Tampan, Kaya, dingin, dan Cuek
Itulah yang bisa menggambarkan sosok Aston Max Matthew yang hampir sempurna. Siapa yang tidak mengenal sosok Aston yang begitu banyak di sukai kaum hawa siapapun yang melihatnya pasti akan langsung jatuh cinta kepadanya. Tapi yang mengenal Aston dia adalah pria yang pemarah, suka mengatur, cuek dan tidak suka jika ucapannya di tentang.
Cantik, Polos, dan Pendiam
Seperti itulah sosok wanita bernama Ayana Yovanka, Wanita yang sudah mandiri sejak kepergian ayahnya yang sudah lama meninggal. Di mana Ayana harus bekerja keras untuk pengobatan sang bunda yang sudah lama sakit. Namun takdir berkata lain ketika saat Ayana di pertemukan dengan pria yang bernama Aston yang mengubah semua takdirnya.
Tapi di suatu kejadian membuat mereka menjadi dekat, akankah kisah mereka seperti kisah novel yang berakhir happy ending atau malah menjadi sad ending?
Ikutin cerita Marriage With CEO.
Update sesuka hati❤️
Start 14 Desember 2024
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dwinabila04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Marriage With CEO | 2. Crazy Offer
Aston duduk di kursi dengan pemandangan sebuah hutan pohon pinus yang cukup lebat membuat pikiran Aston sedikit lebih tenang. Tak menunggu lama pesanan Aston datang.
"Ini tuan pesanan anda."
Setelah meletakkan pesanan milik Aston entah dorongan dari mana Aston menggapai tangan wanita yang mengantar pesanan miliknya.
"Menikahlah denganku." Ucap Aston yang membuat wanita itu terkejut bukan main dengan ucapan Aston barusan.
Ayana menatap pria yang ada di depannya sekarang, di mana pria itu secara tiba-tiba mengajaknya menikah. Apa dia mabuk batin Ayana kenapa mendadak mengajaknya menikah.
"Hahaha, tuan bisa saja bercandanya." Ucap Ayana kikuk.
"Tidak, aku serius," jawabnya.
"Maaf tuan saya permisi dulu." pamit Ayana kepada Aston.
Ayana menggelengkan kepalanya sambil terkekeh geli saat mendengar pria yang belum Ayana ketahui namanya secara mendadak mengajaknya menikah. Dengan penampilan yang cukup berkelas tidak mungkin mengajak Ayana untuk menikah.
"Kamu kenapa, Ay?" tanya Anindira yang melihat sahabatnya itu senyum-senyum sendiri.
"Itu tadi ada pelanggan yang ngajak aku nikah," jawab Ayana.
"Nikah? Yakin kamu, Na?"
Ayana mengangguk kepalanya. "Tapi aku gak menganggapnya serius sih mungkin aja itu cuma candaan dia aja."
"Mana sih orangnya?" tanya Anindira penasaran.
"Itu ada di lantai atas di meja nomer tujuh," ucap Ayana.
Anindira pergi mengecek siapa pria yang mengajak sahabatnya itu menikah. Namun tak berselang lama Anindira berlari seperti di kejar setan dan menarik tangan Ayana.
"Kenapa sih, Ra?" ucap Ayana begitu heran dengan sahabatnya.
"Kamu serius cowok itu yang ngajak kamu nikah?" tanya Anindira.
Ayana mengangguk kepalanya. "Heemm, dia yang ngajak aku nikah. Kenapa?" tanya Ayana.
"Terus kamu jawab apa tadi?"
"Ya, seperti yang aku katakan tadi, aku anggap itu sebuah candaan masa iya dia secara tiba-tiba ngajak aku nikah. Anehkan."
"Kamu tau siapa dia?"
Untuk kesekian kalinya Ayana menggelengkan kepalanya. Anindira membuka ponselnya dan mencari informasi yang akan ia tunjukan kepada Ayana.
"Nih kamu baca deh mungkin kamu akan kenal setelah baca ini." Ujar Anindira menyodorkan ponselnya kepada Ayana.
Mata Ayana fokus ke foto di mana foto itu menunjukan pria yang mengajaknya menikah. Ternyata dia adalah Aston Max Matthew, pengusaha kaya raya yang cukup terkenal di mana-mana dan siapa saja yang melihatnya akan terpesona. Namun yang Ayana herankan kenapa mendadak pria itu mengajaknya menikah padahal ia bukan wanita yang berkelas. Sekolah pun Ayana hanya lulusan sekolah menengah atas saja tidak mungkin bersanding dengan pria yang luar biasa seperti Aston.
"Mungkin dia hanya bercanda tadi jadi gak aku anggap serius, lagian gak mungkin dia serius ngajak aku nikah yang model begini, iya gak." Kata Ayana.
Anindira pun mengiyakan ucapan Ayana yang masuk akal itu. Aston turun dengan cepat Ayana bersembunyi karena tidak enak jika bertemu dengan pria itu.
Mereka berdua pun terdiam saat melihat orang yang mereka bicarakan turun kebawah.
"Terima kasih atas kunjungannya." Ucap Anindira.
Aston mengangguk kepalanya saja dengan wajah datar.
"Waaahh aura kulkas seratus pintu kerasa banget." Celoteh Anindira.
Plakk
"Sembarangan kalau ngomong. Cepetan kerja sebentar lagi makan siang bakalan banyak pelanggan lagi yang akan datang," ucap Ayana.
Ayana menatap kepergian pria itu dengan perasaan aneh di hatinya entah kenapa ia begitu kepikiran dengan omongan pria yang bernama Aston itu.
...•••...
Fany hanya menundukkan kepalanya selama rapat berlangsung karena ia tidak berani menatap wajah Aston karena masih membayangkan wajah dinginnya tadi pagi. Mengingatnya saja membuat tubuh Fany ketakutan.
"Kamu tunggu di luar saja," perintah Hadwin kepada Fany.
"Baik, Pak." Sesuai perintah Hadwin barusan Fany menuruti ucapan Hadwin untuk menunggunya di luar.
Fany bernafas lega saat bisa keluar dari ruangan yang begitu kerasa aura dinginnya. Fany melangkah kakinya menuju ke kantin perusahaan untuk membeli kopi.
Di sisi lain pria sedang fokus dengan presentasi yang sedang berlangsung namun pikiran Aston masih memikirkan wanita yang ia ajak menikah tadi. Entah kenapa secara mendadak Aston mengajaknya menikah.
"Kita hentikan rapat sampai di sini." ucap Aston yang membuat mereka bingung.
Karena baru pertama kalinya tidak menyelesaikan rapatnya. Hadwin yang berada di ruangan rapat pun kebingungan dengan bosnya kenapa secara mendadak ia menghentikan rapatnya.
Dari belakang Hadwin mengikuti langkah kaki Aston menuju ke ruangannya. Aston memijit pelipisnya yang sedikit pusing.
Tok!
Tok!
Tok!
"Masuk." Ucap Aston.
Cklek
Aston melihat Fany yang masuk ke dalam ruangannya. "Ada apa?" tanya Aston.
"Tuan, ada nyonya Rosvelina di luar," jawab Fany.
Aston beranjak dari kursinya dan menghampiri sang mama yang menunggunya di luar.
"Kenapa Mama tidak langsung masuk?" tanya Aston.
Nyonya Rosvelina tersenyum. "Mama takut menganggu kamu kerja."
"Ada apa Mama kemari?"
"Ini Mama bawakan kamu makan siang karena Mama tau kamu tadi pagi tidak sarapan."
Aston membawa sang Mama kedalam ruangannya untuk makan siang bersama. Sebenarnya Aston bisa menebak pembicaraan apa yang akan sang Mama lontarkan kepadanya. Karena sangat mendadak sekali sang mama berkunjung ke kantornya.
"Aston." Panggil nyonya Rosvelina.
"Iya, Ma, ada apa?"
"Apa kamu tidak ada berencana untuk menikah?"
Tepat dengan tebakan Aston jika sang mama kemari untuk menanyakan perihal pernikahan.
"Untuk sekarang aku belum kepikiran untuk menikah, Ma."
"Tapi umur kamu sudah masuk tiga puluh tahun dan itu umur yang matang untuk menikah, jika kamu terus menunda pernikahan maka Mama tidak akan sempat mengendong cucu jika suatu saat nanti Mama meninggal."
"Mama bilang apa sih? Baiklah akan Aston usahakan untuk menikah di tahun ini," ucap Aston.
"Tapi Aston tidak bisa janji." tambah Aston.
Nyonya Rosvelina tersenyum senang saat sang anak ada niat untuk menikah. Setelah pembicaraan singkat itu akhirnya mereka makan bersama dengan nikmat.
...•••...
Meja terakhir sudah selesai Ayana bersihkan dan sekarang Ayana bersiap-siap untuk pulang. Karena jam sudah menunjukan jam dua belas malam.
"Ay, kamu bareng sama kita-kita aja gimana? Bahaya kalau kamu harus naik bus sendirian jam segini," saran Anindira.
"Boleh deh."
Selesai berganti baju mereka mengunci tempat cafe dan masuk ke dalam mobil milik Axel. Namun sebuah tangan menarik lengan Anaya yang membuat ia menabrak dada bidang seseorang yang belum Ayana ketahui.
Mata Ayana melotot sempurna saat melihat siapa pelaku yang menariknya tadi. Pria yang bernama Aston itu berada di depannya sekarang.
"Kenapa anda berada di sini?" tanya Anaya yang heran karena cafe sudah tutup tidak mungkin jika ia ingin memesan kopi.
"Aku ingin bicara denganmu," jawabnya.
"Dengan saya?" Ayana mencoba bertanya kembali untuk memastikan bahwa yang ia dengar tidak salah.
"Iya, saya ingin berbicara denganmu hanya empat mata," ucap Aston.
Ayana menatap kedua temannya dan Anindira mengangguk kepalanya bertanda mengiyakan ucapan Aston.
"Baiklah." ucap Ayana.
Aston menarik tangan Ayana untuk mengikutinya. Mereka berdua masuk ke dalam mobil sport milik Aston. Di dalam mobil hanya keheningan yang tercipta membuat Ayana merasa serba salah sekarang.
"Apa kamu sudah makan?" tanya Aston.
"Sudah, tuan." jawab Ayana.
"Jangan memanggilku dengan sebutan itu, panggil saja aku Aston," pinta Aston kepada Ayana.
Ayana mengangguk kepalanya. Mobil mereka berhenti di sebuah restoran yang Ayana ketahui bahwa restoran ini memiliki harga makanan yang cukup fantastis. Kenapa tiba-tiba Aston mengajaknya kemari.
Ayana menahan lengan Aston yang membuat Aston menatap kearah Ayana yang tingginya hanya sebatas ketiaknya.
"Ada apa?"
"Kenapa kita kemari?"
"Kita akan makan malam di sini karena aku sejak siang tadi belum ada makan siang dan aku ingin kamu menemaniku makan bersama." jelas Aston berbohong.
Hati Ayana begitu deg-degan saat sudah masuk ke dalam restoran yang memiliki interior yang luar biasa. Tak heran jika harga makanannya yang luar biasa itu.
Ayana menatap sekitar restoran yang cukup sepi membuat Ayana bertanya-tanya apa hanya mereka saja yang makan malam di sini karena memang nampak hanya mereka saja yang terlihat.
"Kamu pesan makanan apa saja yang kamu suka." perintah Aston.
Dengan perasaan yang cukup takut karena belum siapa melihat harganya, Ayana mencoba membuka menu yang ia pegang sekarang dan benar saja tebakan Ayana jika menu di sini sungguh luar biasa harganya.
"Sudah?" tanya Aston.
"Hah? Apa?"
"Apa kamu sudah menentukan makanan mana yang akan kamu pilih?" ucap Aston.
"Sudah."
"Saya pesan pasta saja," ucap Ayana.
Aston menggelengkan kepalanya. "Saya pesan dua truffle alba putih Italia, dua steak keju,"
"Tuan saya alergi keju," potong Ayana.
"Kalau begitu satu tidak memakai keju, untuk dessertnya Ice Cream Sundae Baccarat dan wine." jelas Aston.
"Baiklah kalau begitu mohon tunggu sebentar tuan pesanan anda akan segera datang." Ucap pramusaji.
Ayana merasa tertekan duduk di hadapan Aston yang begitu berpengaruh di kota ini. Di mana orang di hadapannya sekarang adalah pengusaha sukses dan kaya raya.
Tak berlangsung lama makanan yang mereka pesan tersaji di hadapannya. Terlihat semua makanan yang di hadapan Ayana begitu enak dan sekarang membuat Ayana kelaparan lagi.
"Ayo makan."
Aston meminum wine yang ia pesan tapi, namun Ayana lebih memilih untuk jus peach yang di pesankan oleh Aston, memang ada harga ada rasa. Baru pertama kali Ayana meminum jus peach yang begitu enak. Biasanya Ayana membelinya tidak senak ini.
"Apa kamu sudah memikirkan soal ucapanku siang tadi?" tanya Aston sambil menyantap hidangannya.
"Uhuk-uhuk." Ayana tersedak saat Aston menanyakan kejadian siang tadi di mana ia mengajaknya menikah.
Aston memberikan tissu kepada Ayana.
"Jadi ucapan tuan siang tadi itu bukan candaan?" tanya Ayana.
"Apa menurutmu aku main-main soal ucapanku tadi?" ucap Aston yang di anggukin oleh Ayana.
"Tidak. Aku serius untuk itu. Jadi maukah kamu menikah denganmu."
"Kenapa tuan ingin mengajakku menikah? Kenapa tidak dengan orang lain saja? Anda kaya raya dan mempunyai segalanya, lalu kenapa anda mengajakku menikah?" tanya Ayana bertubi-tubi.
"Aku ingin mempunyai keturunan yang akan meneruskan perusahaan ku,"
"Tujuan anda menikah hanya ingin memiliki keturunan yang akan meneruskan perusahaan anda?"
"Iya." Jawab Aston singkat.
Ayana tersenyum kecut saat mendengar ucapan Aston yang membuatnya tidak bisa berkata-kata lagi.
"Jika anda ingin menikah hanya ingin mempunyai keturunan dan untuk meneruskan perusahaan anda, maaf saya tidak bisa. Karena saya ingin menikah atas dasar cinta bukan ada maksud lain. Apa lagi menikah hanya menginginkan anak saja."
"Kalau anda ingin mempunyai keturunan kenapa tidak mencoba mengambil anak dari panti asuhan?" Tambah Ayana.
"Aku hanya ingin mempunyai anak darah dagingku sendiri," jawab Aston.
Ayana semakin tertawa mengejek ketika mendengar ucapan Aston.
Ayana beranjak dari tempatnya. "Maaf tuan jika yang anda inginkan hanya itu saya bukanlah orangnya." Ucap Ayana langsung meninggalkan restoran.
"Haha! Memang dia siapa berani-beraninya ngajak anak orang menikah cuma ingin mempunyai keturunan saja. Memang benar menikah bertujuan untuk membangun rumah tangga dan memiliki anak tapi yang dia lakukan adalah kesalahan besar!" omel Ayana yang mengoceh sendiri di luar restoran.
"Dia kira aku cewek murahan apa. Jangan mentang-mentang dia kaya raya jadi sesuka hatinya memainkan perasaan orang!"
"Aaaaaa!"
Setelah selesai melampiaskan amarahnya Ayana berjalan menuju ke bus untuk menuju pulang.
Aston melihat Ayana berjalan sendiri sambil menendang barang yang menghalangi jalannya. Aston mengambil ponselnya untuk menelfon Hadwin.
"Hadwin."
"Iya, tuan."
"Kamu jaga Ayana sampai tujuannya dengan selamat." Perintah Aston
"Baik, tuan."
Setelah selesai menelfon Hadwin untuk menjaga Ayana agar selamat sampai rumahnya Aston menuju ke mobilnya untuk pulang ke rumah.