Warning ❗
Mengandung kata-kata mutiara (sebaliknya).
Bacalah dengan bijak, tidak suka pun tak apa bisa skip ya🤗
Alexa gadis berusia 20 tahun, anak broken home. 3 tahun lamanya ia tinggal sendiri disalah satu rumah mewah setelah kedua orang tuanya cerai, dan melanjutkan kehidupan mereka bersama pasangannya masing-masing.
Kurangnya kasih sayang dari kedua orang tua. Menjadi Alexa tidak membatasi dirinya didunia malam. Kerap kali ia selalu menghabiskan malam bersama teman-temannya dan pulang larut malam dalam keadaan mabuk.
Pada suatu hari ia bertemu seseorang disebuah club malam dan berkenalan dengan seorang pemuda.
Satu malam yang panjang, mengubah kehidupan Alexa pada saat itu.
Next untuk mulai baca👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MomoCancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Alexa!"
Panggil seseorang dibalik pintu, Evan maupun Alexa ketar ketir bergegas merapikan pakaian mereka.
Alexa segera meminta pria itu untuk bersembunyi bawah ranjang, kebetulan ranjang itu selalu tertutup oleh selimut tebal dengan kain sprei yang selalu dibiarkan menjuntai memperindah bentuk tampilan yang menarik.
Evan pun menurut dan bersembunyi dibawah kasur.i Sedangkan Alexa gegas memakai bajunya dan merapikan nya agar tidak terlihat berantakan.
Ctkrek!
Alexa memutar kunci, kemudian membuka pintu nya setengah. Sofie sudah berdiri tepat didepannya dengan bertolak pinggang.
"Lama banget buka pintu doang, ngapain kamu?"tanya Sofie penuh selidik.
Alexa kelimpungan harus menjawab nya.
"Heh. Jawab!"
"Gue lagi gak enak badan, makanya gak jadi pergi. Uhuk..uhuk.." Alexa berpura-pura batuk didepan Sofie.
Sontak wanita itu menutupi hidungnya, karena takut tertular. Sofie menatap seolah tengah curiga. Namun ia tidak memperdulikan nya kondisi Alexa yang lusuh dan acak-acakan.
Bahkan ia percaya jika Alexa tengah tidak sehat hari ini. Sontak Alexa terkejut Evan keluar dari kolong tempat tidur dan berdiri dibalik pintu menguping pembicaraan mereka seraya memainkan tangannya dan terus menciumi nya.
"Saya gak mau tahu kamu sakit atau enggak. Pekerjaan rumah harus selesai, dan ya.. jangan hanya karena kamu sedang tidak sehat kamu bisa seenaknya berleha-leha. kalau papa kamu tanya, bilang saja saya pergi keluar untuk satu urusan. Oh... Ya jangan lupa juga masak untuk makan malam."
"Iyaaa....."Ejek Alexa.
Sofie gegas pergi meninggalkan rumah dengan mengendarai taksi, bahkan Alexa memastikan sendiri jika wanita menyebalkan itu sudah benar-benar pergi dari rumah dengan mengintip di balik jendela kamarnya.
"Nyaris saja." bergumam dalam hati, perasaannya sedikit lega karena Sofie tak menyadari jika Evan tengah berada didalam kamarnya dan bersamanya disana.
Belum juga bernafas dengan baik Evan menyambar tubuhnya dan mendekap erat Alexa sehingga ia tidak bisa bergerak leluasa.
"Van, sudah ah... Nanti ada orang lagi, kamu gak takut nanti ada masalah?"
Evan menggeleng. Sedikitpun pria itu tidak menunjukkan tanda-tanda perasaan takut bahkan beberapa menit lalu ia nyaris menunjuk dirinya didepan Sofie.
Bibirnya tersungging senyuman kecil dibibir Evan, namun bagi Alexa entah bagaimana nasib hubungannya jika selalu seperti ini. Namun Evan sendiri tak pernah perduli apapun yang nantinya terjadi. Bahkan ucapannya selalu tidak pernah dianggap serius.
Untuk saat ini baginya hanya lah, Mereka saling mencintai dan akan terus seperti itu.
"Apa sih yang kamu takutin?" tanya Evan menatap kedua bola mata indah Alexa.
"Masih nanya, menurut kamu?" ketus.
Evan mengernyit. "Jangan cemberut gitu dong, nanti pasti ada jalan keluar nya, oke"
Alexa mendelik malas.
Lagi-lagi Evan menyambar nya, ditengah-tengah ketidakberadaan orang rumah membuat mereka semakin leluasa melakukan apapun.
Alexa dan Evan menghabiskan waktu bersama dikamar itu, namun setelah beberapa saat yang lalu Evan pun mengurung kan niatnya untuk melakukan hal yang tidak seharusnya mereka lakukan.
...
...
...
Alexa menyajikan makanan untuk semua orang, dimana hari kedatangan Evan gadis itu memasakkan makanan yang sedikit istimewa.
Sebelum orang rumah kembali, mereka terus bersenda gurau bersama. Bahkan ketika Alexa masih berada didapur Evan tak henti-hentinya mengganggu wanita itu dan terus menggodanya.
"Evan ... Jangan ganggu aku terus. Lebih baik kamu bantu aku siapin ini."memberikannya mangkuk besar berisi makanan."Kamu tahu kan bagaimana mama kamu terhadap ku"timpalnya.
"Ya aku tahu, dan aku sangat menyayangkan hal itu." ucap Evan penuh makna. Ia pun menerima mangkuk yang diberikan Alexa.
Alexa pun menyiapkan alat makan kemudian meminta Evan untuk membawakan alat makan lainnya sebelum mereka sampai. jangan sampai mereka melihat kebersamaan mereka yang terlihat mesra sehingga mengundang kecurigaan orang tua mereka.
Kebetulan hari itu Clara pun pulang begitu telat dari biasanya, Anwar juga Sofie pun masih belum menunjukkan batang hidungnya.
Entah ke mana hari ini semua orang membuat Alexa Semakin curiga akan hal yang tengah direncanakan oleh Sofie maupun ayah nya sendiri.
Dia tahu jika penolakan perjodohan ini akan membuat Sofie tidak akan tinggal diam. Bahkan Alexa sangat tahu bagaimana Sofie begitupun ayahnya Anwar.
Kebisuan Alexa yang tengah larut dalam lamunannya, seketika membuat Evan bergerak cepat membuyarkan lamunan gadis itu dengan mendarat kan satu kecupan di bibirnya.
Alexa terperanjat seketika.
"Heh .. Ngelamunin apa sih? Kesambet loh"kata Evan membelai lembut bibir Alexa bekas kecupannya mendarat.
"Gak ngelamunin apa-apa."Sangkal nya. Alexa berusaha menutupi perjodohan nya dengan Felix dari Evan berharap Evan takkan pernah tahu.
Sesaat saja mereka menunggu cukup lama di meja makan hingga makanan itu sudah terasa dingin. Mereka masih belum menunjukkan batang hidungnya, entah kemana mereka semua membuat perasaan curiga dari Alexa semakin kuat.
Ting!
Pesan pun masuk mengalihkan perhatian Alexa.
Ia gegas mengambil ponselnya di atas lemari tak jauh dari meja makan.
[Alexa papa Clara dan Sofie sedang diluar kota maaf papa baru kasih tahu kamu. Ayahnya Sofie masuk rumah sakit, kami berkunjung hanya sehari papa harap kamu gak keberatan dirumah sendirian]
CK!
"Dah capek-capek masak, tahu begini yaudah gak usah masak."umpatnya.
Evan menghampiri Alexa. "Kenapa?"
"Kakek kamu sakit!" ucapnya Alexa menaruh kembali makanan itu kedalam lemari penyimpanan makanan sehingga besok pagi ia bisa hangatkan kembali tanpa harus bersusah payah masak lagi yang baru.
"Kakek?"
"Hemm.. Kamu gak mau jenguk?"tanya Alexa seraya mengemasi piring-piring diatas meja dan menaruhnya ketempat semula.
Evan menggeleng.
"Kenapa?"heran.
Sejenak saja Evan membisu. Terasa hening tercipta sesaat kemudian ia pun buka suara.
"Kakek! Kakek orang pertama yang mendukung perselingkuhan Om Anwar dan mama. Malas ah jawab nya .. Gak perlu bahas deh" memalingkan wajahnya.
Alexa termenung iba, ia menatap kasihan seolah ia tengah melihat cerminan dirinya sendiri ketika mereka saling bertatap.
Karena mereka memang kenyataannya mereka adalah korban dari keegoisan mereka sehingga mereka harus melangkah ke hal yang salah.
Alexa pun menghiburnya dan saling memberikan dukungan untuk tetap tegar menjalani kehidupan mereka yang satu sama lain bisa mereka rasakan atas pahit nya kehidupan tanpa kasih sayang orang tua.
Evan pun menyadari nya jika hanya Alexa yang mampu merasakan apa yang dia rasakan selama bertahun-tahun, ia harus sembunyi dari ketidakadilan yang membuat mereka tidak berharga dimata keluarga sendiri.
"Makasih ya, Lex. Kamu selalu ada"
Alexa tersenyum indah, ketika pria itu membelai lembut wajah nya.
"Tentu Van, aku pun sangat berterimakasih karena selama ini cuma kamu yang peduli dirumah ini, bahkan papa ku sendiri tidak perduli."
Evan segera memeluknya dan berusaha untuk mencegah kedua mata indah itu menitikkan air matanya.