“Tuan, Nyonya mengajukan gugatan cerai pada, Anda!”
“Hah! Apa dia seberani itu?! Biarkan dia melakukan apa yang ingin dia lakukan, kita lihat, pada akhirnya dia akan kembali meminta maaf dan memohon.”
Pada akhir yang sesungguhnya! si Tuan Muda, benar-benar ditinggal pergi tanpa jejak apapun hingga membuatnya menggila dan frustasi. Dan lima tahun kemudian, di sebuah klub malam ia di pertemuan dengan seorang reporter yang sedang menjalankan misi penyamaran, untuk menguak kasus penculikan bayi lima tahun yang lalu, dan reporter itu adalah wanita yang membuatnya frustasi.
“Kamu pergi begitu saja, apa kamu pikir bisa lepas begitu saja! Urusan kita di masa lalu belum selesai, istriku.”
Ig. Kunang-kunangachi
FB. Achi_N
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Jandanya Abraham Tidak Mungkin Kekurangan Uang
Berlokasi di Kafe, Alea bertemu Monica.
Pelukan hangat setelah bertahun-tahun tidak bertemu mereka curahkan di momen ini, “Alea, aku sangat merindukanmu, aku pikir tidak akan bisa bertemu denganmu lagi setelah kamu menikah dengan keturunan Keluarga Liam.”
“Aku juga sangat merindukanmu, bagaimana dengan kabarmu?”
Dua wanita ini saling menguraikan pelukan dan duduk di meja tempat favorit mereka dulu. “Selama tiga tahun ini, aku berusaha hidup dengan baik. Aku bekerja keras agar banyak uang dan mendapat posisi bagus di pekerjaanku, aku lakukan semua ini demi bisa bertemu denganmu suatu hari nanti. Bukankah di Keluarga Liam, hanya orang-orang hebat yang bisa berteman dengan mereka,” Monica menghela nafas dan kembali melanjutkan ucapannya, “Aku ingin jadi orang hebat, agar bisa setara berteman denganmu, Alea.”
Alea tertegun.
Apa yang dikatakan Monica tidak salah tapi tidak juga benar, Keluarga Liam tentu pilih-pilih orang, siapa saja yang bisa berteman dengan keturunan mereka. Tapi Alea sama sekali tidak memperdulikan itu, dia bisa berteman dengan siapapun tanpa memandang apapun.
“Monica, maafkan aku. Aku tidak bisa bertemu denganmu selama ini bukan karena kamu siapa dan aku siapa. Ada suatu dan satu hal yang tidak bisa aku jelaskan, tapi seperti apapun aku, aku tetap menganggap mu teman baikku.”
“Terima kasih Alea, aku tau itu dan itu yang membuatku yakin suatu hari nanti kamu akan membaca tulisanku di meja ini, sudah! Lebih baik kita lupakan masa lalu, bukankah sekarang kita harus bersenang-senang!” Ujar Monica yang mengembalikan keceriaannya dulu.
Cukup lama mereka bercengkrama, hingga sampai di titik, dimana Monica mempertanyakan pernikahan Alea dan Abraham, gadis ini bertanya dengan penuh hati-hati, sebagai seorang Reporter Stasiun Televisi, Monica tentu tahu siapa Abraham, jadi dia harus sangat berhati-hati jika membahas soal lelaki itu.
“Aku sering meliput kegiatan Perusahaan suamimu di acara-acara penting, tapi aku tidak pernah melihatmu bersamanya diberbagai acara, padahal aku sangat berharap bisa bertemu denganmu saat itu.”
Alea mengulas senyum, “Aku tidak bisa terus mendampinginya saat diluar, dan….”
Monica langsung menggenggam tangan Alea, “Alea, tolong jangan berbohong padaku. Pernikahanmu dan dia baik-baik saja, kan! Kamu bahagia menjadi istrinya, kan!”
Pertanyaan Monica penuh dengan keraguan, ia bisa merasakan jika temannya tidak bahagia atau Abraham tidak memperlakukannya dengan baik.
“Aku bahagia,” jawab Alea, dengan sendu.
“Bohong! Aku tau seperti apa dirimu dan aku tau kamu sangat tergila-gila pada lelaki itu, saat bertemu denganku, dengan semangat sampai tidak memberi aku kesempatan bicara, kamu langsung menceritakan Abraham dengan segala kesempurnaannya. Tapi sekarang, kamu sama sekali tidak menyebut namanya jika aku tidak bertanya terlebih dahulu, bukankah seharusnya banyak cerita yang kamu sampaikan padaku tentang lelaki itu, dan juga aku tidak melihat kebahagiaan di wajahmu saat ini.”
Alea terdiam, dia baru menyadari ini. Ternyata, Monica masih mengingat kebiasaannya. Tapi cerita seperti apa yang bisa Alea sampaikan pada Monica? Abraham tidak memperdulikannya….hanya dia yang mencintai tapi tidak dicintai….dia hanya seorang wanita yang diharuskan tinggal di Villa lelaki itu dengan patuh, menyandang status Nyonya Abraham, tapi tidak pernah dianggap keberadaannya.
“Aku akan bercerai dengan, Abraham.”
“Apa!” Sontak saja Monica membulatkan matanya! Bercerai…. bukan kata ini yang ingin aku dengar.
Alea menghela nafas berat, selama ini dia tidak pernah bisa bercerita pada siapapun, Alea pikir, mungkin tidak ada salahnya menumpahkan sedikit beban di hatinya dengan bercerita pada Monica.
Monica terdiam sesaat setelah mendengar semua cerita Alea, “Sungguh aku tidak tau karena hal itu kamu bisa menikah dengan Abraham. Tapi, seharusnya lelaki itu tidak memperlakukan seperti ini, jika memang dia tidak pernah mencintaimu lepaskan saja. Dasar lelaki brengsek!”
Ingin berhati-hati kala membicarakan Abraham, Monica justru mengumpat lelaki itu terang-terangan.
“Keluargaku yang salah, bukan dia.”
“Jika keluargamu yang salah seharusnya dia meminta pertanggungjawaban pada Ibumu, kenapa harus melampiaskan padamu, kamu masih saja membelanya,” sahut Monica tambah kesal.
“Lalu, apa rencanamu selanjutnya?” Tanya Monica.
“Setelah perceraian resmi, aku akan pergi ke kota lain. Untuk sementara, sampai semuanya selesai aku ingin meminta bantuan padamu.”
“Katakan!”
“Aku ingin bekerja, bisakah kamu membantuku?”
“Kerja! Untuk apa?”
Untuk apa!
“Mendapatkan uang,” jawab Alea berterus terang.
Monica menggeleng, dia sudah mendengar kabar kebangkrutan Keluarga Kim, tapi dia kan Istri seorang Abraham, “Alea, kamu istri orang paling kaya yang menempati urutan kedua di Negara ini, mana bisa alasan ingin mendapatkan uang aku terima.”
“Aku akan bercerai dengannya.”
“Walaupun kamu bercerai, jandanya Abraham tidak mungkin kekurangan uang. Lelaki itu pasti akan memberikan kompensasi besar atas perceraian ini, kamu tidak perlu bekerja.”
“Aku tidak menginginkan apapun darinya, termasuk kompensasi yang kamu maksud.”
“Kamu yakin? Alea!”
“Iya aku yakin. Aku tidak menginginkan apapun, aku hanya ingin menyudahi ini secara baik-baik dan tenang.”
Monica tahu, Alea bukan tipe wanita materialistis, walaupun materialistis sangat diperlukan di zaman sekarang tapi Monica menghargai keputusan Alea.
“Ok! Aku akan membantumu.”
“Benarkah!” Alea senang bukan main, tapi….,”Apa ada perusahaan yang menerimaku? Kamu taukan jika aku tidak melanjutkan pendidikan ku, aku tidak menyelesaikan kuliahku,” kata Alea, yang baru menyadari ini.
“Jangan khawatirkan itu, aku yang tau seperti apa kemampuanmu. Aku akan memperkenalkan mu pada atasanku, di Stasiun TV tempatku bekerja sedang membutuhkan Reporter. Kamu bisa bekerja sementara waktu di sana sampai mendapat pekerjaan yang jauh lebih baik, bukankah dulu kamu sangat ingin jadi Reporter Berita?”
Alea langsung mengangguk, itu benar. Ia sangat ingin menjadi Reporter, tapi keinginan itu tidak tersampaikan karena Nyonya Kim melarang keras dan tidak menyetujui keinginan Alea, dan saat ini ia diberi kesempatan untuk menjadi apa yang ia inginkan.
“Aku mau, tentu saja aku mau. Tapi, apa mungkin aku bisa diterima?”
“Sudah aku bilang jangan pikirkan itu, atasanku sangat baik dia pasti akan menerimamu setelah tahu seperti apa kehebatanmu,” Monica yang memberi semangat full untuk temannya. Mendengar cerita Alea yang begitu malang, disia-siakan dan direndahkan bahkan oleh keluarganya sendiri, membuat Monica bertekad, membawa Alea bangkit dan bersinar, melupakan semua orang-orang yang tidak bisa menghargai dirinya.
“Apa kamu ingin aku membuktikannya?” Tanya Monica menantang.
“Caranya?”
“Jam 11 nanti, ada pemotretan model terkenal yang baru kembali dari luar Negeri. Akhir-akhir ini stasiun TV gencar memberitakannya, apalagi semenjak beredar rumor kedekatannya dengan mantan kekasihnya kembali terjalin. Aku ditugaskan untuk mencari berita tentang model itu, yang katanya mantan kekasihnya akan hadir di pemotretan. Kamu ikutlah denganku, aku akan langsung memperkenalkan mu dengan atasanku, dan kamu pasti akan diterima pada hari ini juga.”
Model terkenal….
Baru kembali dari luar Negeri…. Jessika! Itu pasti Jessika, kan!