Plakk!!!
"Kamu itu emang beban ya" kata Papa
"Ma-Maaf Pa, aku cuma pengen Papa dateng besok ambil rapotku"
"Papa Sibuk, kamu suruh Bi ijah aja yang ambil sana"
"Tap..."
"Jangan banyak omong kamu"
Tak Di Pedulikan, Tak Di anggap dan tak Di Inginkan itulah hal yang selalu Laili rasakan, setiap ia pulang ke Rumah yang sudah lama Runtuh itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laililya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Melacak Nomor Misterius???
Laili bangun pagi-pagi karena hari ini ia harus berangkat awal ke Sekolah, karena ada pelatihan untuk lomba cerdas cermat.
"Bi aku berangkat dulu"
"Ga sarapan dulu Neng?" Tanya Bibi
"Enggak Bi"
Laili pun berangkat ke sekolah, namun saat di jalan tiba-tiba.
DUWARR!!!
Ban Motor Laili tiba-tiba bocor, Laili pun lansung ke tepi jalan.
"Aduh gimana nih," kata Laili
Laili pun mendorong Motornya berharap ada tambal ban yang buka.
"Li, Laili" kata Dimas
Laili pun berhenti mendorong Motornya.
"Kenapa kok di dorong?" Tanya Dimas
"Ga papa"
"Li, gue tau lo marah tapi pliss gue mau bantuin lo,"
"Ga usah, gue bisa sendiri"
"Li, hari ini itu kita mau latihan buat lomba cerdas cermat lo mau di marahin sama Pak Anton gara-gara telat"
Laili pun terdiam ia berfikir ada benarnya juga kata Dimas, kalau ia telat ia bisa kena marah Pak Anton.
"Ban gue bocor gue mau cari tukang tambal ban" kata Laili
"Lo naik, nanti biar orang suruhan gue aja yang bawa motor lo" kata Dimas
"Tapi amankan motor gue"
"Aman, percaya sama gue"
"Oke"
Laili pun naik ke motor Dimas, mereka pun berangkat bersama. Di jalan Dimas berusaha mengajak ngobrol Laili.
"Li maafin gue" kata Dimas
"Fokus aja bawa motornya ga usah bahas yang lain"
"Li, gue bener-bener minta maaf, gue mau lo maafin gue, apapun bakal gue lakuin asal lo bisa maafin gue"
"Apapun?" Tanya Laili
"Iya apapun"
"Oke gue bakal maafin lo asal lo bantuin gue buat cari nomor misterius, nanti nomornya gue kirim, lo bisa ngelacak nomorkan." kata Laili
"Iya bisa, tapi lo tau dari siapa gue bisa lacak Nomer"
"Dari Sinta" kata Laili
"Oh oke, gue bakal bantuin lo"
Mereka berdua pun sampai di sekolah tepat waktu.
"Udah gue kirim ya Nomernya, lo lacak sampek tau itu nomer siapa"
"Oke"
Mereka berdua pun masuk ke dalam ruang Osis, mereka pun berlatih untuk lomba Cerdas Cermat.
"BAIK UNTUK KALIAN YANG LOLOS SELEKSI LOMBO CERDAS CERMAT, SEKARANG SILAKAN MENGERJAKAN SOAL YANG SUDAH BAPAK BERIKAN DENGAN WAKTU ENAM PUTUH MENIT" kata Pak Anton
"Baik Pak"
Mereka semua pun fokus mengerjakan soal yang di berikan Pak Anton.
"JIKA ADA YANG SUDAH SELESAI SILAKAN DI KUMPULKAN" kata Pak Anton
Dimas dan Laili pun mengumpulkan jawaban terlebih dahulu.
"Bagus Laili dan Dimas, ayo untuk yang lainnya waktu kalian kurang tiga puluh menit"
Laili dan Dimas duduk di kursi sambil menunggu yang lainnya mengumpulkan jawaban mereka.
Setelah semuanya selesai mereka pun keluar dari ruang Osis.
"Ke kantin yuk Li" kata Dimas
"Boleh, gue juga mau tanya sesuatu"
"Oke"
Mereka berdua pun pergi ke kantin.
"Lo mau tanya apa?" Tanya Dimas
"Lo bisa lacak nomer itu bukannya yang bisa cuma Hecker ya?" Tanya Laili
"Gue ga bisa jawab pertanyaan lo sekarang soal itu, karena ini di sekolah, nanti bakal gue jawab"
"Oke nanti sepulang sekolah kita ketemu di caffe deket rumah gue"
"Oke jam berapa?" Tanya Dimas
"Lima sore"
"Sorry gue boleh gabung?" Tanya Sinta
"Boleh"
"Makasih"
"Iya"
"Dimas, maaf soal gu...!"
"Ga usah dibahas"
"Oke"
"Sin nanti gue sama Dimas mau ke Caffe deket rumah gue, lo ikut ya"
"Emang boleh?"
"Boleh"
"Oke, jam berapa?" Tanya Sinta
"Jam lima sore"
***
Sepulang sekolah Laili dan Dimas berjanjian ke Caffe dekat rumah Laili. Sinta dan Dimas sampai terlebih dahulu.
"Sorry ya gue telat"
"Ga papa"
"Gimana soal nomer itu?" Tanya Laili
"Ga bisa Li, ini aneh"
"Maksudnya?"
"Nomernya ga bisa di lacak, berarti ini nomer punya Hecker" kata Dimas
"Dim lo belum jawab pertanyaan gue pas di sekolah, apa lo juga Hecker?"
"Iya gue Hecker tapi setiap Hecker ada levelnya dan gue belum sampai di level yang tertinggi"
"Sejak kapan lo jadi Hecker?"
"Sejak gue kelas enam SD"
"Eh tunggu-tunggu" kata Dimas
"Ada apa?" Tanya Sinta dan Laili
"Tunas Bina Bangsa" kata Dimas
"Hah, itu sekolah kitakan?"
"Iya, Hecker ini bermain di area sekolah, berarti dia salah satu murid yang ada di sekolah" kata Dimas
"Hah, tapi siapa?"
"Itu pertanyaannya, gue juga ga tau, intinya sekarang kita harus hati-hati"
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, Laili harus segera pulang sekarang.
"Udah jam delapan gue harus pulang"
"Gue anterin ya" kata Dimas
Tiba-Tiba.
"Ga usah biar gue aja pacarnya" kata Tegar yang muncul dari belakang
"Tegar" kata Laili
"Ayok aku antar pulang"
"Iya, gue pulang dulu ya"
"Iya hati-hati, Li"
Laili pun pulang bersama Tegar, Dimas dan Sinta masih di Caffe tersebut.
"Mereka pacaran?" Tanya Dimas
"Gue ga tau"
"Aneh sejak kapan Tegar disini,"
"Iya juga ya, Tegar kok tau ya Laili disini"
"Jangan-jangan?"
"TEGAR" kata Dimas dan Sinta bersamaan
"Kalau emang bener Tegar, berarti Laili dalam bahaya" kata Sinta
"Iya lo bener, Sin lo mau ngelindungi Laili kan?" Tanya Sinta
"Iya, kenapa?"
"Gue punya rencana"
"Apa?"
"Laili ga ngasih tau alasan kenapa gue harus cari nomer ini, apa lo bisa bantuin gue untuk cari tau kenapa Laili pengen banget cari tau soal nomer ini"
"Oke gue bakal cari informasinya"
"Kalau lo dapetin informasinya kabarin gue ya, gue bakal selidiki ini lebih dalam, Gue yakin nomer ini pasti Tegar"
"Tapi kalau Tegar, kenapa Tegar lakuin ini semua?" Tanya Sinta
"Itu pertannyaan nya, kita harus cari tau"
"Oke"
Setelah berdiskusi lama, mereka pun pulang.
***
Laili sudah sampai rumah sejak tadi, Laili sedang berada di kamarnya tiba-tiba.
"LAILI KELUAR KAMU DARI KAMAR SEKARANG" teriak Mama
Laili pun dengat cepat keluar dari kamar.
"Ada apa sih, Ma?" Tanya Laili
"Kamu dari tadi Mama panggilin, tapi kenapa kamu ga denger hah, budek kamu?"
"Maaf Ma, aku ga denger"
"Besok iku Mama ke acara Nenek kamu, Mama males sebenernya" kata Mama
"Emangnya ada acara apa?" Tanya Laili
"Udah ga usah banyak tanya, kamu ikut aja"
"Iya Ma"
"Besok kalau Nenek kamu tanya Papa kemana, jawab aja ke Luar Negri paham kamu"
"Iya Ma, tapi kenapa ga ajak Papa aja Ma?" Tanya Mama
"APA KAMU GA TAU KALAU PAPAMU ITU LAGI SELINGKUH SAMA PEREMPUAN LAIN" bentak Mama
Tiba-Tiba.
"JAGA BICARA KAMU!!" teriak Papa tak kalah menggelegar
"APA EMANG BENERKAN?"
PLAKK!!!
"PAPA!!" Teriak Laili
Papa pun menampar Mama.
"Mama ga papa?" Tanya Laili
"MINGGIR KAMU!" bentak Mama sambil mendorong Laili
"JAGA BICARA KAMU, KAMU SAMA ANAK KAMU ITU SAMA AJA, SAMA-SAMA BEBAN DI KELUARGA INI" kata Papa
"BEBAN! MAS APA KAMU LUPA DULU AKU YANG BANTU KAMU PAS KAMU LAGI SUSAH, PERUSAHAAN KAMU BANGKRUT SIAPA YANG BANTU KAMU, HAH, AKU MAS YANG BANTU KAMU, BUKAN PEREMPUAN BERNAMA FIKA ITU"
"JAGA BICARA KAMU!"
"APA ITU EMANG BENER DAN KAMU LEBIH MILIH AKU DI BANDING PEREMPUAN ITU"
"AKU MILIH NIKAH SAMA KAMU JUGA TERPAKSA KARENA KAMU, TAWARI AKU PERUSAHAAN, INGAT INI AKU MENIKAH SAMA KAMU ITU TERPAKSA, PAHAM KAMU" bentak Papa
"IYA AKU PAHAM KARENA YANG KAMU CINTAI CUMA PEREMPUAN ITU" bentak Mama
"CUKUP, CUKUP PA, MA, AKU CAPEK DENGAR MAMA SAMA PAPA BERANTEM TERUS SETIAP HARI, APA MAMA SAMA PAPA GA BISA SEHARI AJA AKUR AKU PENGEN NGERASAIN KAYAK TEMEN-TEMEN DI SAYANG SAMA KELUARGANYA" teriak Laili
"DIAM KAMU LAILI, KAMU GA NGERTI APA-APA, SOAL KELUARGA INI" bentak Papa
Papa pun keluar lagi dari rumah, sedangkan Mama masuk ke dalam kamar. Laili menangis di Ruang tamu.
Misal.
"Aku selingkuh juga karena kamu yang terlalu sibuk dengan dunia kamu sendiri." teriak Herman tak kalah menggelegar.