5 hari sebelum aku koma, ada sesuatu yang janggal telah terjadi, aneh nya aku tidak ingat apa pun.
__________________
"Celine, kau baik-baik saja?"
"Dia hilang ingatan!"
"Kasian, dia sangat depresi."
"Dia sering berhalusinasi."
__________________
Aku mendengar mereka berbicara tentang ku, sebenarnya apa yang terjadi? Dan aneh nya setelah aku bangun dari koma ku, banyak kejadian aneh yang membuat ku bergidik ketakutan.
Makhluk tak kasat mata itu muncul di sekitar ku, apa yang ia inginkan dari ku?
Mengapa makhluk itu melindungi ku?
Apakah ini ada hubungan nya dengan pria bermantel coklat yang ada di foto ku?
Aku harus menguak misteri ini!
___________________
Genre : Horror/Misteri, Romance
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maylani NR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kediaman nenek Ema
Perjalanan menuju desa Zwaar, pukul 17:30 sore.
Sudah satu setengah jam perjalanan menuju desa tempat nenek Ema tinggal, Celine yang baru saja keluar dari stasiun terlihat memperhatikan selembar kertas yang bertuliskan alamat nenek Ema.
"Hmm ... dari alamat yang aku baca, setelah sampai di stasiun ini, aku harus menaiki bus."
Celine nampak berjalan ke arah halte yang tidak jauh dari stasiun, ia menoleh ke arah kiri dan kanan nya seperti mencari keberadaan bus di tempat itu, dan tak lama kemudian sebuah bus melintas dari arah jam tiga menuju halte tempat Celine berada.
"Ah itu dia bus nya."
Mobil bus dengan warna hijau kini berhenti tepat di depan Celine, dan dengan segera Celine memasuki bus tersebut, di susul seorang pria di belakang nya.
Tanpa memperdulikan penumpang yang lain, Celine pun berjalan menuju kursi yang tidak jauh dari pintu masuk, hal itu memang seperti kebiasaan yang tidak bisa ia hindari sejak kecil, bahwa ia begitu nyaman bila duduk di kursi yang berdekatan dengan pintu masuk.
"Untung saja kursinya kosong," ucapnya senang.
Selama di perjalanan menuju desa Zwaar, Celine terlihat memperhatikan pemandangan sekitar dari jendela yang berada di sisi kiri nya, pemandangan yang terlihat indah dan menenangkan hati siapapun yang memandang.
"Indah, aku baru pertama kali ke tempat ini. Padang rumput nya begitu luas, dan banyak tanaman petani yang sudah siap panen."
"Hebat."
.......
.......
.......
30 menit berlalu, perjalanan menuju rumah nenek Ema pun berakhir di pemberhentian halte terakhir, Celine membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai di halte tersebut. Dan tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 18:10, yang di mana matahari nampak sudah terbenam.
"Sudah mulai gelap, sebentar coba ku cek dulu alamat nya!"
Celine kembali melihat selembar kertas alamat yang ia simpan di saku bajunya, dan memastikan sekali lagi bahwa ia tidak salah jalan.
"Oh, setelah sampai di halte ini, aku tinggal berjalan kaki sedikit untuk sampai di rumah nenek Ema. Baiklah ayo!"
Tap! Tap! Tap!
Langkah demi langkah Celine lalui, sesekali Celine melirik dan memperhatikan sekitar nya dengan penuh kehati-hatian. Lampu jalan yang Celine lalui sudah mulai menyala, dan kegelapan yang menyelimuti jalan itu, kini sudah tidak terasa menyeramkan lagi.
Namun saat Celine memalingkan pandangan nya ke kiri, tak di sangka ekor mata Celine menangkap pergerakan yang tidak biasa, Celine merasa seperti di buntuti oleh seseorang di belakang nya.
"Entah mengapa aku merasa, ada seseorang yang sedang mengikuti ku, apa hanya perasaan ku saja ya?"
Celine mencoba untuk diam sesaat menunggu pergerakan selanjutnya yang akan orang itu lakukan, namun selang beberapa menit orang yang berada di belakang Celine tidak menampakkan dirinya, hal itu membuat Celine menaruh rasa curiga terhadap orang tersebut, dan memutuskan untuk mempercepat langkahnya.
"Aku harus bergegas! Mungkin saja orang itu adalah orang jahat."
Tap! Tap! Tap!
.......
.......
.......
10 menit berjalan, Celine pun akhirnya tiba di kediaman nenek Ema, rumah tua yang terlihat kokoh, dan di kelilingi oleh pepohonan yang rindang.
"Aku fikir rumah seorang dukun akan lebih menyeramkan lagi dari pada ini, sepertinya ekspektasi ku terlalu berlebihan."
Celine berjalan ke arah pekarangan hingga ke depan teras rumah nenek Ema, ia melihat rumah ini seperti rumah warga desa pada umumnya, tidak seperti rumah kotor yang biasa ia lihat di film-film. Atap nya rapih, dinding nya kokoh, dan di halaman samping terdapat jemuran yang belum sempat di angkat.
"Apakah nenek Ema ada di rumah? Nampak sepi sekali, seperti tidak ada aktifitas di dalam rumah ini."
Celine melangkahkan kaki nya tepat di depan pintu masuk rumah tersebut, dengan hati-hati ia coba ketuk pintu itu dengan ketukan yang pelan.
Tok! Tok! Tok!
"Permisi."
"Tok! Tok! Tok!"
Celine sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan orang tadi tidak mengikuti nya, namun secara spontan ia melihat, orang yang tadi membuntuti nya saat ini sedang bersembunyi di balik pohon.
"Ah, siapa dia sebenarnya? Kenapa dia mengikuti ku?"
Klak!
Pintu rumah nenek Ema di buka oleh seorang gadis remaja berwajah lembut, Celine menolehkan pandangan nya ke arah gadis itu dan segera menyapa nya.
"Halo selamat malam, maaf mengganggu waktu nya, apakah nenek Ema ada di dalam?" tanya Celine.
"Apa kamu sudah membuat janji sebelumnya?"
"Oh ... belum, memangnya harus membuat janji?"
"Sebenernya iya, tapi-" gadis itu menjeda ucapan nya, seraya menoleh ke arah belakang nya.
"Tapi apa?" tanya Celine .
Dari arah belakang gadis tersebut, terlihat sosok nenek berambut putih datang menepuk bahu gadis itu seraya tersenyum.
"Tidak apa-apa Sheina biarkan perempuan itu masuk!" ucap sang nenek, dengan senang hati.
"Oh, baik nek, silahkan masuk nona!" serunya.
"Terima kasih."
Tap! Tap! Tap!
Celine pun masuk ke ruangan nenek Ema, dan di persilahkan untuk duduk di kursi yang sudah di sediakan.
"Silahkan duduk!" seru sang gadis.
"Baik, terima kasih."
Dan tak lama kemudian nenek pun datang membawa sekotak peralatan nya, seraya duduk di kursi yang berhadapan dengan Celine.
"Sudah lama aku tidak melihat mu," ucap sang nenek, dan hal itu membuat Celine bingung.
"Hah?"
Celine nampak menoleh ke kiri dan kanannya, ia memastikan terlebih dahulu, apakah yang nenek Ema maksud adalah dirinya atau orang lain, karena di ruangan itu hanya ada dirinya dan nenek saja.
"Nenek mengenal ku sebelum nya? Maaf nek, aku hilang ingatan jadi mungkin ada beberapa orang yang tidak aku ingat."
"Hemmm ..." nenek Ema nampak tersenyum ketika Celine menjelaskan padanya, dan menunjukkan jari telunjuk nya tepat ke arah sisi kanan Celine.
"Tapi, yang aku maksudkan sebenarnya bukan dirimu nona, tapi pada sosok yang ada di samping mu." Jelas sang nenek, yang membuat Celine terkejut.
"Apa?"
"Jangan-jangan hantu itu, apakah nenek mengenal hantu yang selalu menggangu ku?"
"Dia dulu pernah ke sini."
"Nenek kenal hantu yang selalu menggangu ku?"
"Hemmmm ..." nenek pun tersenyum kembali, seraya membuka kotak peralatan nya.
"Siapa sebenarnya hantu itu nek? Kenapa dia selalu mengikuti ku?" tanya Celine penasaran.
"Apa kau merasa tergantung dengan keberadaan nya?" tanya sang nenek, seraya mengeluarkan sebuah kalung jimat dari kotak peralatan nya.
"Eeeehm ... sebenernya ada perasaan takut, karena hantu itu selalu menggerakkan benda-benda yang ada di Apartemen ku, nek."
"Sejujurnya, hantu itu tidak bermaksud mengganggu mu, dia hanya ingin melindungi mu."
"Apa? Melindungi ku?"
"Benar, dan semua itu berkaitan erat dengan tujuan mu ke sini."
"Jadi, nenek sudah tau maksud tujuan ku datang ke sini?"
"Tentu saja, aku sudah membaca nya sejak awal kamu datang ke rumah ini, kalau kamu ingin mengetahui tentang pria bermantel coklat yang ada di dalam foto mu, kan?"
DEG!
Seketika Celine yang mendengar ucapan nenek Ema, terkejut nya bukan main. Ia belum sempat mengatakan apa pun pada nenek Ema, tapi nenek berusia 70 tahun ini sudah mengetahui nya.
"Hebat, nenek Ema tau tujuan ku."
...Bersambung ......