Judul: The Fatalis
Nazzares, pemuda dengan mata merah yang dilahirkan untuk memburu raksha, memegang pedang abhiseka sebagai simbol takdirnya. Bersama istrinya, Kandita, yang telah bersamanya sejak usia 15 tahun, mereka menghadapi dunia yang penuh perang, pengkhianatan, dan rahasia yang tak terungkap. Setiap langkah membawa mereka lebih dekat pada takdir yang penuh kejutan dan plot twist yang mengubah segalanya.
The Fatalis adalah kisah aksi, intrik, dan pengorbanan yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jack The Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sebuah awal
Ledakan energi mengguncang tanah, dan tubuh Nazzares terlempar jauh ke belakang. Hujan deras turun dari langit yang gelap, petir menyambar dan menggambar kilatan kematian di seluruh medan perang yang kini hanya dipenuhi oleh darah dan mayat. Pahlawan yang dulu bertempur berdampingan kini tergeletak tak bernyawa, terhimpit oleh keganasan pertarungan ini.
...'Kau akan mati di sini, Fatalis,'...
suara Azrahell bergema, mengalir seperti dingin yang menusuk hati. Nazzares mengangkat pedangnya, Abhiseka, dengan tangan yang gemetar, namun setiap gerakan terasa seperti mengangkat beban batu besar. Matanya yang memerah mencerahkan suasana gelap, namun di dalam dirinya, kebimbangan mulai tumbuh.**
Dalam satu gerakan, Azrahell menyerang, dan Nazzares tahu—ini adalah serangan terakhir. Dia sudah kelelahan, dan Azrahell, meskipun tidak terluka, tetap seperti makhluk tak terhentikan.
Nazzares tidak tahu apakah dia bisa bertahan lebih lama. Tapi ada satu hal yang dia tahu—pertempuran ini belum berakhir, dan ia tidak akan menyerah. Tidak, tidak sekarang."
...___~V~___...
...Nazzares abhiseka - Awal dari takdir...
Pada malam yang sunyi di Desa Gousan, sebuah perkampungan kecil di pinggiran hutan Blora, wilayah Kerajaan Majapahit, berdiri sebuah rumah sederhana. Di dalamnya, tinggal Abail, seorang mantan tabib kerajaan yang kini menjalani masa pensiunnya dengan damai, bersama putranya, Nazzares Abhiseka.
Seorang anak berusia 12 tahun dengan rambut hitam panjang dan wajah rupawan, memiliki pupil mata merah yang diturunkan dari mendiang ibunya.
"Mmm... sepertinya semuanya sudah siap," gumam nazzares dalam hati sambil, memandangi deretan ramuan, yang telah selesai dan siap dikirim
"Ayah! Aku sudah menyelesaikan semuanya. Sisanya kuserahkan padamu!" teriak Zares ke arah ayahnya.
"Baiklah, anakku. Kau tidur saja." Abail menatap ramuan terakhir yang harus ia selesaikan.
"Hmm, sepertinya tinggal satu lagi. Ini ramuan kuat 'sayang istri' yang banyak dipesan oleh keluarga bangsawan kerajaan. Hahaha," katanya sambil tersenyum kecil, kemudian melanjutkan pekerjaannya.
Keesokan harinya..
Kukuruyuuukkkk! Suara ayam jantan membangunkan pagi.
Rutinitas nazzares hampir setiap hari adalah membantu ayahnya membuat obat dan mengambil tanaman di hutan. Dan terkadang jika waktu sedang senggang ia akan pergi bermain dengan teman temanya.
"Ayah, aku sudah siap!" Teriak zares didepan rumah dengan menggendong keranjang besar di punggungnya.
"Tunggu sebentar anakku!" jawab ayahnya didalam rumah yang sedang mempersiapkan semuanya.
Kini nazzares siap dengan rutinitas biasanya. Mencari tanaman obat setiap pagi sampai siang. Namun, jika belum mendapatkan apa yang ayahnya inginkan terkadang pencarian bisa mencapai sore hari.
"Nazzares" suara perempuan terdengar ditengah duduknya menunggu ayahnya keluar.
"Eh kandhita, waw, pagi sekali" ujar nazzares yang melihat kandhita pagi pagi sudah datang.
"Iyah.. kau mau mencari tanaman lagi bersama ayah?" Tanya kandhita dengan lembut.
"Iyah tentu" jawab nazzares dengan senyum.
Kandhita, gadis kembang desa, rutin memasak untuk keluarga Nazzares setiap hari. Pagi ini pun, ia melakukannya seperti biasa.
"Baiklah, nanti siang makanan sudah siap" ucap kandhita dengan senyum menawan.
"Waah, baiklah pasti masakanmu enak sekali" jawab nazzares.
Tiba-tiba, Abail, ayah Nazzares, keluar dari pintu dan terkejut melihat calon menantunya sudah datang pagi-pagi.
"Waahh menantuku, pagi pagi sudah datang" abail dengan penuh senyum menyambut kandhita.
"Iya ayah, aku akan membuatkan masakan enak buat kalian makan siang nanti" jawab kandhita ke abail.
"Baiklah aku percayakan rumah kepadamu"
Abail selalu mempercayakan rumahnya kepada Kandhita saat ia dan anaknya pergi ke hutan. Alasannya, Nazzares dan Kandhita adalah dua anak yang telah dijodohkan sejak bayi. Pada usia lima belas tahun, mereka akan resmi dinikahkan.
...pertemuan dengan raksha.....
Ditengah hari, dibawah sinar matahari yang terik, Nazzares dan ayahnya berada dihutan blora yang dipenuhi pohon dengan dedaunan rimbun, untuk tujuan mencari tanaman obat yang langka. Langkah mereka terdengar hening di atas tanah yang lembap, namun ketenangan itu segera pecah ketika sesosok makhluk menyeramkan tiba-tiba muncul menghadang mereka.
"Ayah, apa itu?" tanya Zares dengan suara gemetar.
Abail mencoba menenangkannya. "Tenanglah," jawabnya singkat. Namun, matanya tetap waspada.
"Kenapa ada Raksha di sini? Apa yang dilakukan para prajurit kerajaan? Mereka seharusnya berjaga dan membasmi makhluk seperti ini," pikir Abail sambil berkeringat, memandangi Raksha yang menakutkan di depannya.
"Anakku, ketika aku menyerang Raksha itu, lari lah sekuat tenaga," ucap Abail dengan nada cemas.
"Bagaimana denganmu, Ayah?" tanya Zares, suaranya penuh kekhawatiran.
"Hei, jangan banyak bicara..." Perkataannya terhenti saat ia menyadari Raksha itu telah berdiri tepat di belakangnya, mengeluarkan suara lirih yang menyeramkan.
"Hkhhhhhrrrhhhkk" suara Raksha itu membuat Zares menjerit.
"Aaaa!" teriak Zares.
Abail, dengan penuh keberanian, mencoba menyerang dengan pisaunya. "Slashhhh!" Namun, serangannya hanya menimbulkan goresan kecil. Raksha itu tampak tidak terpengaruh.
"Rrrrrkrk" suara Raksha bergema tatapannya penuh nafsu membunuh.
Dengan cekatan, makhluk itu mencekik Abail hingga tubuhnya terangkat.
"Hegg! hegg!" Abail mencoba melepaskan diri saat dicekik oleh raksha itu.
Melihat itu, Zares tanpa berpikir panjang langsung menyerang, tetapi sekali tampar oleh Raksha, tubuhnya terpental jauh.
"Aaaaa!" Zares teriak saat tubuhnya menghantam tanah.
Dalam pandangan Zares yang mulai memudar, ia melihat ayahnya yang masih dicekik.
Tiba-tiba..
"Slaasshhh, sring, srak, srak, srak, srak!"
Puluhan pedang bercahaya menancap ke tubuh Raksha itu. Lalu, beberapa saat kemudian, Raksha itu perlahan menghilang menjadi abu.
Zares, yang sudah tidak kuat menahan berat di kelopak matanya, akhirnya pingsan.
beberapa hari kemudian..
Saat ia terbangun, ia sudah berada di tempat tidur dengan kepala dibalut perban, dengan rasa nyeri di kepalanya.
"Ahhh... sakit sekali. Apa yang terjadi?" gumamnya bingung.
"Ayah! Ayah!" panggil Zares, mencari ayahnya.
Abail muncul di pintu. "Iya, anakku. Tidurlah kembali. Kau masih dalam masa pemulihan. Sudah tiga hari lamanya kau tidak sadarkan diri," ucap Abail.
"Baiklah. Tapi... aku sangat lapar."
Kandita masuk ke kamar membawa makanan sambil menangis.
"Ha.. aku kira kau akan mati.. Haaaaa" tangisnya pecah.
"Hei.. apa-apaan itu?" ucapnya, merasa bingung sekaligus terharu.
Tubuh Zares yang masih lemah membuatnya tidak bisa makan sendiri, sehingga Kandita menyuapinya.
"Ayah, siapa yang menolong kita waktu itu?" tanyanya saat teringat kejadian di hutan.
Abail, sambil menghisap cangklong, menjawab: "Dia seorang Fatalis dari kerajaan."
...Pertemuan dengan sang Elf...
Keesokan harinya, Zares bangun dengan rasa pusing yang masih terasa di kepalanya.
"Aaarrrhhhkk," Zares menguap.
"Aww, sial... kenapa masih terasa pusing?" gumamnya. zarres pun langsung mencuci mukanya dan pergi ke depan rumahnya.
Saat ia melamun, ia tak sengaja melihat sosok si Fatalis yang pernah menolongnya. Rasa penasaran memicunya untuk mengikuti sosok itu secara diam-diam. Lalu ia pun melancarkan aksinya.
"...huhh? Kenapa bocah itu?" Sang elf yang menyadari anak kecil itu mengikutinya.
Zares terus membuntuti Elf tersebut, bergerak hati-hati dari balik pohon ke pohon. Ia ingin tahu apa yang dilakukan sang Fatalis di dalam hutan. Namun, Elf yang sudah menyadari keberadaannya sejak awal. Tiba-tiba, Elf itu berbelok dan menghilang bak ditelan bumi.
Woooosshh
"Apa? Kemana dia? Kenapa tiba-tiba menghilang?" Ia menengok ke kiri dan kanan, mencari sosok itu.
Namun, tiba-tiba..
"Hei... apa yang kau cari?" Suara itu muncul dari belakangnya, membuat Zares terkejut dan berbalik cepat.
"Mmm.. aaa.. tidak.. aa.. aku hanya ingin berterima kasih karena kau telah menolongku tempo hari," ucap Zares dengan gugup.
"Pulanglah. Warga desa dilarang pergi ke hutan untuk sementara waktu," ucap sang Elf dingin.
Zares, yang kini memperhatikan lebih jelas, menyadari sesuatu. "Kau memiliki telinga yang panjang dan runcing. Jadi kau seorang Elf pantas saja kau sangat kuat. Ini pertama kalinya aku melihat Elf secara langsung," ucapnya kagum.
"Sudahlah. Aku bilang pulanglah. Nyawamu bukan tanggung jawabku jika ada Raksha yang kembali ke sini," tegas Elf itu.
"Baiklah, Tuan Elf. Tapi, bolehkah aku menjadi muridmu? Aku ingin menjadi Fatalis yang kuat sepertimu," pinta Zares penuh semangat.
Elf tertawa kecil. "..hehh.."
"bocah! menjadi Fatalis bukan sesuatu yang bisa didapatkan dengan berlatih, duduk dan bermeditasi seperti dongeng bodoh KULTIVASI, bocah! Jadi pulanglah!"
Lalu, sang elf pun beranjak pergi memalingkan pandanganya dan menyuruh nazzares pulang.
Namun, Zares tidak menyerah, ia mengejutkan sang elf yang beranjak pergi itu dengan kekuatanya.
"Baiklah, aku akan membuktikan padamu kalau aku bisa melakukannya" katanya sambil mengarahkan tangannya ke sebuah batu kecil di dekat mereka.
Zares fokus pada batu itu, hingga batu tersebut perlahan mulai melayang. "Aaaaaaaa..." Zares mengerahkan seluruh kemampuannya.
Elf itu terkejut. Dalam hati, ia berpikir, "Bagaimana anak ini melakukannya, dengan hanya, mengarahkan tanganya saja ke batu dan melayangkan nya?"
Zares akhirnya menghentikan usahanya, terengah-engah.
"aahh.. ternyata masih melelahkan melakukan ini," keluhnya
"Hei, bocah. Siapa ibumu?" Tanya sang elf ke nazzares. Dengan rasa ingin tahu.
"ibuku falguni abhiseka" jawab Zares sambil mengatur napas.
Mata guru vitjendra membula, Yang tidak asing dengan nama itu. Lalu guru vitjendra bertanya kembali. "siapa namamu, bocah,?" Tanya sang elf kepada bocah itu.
"Oh, namaku Nazzares Abhiseka," jawabnya dengan sedikit keras.
"Baiklah, bocah. Temui aku besok di tempat ini. mulai sekarang kau menjadi muridku. Hahaha!" Sang elf yang sedikit berbahagia, Karena menerima murid Dari keluarga yang dia kenal dimasa lalu.
"Benarkah? Horee! Aku akan memanggilmu Guru! Tapi, siapa namamu, Guru?" Zares yang sudah merasa sangat senang.
"Namaku Vitjendra," jawabnya dengan tenang. Sambil memegang rambutnya yang panjang.
"Baiklah, Guru Vitjendra. Aku akan menemui mu besok," kata Zares dengan penuh semangat, lalu berlari pulang sambil tersenyum.
nazzares pun pulang dengan menari nari di sepanjang jalan.
Vitjendra memandang punggung bocah itu, lalu bergumam, "Ternyata dia adalah cucumu? dunia memang sempit, tapi, mngkin ini hanya kebetulan karena aku menjalankan misi di desa ini?"
Namun, dari pertemuan itulah nazzares akan menjadi seseorang yang seutuhnya menjadi seorang Fatalis dan akan mengemban takdir yang sangat berat.
Bersambung...
yuk mampir juga dinovelku jika berkenan