NovelToon NovelToon
The Line Of Destiny

The Line Of Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Menunggu selama empat tahun lebih tanpa kepastian, Anya bahkan menolak setiap pinangan yang datang hanya untuk menjaga hati seseorang yang belum tentu ditakdirkan untuknya. Ia tetap setia menunggu, hingga sebuah peristiwa membuat hidupnya dan seluruh impiannya hancur.

Sang lelaki yang ditunggu pun tak bisa memenuhi janji untuk melamarnya dikarenakan tak mendapat restu dari keluarga. Di tengah hidup yang semakin kacau dan gosip panas yang terus mengalir dari mulut para tetangga, Anya tetap masih berusaha bertahan hingga ia bisa tahu akan seperti apa akhir dari kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Maaf Untuk Tino

Pak Faisal tidak mau keluar kamar selama ada Tino di luar, beliau masih belum bisa memaafkannya.

Selama ini perasaan sakit itu tak pernah dia bagi dengan yang lain, tidak istrinya tidak juga Anya.

Bisik-bisik warga tentang sikap, tentang kejelekan keluarganya, semua beliau pendam sendiri. Jadi, wajar kalau memaafkan Tino masih begitu sulit.

Bujuk rayu sang istri tak lagi didengarkan, hampir satu jam bu Aila berdiri di luar kamar dan menyuruhnya untuk keluar.

"Ayo, Yah! Ayah harus keluar dan temui Tino! Yah, Tino cuma mau memperbaiki semuanya. Ibu sudah memaafkan dia, sekarang tinggal menunggu kata maaf dari ayah!" seru bu Aila.

Pak Faisal menutup telinganya dengan bantal, beliau tidak ingin mendengar bujukan itu.

Otaknya tak bisa berpikir tenang, jika terus mendengar bujukan istrinya beliau pasti akan tergerak untuk memaafkan Tino.

Lama-lama bu Aila merasa lelah juga membujuk suaminya, beliau akhirnya pergi dari sana dan menemui Tino.

Setelah yakin bahwa istrinya sudah tidak menunggunya lagi di depan pintu, pak Faisal memutuskan untuk bangun.

Beliau berjalan pelan menuju pintu, membuka kunci, dan menoleh keluar. Ternyata benar kalau istrinya sudah pergi, pintu ditutup lagi.

Ada keraguan dalam hatinya dengan sikap dingin terhadap Tino. Pak Faisal mulai berpikir kembali, mengapa Sasha bisa dengan mudah beliau maafkan, lalu Tino bahkan sangat sulit untuk mendapat maaf darinya.

"Ayah! Ayah, tolong buka pintunya! Ini Tino, Yah!"

Kini giliran Tino yang mendatangi kamar ayahnya.

"Ngapain kamu kembali lagi, Tino? Seharusnya kamu pergi jauh dan tidak usah kembali, kalau ada kamu di sini, para warga akan semakin menjadi-jadi tingkahnya!" seru pak Faisal dari dalam kamar.

"Yah, keluar dulu! Kita bicara baik-baik!" kata bu Aila.

Lelah juga mendengar permohonan Tino dan istrinya, pak Faisal pun akhirnya membuka pintu kamar.

Tino dan bu Aila masuk menghampiri beliau yang duduk lesehan di atas karpet beludru yang digelar di dekat ranjang.

"Ayah, maafkan kesalahan, Tino. Tino menyesal, Yah. Tino juga sedang memperbaiki diri untuk menjadi anak Ayah yang lebih baik lagi." Tino mencium tangan ayahnya.

Pak Faisal tidak menepisnya, namun beliau membuang wajahnya ke arah lain tanpa melihat Tino yang sekarang duduk di depannya.

"Tapi sekarang sudah terlambat, Tino. Mereka semakin mengutuk keluarga kita," ucap ayahnya.

Kini mata pak Faisal menatap Tino dengan lemah.

"Jika terus mendengar omongan mereka, tentu kita akan selalu terlihat salah, Yah! Manusia hanya menilai apa yang mereka lihat, dan mereka tidak akan percaya dengan setiap kebaikan kita. Sekali kita melakukan kesalahan, ribuan kebaikan lain akan tertutup dengan satu kesalahan itu. Inilah pandangan manusia, yang penting Allah tahu niat baik kita, Yah." Tino memeluk ayahnya. "Maafkan aku, Yah!" sekali lagi ia mengucapkan kata maaf itu

Bu Aila datang dan memeluk suaminya, beliau ingin keluarga mereka kembali seperti dulu.

Entah sejak kapan moment hangat itu terakhir dirasakan, yang pasti beliau sudah lama merindukannya.

"Ayah, anak-anak kita sudah kembali. Kita harus bangkit dan perbaiki semuanya!" kata bu Aila.

Pak Faisal tidak mengatakan apa pun, beliau hanya diam saja. Namun, Tino dan ibunya tahu kalau sang ayah sudah memberi kata maaf itu.

.

.

Di hari ketiga, Sasha sudah boleh ke luar dari rumah sakit.

Tino menjemput Sasha menggunakan mobil pribadi miliknya.

Kepulangan Sasha disambut hangat oleh keluarganya.

Pak Faisal tidak pergi ke kebun, beliau sengaja berada di rumah untuk menunggu anak-anak dan cucunya pulang.

Bu Aila sibuk mengatur makanan di atas meja, memastikan semuanya sempurna untuk menyambut kepulangan Sasha dari rumah sakit. Ia menata nasi kuning, gudeg, dan aneka lauk pauk dengan rapi, lalu menambahkan sentuhan akhir dengan bunga segar.

Wajahnya berseri-seri, penuh harapan dan kebahagiaan, beliau berharap keluarga mereka akan semakin harmonis lagi.

Sementara itu, suara kendaraan terdengar dari luar. Bu Aila tersenyum lebar dan berlari ke arah pintu. "Sasha sudah tiba!" teriaknya gembira.

Pak Faisal yang mendengar suara teriakan istrinya, beliau pun segera keluar dari kamar untuk menyambut kepulangan Sasha.

Tino dan Anya membantu Sasha keluar dari mobil, membawanya ke dalam rumah dengan hati-hati.

Bu Aila langsung menyambut mereka dengan senyuman hangat, memeluk Sasha dan memandang wajah bayi mungil di gendongan Sasha.

"Alhamdulillah, selamat datang, cucuku sayang!" kata bu Aila, ada embun yang menghiasi dikedua sudut matanya.

Bu Aila mengambil bayi dalam gendongan Sasha, lalu mencium dan memeluknya. "Kamu cantik sekali, Nak! Sama seperti nenekmu," kata bu Aila.

Ucapannya mengundang tawa serentak dari ketiga anak dan suaminya.

"Ya ampun, Bu. Aku kira cantik seperti ibunya, lah ternyata cantik seperti neneknya," kata Anya ikut tertawa.

"Bu, dia cakep, Bu. Fatih kan cowok bukan cewek," ralat Sasha.

"Oh iya!" Bu Aila tertawa lucu mengingat bahwa dirinya sendiri lupa, kalau anak Sasha adalah lelaki bukan perempuan.

"Kak, aku capek. Tolong bantu aku duduk!"

Anya dan Tino membantu Sasha duduk, mereka memperlakukan Sasha dengan begitu lembut.

"Makan dulu, Sha. Kamu perlu tenaga untuk merawat Fatih. Ibu sudah nyiapin banyak makanan untuk kalian," kata bu Aila.

"Ibu sampe repot-repot masakin nasi kuning loh," tambah pak Faisal.

"Ibu masak sendiri?"

"Dibantu ayah kalian juga dong," jawab bu Aila.

Beliau kemudian memberikan Fatih untuk digendong Anya. Bu Aila pergi ke dapur dan mengambil susu untuk Sasha, susu itu diminumnya hingga tandas.

.

.

.

Malamnya, setelah selesai makan malam Anya mencari ayahnya. Ada sesuatu yang ingin dia bicarakan, tapi sang ayah tidak berada di kamar.

Melihat pintu rumah yang terbuka, Anya baru tahu kalau ayahnya sedang berada di luar rumah.

Anya mendekati ayahnya yang saat itu tengah duduk menyendiri di teras depan.

"Ayah, udah larut malem. Terlalu lama di luar enggak baik untuk kesehatan Ayah," kata Anya.

Pak Faisal tak menggubris, lelaki paruh baya itu menghisap dalam-dalam rokoknya, lalu melemparkannya ke bawah dengan asal.

Masih banyak hal yang membebani pikirannya, dan Anya sadar akan hal itu.

"Ayah udah sholat belum?"

Kembali Anya bertanya kala ucapannya yang pertama tidak diladeni.

"Kamu nyuruh ayah untuk sholat? Buat apa, Anya? Buat apa?"

"Ayah, sholat itu kewajiban setiap muslim. Saat kita mati, yang pertama ditanyai adalah sholat kita, bukan seberapa banyak kita mengumpulkan harta selama di dunia," ujar Anya masih bersabar dalam membujuk sang ayah.

"Lalu, di mana Allah saat ayah butuh? Di mana dia saat semua orang menghina dan memfitnah ayah? Ayah sudah melakukan semuanya, segala perintahnya! Lalu Allah berikan cobaan bertubi-tubi untuk ayah, kenapa ini terjadi? Salah ayah apa?"

Anya berkali-kali harus mengusap dadanya, mencoba untuk bersikap tenang agar tak lepas kontrol. Bagaimana pun juga, orang yang sekarang berdebat dengannya adalah ayahnya sendiri. Orang yang sudah menjaga dan merawatnya dari kecil, Anya ingin ayahnya kembali bersujud pada Sang Maha Kasih.

"Ayah, sudah banyak yang Ayah lewati. Anya tahu, Ayah sangat sabar dalam menghadapi itu semua, tak pernah sekalipun Ayah mengeluh. Ayah, kesenangan yang Allah berikan sekarang, itu semua adalah bentuk dari kesabaran Ayah di masa lalu," kata Anya, berharap hati ayahnya tersentuh dan kembali bersujud setelah sekian lama kening itu tidak menyentuh sajadah.

"Anya, jangan paksa ayah! Ayah kalau mau akan ayah lakukan sendiri!" tegas pak Faisal.

"Iya, tapi kapan, Ayah? Kapan? Waktu terus berputar, dia tidak akan menunggu kita, dan maut juga akan datang tepat waktu jika sudah tiba saatnya!"

Pak Faisal mengusap matanya yang mulai berair. Di lubuk hatinya yang paling dalam, beliau memang rindu, rindu saat seperti dulu. Namun, kenapa rasa kecewa itu terasa semakin dalam.

"Ayah, mari kita mulai semua dari awal! Ayo kita perbaiki ini semua! Belum ada kata terlambat, Yah! Allah maha Pemaaf, Allah rindu akan tangis dan sujud Ayah. Banyak yang sudah terjadi, apa Ayah tidak ada keinginan untuk mengadu pada-Nya. Mengeluarkan seluruh keluh kesah Ayah?" Anya tetap berusaha keras membujuk.

Ia tahu, hati sang ayah belum membatu, Anya yakin kalau Ayahnya mulai menyadari akan kesalahan yang diperbuatnya selama ini.

1
P 417 0
/Sleep//Sleep/haih ini juga teguran langsung mungkin
🥑⃟Riana~: teguran untuk siapa?/Shame/
total 1 replies
P 417 0
oh ternyata si ibu to/Slight/
P 417 0
siapA lgi ini yg ikut nimbrung🤔
P 417 0
/Sneer//Sneer/tokoh utama jago silat ternyata
P 417 0
makin rumit emng klo bca drama/Silent//Shy/
P 417 0
/Sleep/klo dah bgitu knpa harus saling nyalahin
P 417 0
udah bgus/Hey/
TrixJeki
wehh keren Anya gadis tegas dan berani, aye suka aye suka. semangat Author Rican💪💐
🥑⃟Riana~: Hehe, terima kasih kk.. udh mampir/Kiss//Sneer/
total 1 replies
P 417 0
mbak syifa dong/Sleep/
P 417 0: mkanya jgn buru2/Proud/
🥑⃟Riana~: salah ya/Shame//Facepalm//Facepalm//Joyful/ makasih otw revisi 🚴🚴🚴
total 2 replies
P 417 0
hanna🤔🤔anya kali
🥑⃟Riana~: repot/Shame/
P 417 0: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/kn jd ada kerjaan kmu/Silent/
total 3 replies
P 417 0
windi ini mnurt aku sahabat terbaik buat anya/Hey/
P 417 0
keinginan orang tua itu emng mlihat anakny bhgia dan itu udah pasti.namun terkadang mreka tidak pduli dengan perasaan anknya dan lbih kpda memaksakn kehendak .emng sih nggk semua orang tua bgitu /Sleep/
P 417 0
emng demit bisa jatuh juga kah🤔
🥑⃟Riana~: bisa, kalau punya kaki/Sweat/
total 1 replies
P 417 0
membiarkan/Silent/
P 417 0
insyaallah bukan in sha allah/Hey/
P 417 0
hmmm.dri sini keknya bncana mulai terjadi😌
P 417 0
ini ayah kndung bukn sih🤔
P 417 0: lah /Proud/aku jga mna tau
🥑⃟Riana~: masa ayah tiri/Shame/
total 2 replies
P 417 0
"nggk mau punya mntu"...lbh enk deh kyaknya/Silent/
P 417 0
terkadang temen emng lbih mengerti apa yg kita rasa dripada kluarga sendri/Sleep/
🥑⃟Riana~: Betul, tumben bener/Shame/
total 1 replies
P 417 0
di bab ini nggk ada koreksi.ada pesan di dlmnya😊mnrt aku sih ini bgus krna di zmn sekarng ank2 muda lbh mngikuti egonya .nggk pnh berpikir apa yg terjdi kmudian.dan bila sdah trjdi yg ada cmn pnyesalan. dri itu peran orang tua izu sangat pnting
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!