mas Azzam?"
"Bunda telfon saya, katanya udah dirumah. Tapi alhamdulillah ada kunci cadangan di bawah keset, jadi bisa masuk. Sekarang Bunda lagi ada dirumah juga sama Zayyan," pandangan Azzam masih fokus ke depan.
"Wah ada Zayyan ya? Berarti Bunda belum pulang, kan?"
"Mungkin belum, tadi katanya habis nungguin kamu sekolah. Nanti kita mampir dulu ya ke toko roti, mau beli makanan buat Bunda," Kayesha mengangguk.
Udah ganteng, pengertian lagi, cowo modelan Mas Azzam pasti jadi kesayangan mertua kaya Bunda ni batin Kayesha, ia mengulum senyum malunya.
"Mas Azzam baru balik kerja? Atau nanti balik ke rumah sakit lagi?"
"Ini saya udah pulang, besok lagi ke rumah sakit kaya biasa kecuali kalo ada pasien atau urgent."
"Oalah berarti jam pulang Mas Azzam jam segini juga?"
"Iya, kan jam kerja disini itu dari 7 sampai 8 jam, apalagi saya shift pagi sampai sore. Kamu sendiri, emang pulang jam segini juga?" Azzam bertanya balik.
"Iya emang jam segini, tapi kalau ekskul baru pulangnya lebih sore. Sama juga kalau hari Jumat pulang jam dua belas."
"Kamu ngga ikut ekskul?"
"Nggak."
"Kenapa?"
"Capek, pengen cepet pulang."
Azzam terkekeh, "emang ngga ada ekskul yang kamu mau di sekolah?" Azzam menatap Kayesha.
Blush.
"A-ada, tari."
Kayesha langsung pura pura mengalihkan pandangannya ke arah kaca mobil, ia tidak sanggup di tatap Azzam seperti itu.
"Nah terus kenapa ga ikut tari?"
"Gamau soalnya susah harus kayang-kayang, apalagi aku udah kelas duabelas jadi harus fokus ujian."
"Oalah gitu, udah ada persiapan buat ujian?"
Kayesha menggeleng masih tak berani melihat Azzam.
"Udah nentuin mau masuk kampus mana?"
"Ngga tau, tapi mau nya masuk Universitas Indonesia, kalau masuk juga," pesimis Kayesha.
"Ya berdoa biar masuk, kalau cuman niat sama kepengen aja tapi ga ada usaha ya ga bakal bisa juga."
Mereka berdua pun lanjut berbincang-bincang tentang sekolah dan pendidikan untuk Kayesha. Bisa Kayesha simpulkan bahwa Azzam bukan orang pesimis, dari setiap ucapan Azzam juga selalu mendukung Kayesha agar Kayesa tidak jadi orang yang pesimis.
Oh gini ya sama orang yang lebih dewasa tuh? Batin Kayesha.
Sesampainya di toko roti, mereka berdua pun masuk ke dalam toko. Para pelanggan yang ada disana tertuju ke arah Azzam dan Kayesha tak tahu kenapa, mungkin karena Azzam yang terlalu tinggi dan Kayesha yang tubuhnya cukup pendek yaitu se dada Azzam.
"Mas Azzam cari roti yang kaya gimana?"
"Roti cuman dalamnya ada slice beefnya—— Nah ini dia."
Azzam memborong habis roti slice beef yang ia maksud, Kayesha hanya bisa terdiam melihat itu.
Boro boro gue ngeborong, beli jajan aja kadang masih mikir batin Kayesha.
"Kayesha, kamu mau yang mana? Pilih dulu biar nanti saya bawain ke kasir," tawar Azzam.
"Engga, aku ga suka roti."
Azzam mengangkat sebelah alisnya, "beneran ga suka? Atau ada variant roti yang lain yang kamu suka?" Kayesha menggeleng.
"Yaudah mau ikut ke kasir atau langsung ke mobil? Saya mau bayar dulu ini, kamu beneran ga ada yang dibeli?"
"Ga ada, Mas Azzam. Yaudah aku ke mobil duluan aja ya."
\~•\~
Ya ampun, Zam. Ini banyak banget, bagi dua aja ah!
Azzam tertawa kecil, "engga Bunda, bawa aja. Ini kan buat Bunda, iyakan Kayesha?"
Kayesha mengangguk, sembari menggendong Zayyan yang sedang tertidur pulas.
"Aduh, Zam. Tapi ini kebanyakan, Bunda jadi ga enak. Bagi dua aja ya rotinya?"
"Gausah Bunda, gapapa. Itu buat Bunda, kan itu masih bisa disimpan sehari dua hari," kata Azzam.
"Aduh, makasih banyak lho, Zam," Azzam mengangguk sambil tersenyum.
Assalamualaikum.
Tiba-tiba muncul lah Latif yang entah darimana ke ruang tamu, mungkin Latif datang untuk menjemput Desi dan Zayyan.
"Sekarang, Bun?"
Desi mengangguk, "iya Yah, Zayyan udah tidur banget dia. Tadi jemuran juga belum sempat Bunda angkat."
"Jadi Bunda sekarang ni pulangnya?" Tanya Kayesha.
"Iya sayang, udah lama banget juga kan Bunda disini dari pagi."
"Oalah iya Bun yaudah, ini Zayyannya aku bawain sampai keluar ya."
Mereka bersama pun bersama keluar dari rumah untuk berpamitan juga dengan Desi dan Latif.
Azzam mencium pipi Zayyan yang sedang tertidur pulas dengan mulut yang sedikit terbuka.
"Dadah Zayyan—— Hati hati ya Bun, Yah," Azzam menyalimi kedua punggung tangan mertuanya itu.
Kayesha mencium pipi dan dahi Zayyan dan menyerahkannya kepada Bundanya, "tiati ya Bun, Yah. Sering sering kesini, biar bisa liat Zayyan."
Desi terkekeh, "iya sayang, yaudah Bunda sama Ayah pamit ya," Kayesha menyalimi punggung tangan Desi dan Latif.
"Dadah, assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam."
\~•\~
Sehabis sholat Isya, rasanya Kayesha benar-benar mengantuk. Sehabis menutup pintu kamar, ia langsung membaringkan tubuh di kasur lalu menatap langit-langit kamarnya. Seharian ia di sekolah, dan sehabis dari sekolah ia menjaga Zayyan, itu benar-benar membuatnya lelah karena tubuhnya kurang istirahat dari kemaren.
Baru saja ia berniat akan tidur, tiba-tiba ponsenya berdering. Begitu ia lihat ternyata panggilan suara dari Ocha, sahabatnya. Ia langsung menggeser ke kanan.
Halo, Cha?
Hah tugas apaan?
Sejarah? —— Oh iya anjir, gue lupa!
Iya iya, thanks ya ngingetin gue. Yaudah gue mau siap-siap ae dulu ini ke toko ATK.
Iya, dah. See you, Cha.
Tut.
Nampaknya Kayesha memang tidak ditakdirkan untuk beristirahat. Kayesha langsung melompat dari kasurnya, lalu mengambil hoodie hitamnya yang kebesaran itu dan memakainya. Tak lupa juga menguncir rambutnya agak asal-asalan.
Duh, gue kesana pakai apa ya? Masa iya bilang ke Azzam mau minjam motornya? Mana motornya moge lagi, gue juga mana bisa gumam Kayesha.
Ia pun memutuskan untuk memesan ojol saja, namun sebelumnya ia pun pergi ke kamar Azzam dulu untuk minta izin. Setelah keluar kamar, Kayesha menuju kamar Azzam, dan mengetuknya.
Tok tok tok.
Awalnya tidak ada yang menyahut, Kayesha yang masih ragu pun mengetuknya kembali sedikit lebih keras takutnya Azzam tidak mendengar ketukannya.
Tok tok tok.
Hening tak ada jawaban, tapi baru saja Kayesha ingin pergi dari sana benar saja seseorang membukakan pintu kamarnya. Benar saja itu adalah Azzam yang nampaknya baru saja tertidur karena keliatan dari matanya dan rambutnya, bahkan lelaki itu hanya mengenakan sarung tanpa atasan.
Nikmat mana lagi yang ini ya Allah batin Kayesha.
Kayesha berusaha untuk tidak gelagapan dan pandangannya tidak tersalah fokus ke perut Azzam yang kotak-kotak seperti enam kardus Indomie yang disusun.
"Ada apa, Kayesha?"
"A-anu itu, aku mau izin ke ATK dulu Mas Azzam, soalnya Ocha baru ngingetin pas tadi mau bobo kalau besok tugas sejarah banyak yang harus di bawa buat biografi."
"Hoam—— Tunggu ya, saya siap-siap dulu," Azzam pun membalikkan badannya lalu berjalan ke arah lemari.
"Ngga usah, Mas Azzam. Aku tadi cuman minta izin, aku bisa pergi sendiri kok, aku udah download Gojek juga buat kesana, Mas Azzam lanjut tidur aja gapapa."
Azzam yang simple hanya mengenakan baju kaosnya yang berwarna putih itu, lalu mengambil dompetnya.
"Mas Azzam—"
"Ayo, sama saya. Udah jam berapa juga ini mau jam sembilan, nanti ribet kalau ATK nya tutup, ga mungkin kan kamu keliling cari perlengkapangan tulis sama ojol?" Ada benarnya juga ucapan Azzam.
"T-tapi Mas Azzam beneran gapapa, kah? Aku ngerepotin Mas Azzam terus," Kayesha sedikit menunduk.
"Udah ya jangan dipikirin, kamu ga ngebebanin saya kok, kan saya yang mau. Udah, ya? Ayo berangkat sekarang nanti takutnya kemaleman," balas Azzam dengan sangat lembut.