Di negeri magis Aelderia, Radena, seorang putri kerajaan yang berbakat sihir, merasa terbelenggu oleh takdirnya sebagai pewaris takhta. Hidupnya berubah ketika ia dihantui mimpi misterius tentang kehancuran dunia dan mendengar legenda tentang Astralis—sebuah senjata legendaris yang dipercaya mampu menyelamatkan atau menghancurkan dunia. Dalam pelariannya mencari kebenaran, ia bertemu Frieden, seorang petualang misterius yang ternyata terikat dalam takdir yang sama.
Perjalanan mereka membawa keduanya melewati hutan gelap, kuil tersembunyi, hingga pertempuran melawan sekte sihir gelap yang mengincar Astralis demi kekuatan tak terbayangkan. Namun, untuk mendapatkan senjata itu, Radena harus menghadapi rahasia besar tentang asal-usul sihir dan pengorbanan yang melahirkan dunia mereka.
Ketika kegelapan semakin mendekat, Radena dan Frieden harus memutuskan: berjuang bersama atau terpecah oleh rahasia yang membebani jiwa mereka. Di antara pilihan dan takdir, apakah Radena siap memb
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dzira Ramadhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26: Warisan Keseimbangan
Dunia mulai menemukan kedamaian baru setelah kehancuran Vorthal. Namun, dampak dari pertempuran terakhir itu meninggalkan bekas yang sulit diabaikan. Dunia Bawah telah tertutup, tetapi energi gelap yang digunakan oleh Vorthal masih meninggalkan jejak di beberapa sudut dunia. Para penjaga keseimbangan—Radena, Frieden, Lya, Zurek, Zaurath, dan Valtherion—tahu bahwa tugas mereka belum selesai.
Luka yang Belum Sembuh
Radena berdiri di balkon istana Aelderia, memandangi matahari terbit yang perlahan menyinari dunia. Meskipun dunia terlihat tenang, pikirannya dipenuhi kekhawatiran.
“Radena,” suara Frieden memecah keheningan.
Radena menoleh, menemukan Frieden berdiri di sampingnya. “Apa yang membawamu ke sini pagi-pagi?”
Frieden menyandarkan punggungnya ke pagar balkon. “Aku tidak bisa tidur. Aku terus memikirkan Dunia Bawah, dan apa yang kita lihat di sana. Kau tahu, kegelapan itu mungkin tidak sepenuhnya lenyap.”
Radena mengangguk pelan. “Aku juga merasa seperti itu. Dunia ini tidak pernah benar-benar bersih dari konflik. Bahkan jika Vorthal sudah dihancurkan, selalu ada kemungkinan sesuatu seperti dia akan muncul lagi.”
“Kau terdengar seperti sedang menyiapkan dirimu untuk perang berikutnya,” kata Frieden dengan nada setengah bercanda.
Radena tersenyum kecil. “Mungkin aku memang harus siap. Dunia ini butuh penjaga yang selalu waspada.”
Kabar dari Dunia Lain
Tidak lama setelah percakapan itu, seorang kurir dari dunia iblis tiba di istana. Ia membawa kabar dari Zurek yang meminta bantuan segera.
Radena dan Frieden segera memanggil Lya dan mempersiapkan perjalanan ke dunia iblis.
Ketika mereka tiba di kota utama iblis, Zurek menyambut mereka dengan ekspresi serius. “Ada sesuatu yang aneh terjadi di perbatasan kami. Energi yang serupa dengan Dunia Bawah mulai muncul di sini. Tapi ini lebih... tidak stabil.”
Radena mengerutkan dahi. “Apakah ini bisa menjadi sisa-sisa kekuatan Vorthal?”
“Mungkin,” jawab Zurek. “Tapi ini terasa berbeda. Seolah-olah kekuatan ini mencoba mencari sesuatu atau... seseorang.”
Lya mengangkat alis. “Kau pikir ini mencari kita? Maksudku, kau, Radena. Kau adalah orang yang memurnikan Vorthal.”
Radena memandang mereka dengan penuh kekhawatiran. “Kalau itu benar, kita harus segera mencari tahu apa yang terjadi. Jika kekuatan ini terus menyebar, itu bisa menjadi ancaman baru.”
Jejak Energi di Dunia Iblis
Mereka memulai perjalanan ke perbatasan dunia iblis, tempat energi itu paling terasa. Di sana, mereka menemukan sebuah celah besar di tanah, dari mana muncul cahaya gelap yang bergerak seperti kabut.
“Ini seperti portal,” kata Lya sambil mengamati celah itu dengan hati-hati.
Zurek mengangguk. “Tapi ini bukan portal yang terhubung ke Dunia Bawah. Ini lebih liar, lebih berbahaya.”
Radena mendekat, merasakan energi yang keluar dari celah itu. “Ini seperti energi yang mencoba menarik sesuatu ke sini.”
Tiba-tiba, makhluk-makhluk bayangan muncul dari celah itu, menyerang mereka dengan ganas.
“Bersiap!” seru Frieden, menarik pedangnya.
Pertempuran pun terjadi. Makhluk-makhluk itu lebih kuat daripada yang mereka hadapi sebelumnya, tetapi dengan kerja sama mereka, makhluk-makhluk itu akhirnya berhasil dikalahkan.
Namun, setelah pertempuran selesai, celah itu mulai meluas, menunjukkan sesuatu yang tampak seperti ruang kosong di dalamnya.
“Kita harus masuk,” kata Radena.
Zurek menggeram pelan. “Masuk ke celah ini? Kau pasti bercanda.”
Radena menatapnya dengan serius. “Kalau kita tidak masuk, kita tidak akan pernah tahu apa yang ada di balik ini. Dan kalau ini dibiarkan, dunia ini bisa hancur.”
Penyelidikan di Celah
Mereka melangkah masuk ke celah itu, dan dunia di dalamnya berbeda dari apa pun yang pernah mereka lihat. Ruang itu tampak tidak memiliki bentuk pasti, dengan lantai yang berubah-ubah dan langit yang dipenuhi dengan warna yang terus bergerak.
“Ini seperti... dimensi lain,” kata Lya dengan nada kagum bercampur takut.
Di tengah ruang itu, mereka menemukan sebuah benda besar berbentuk kristal hitam, memancarkan energi yang tidak stabil.
“Itu adalah sumbernya,” kata Zurek.
Ketika Radena mendekat, sebuah suara bergema di dalam ruang itu.
“Selamat datang, penjaga keseimbangan. Kau telah menghancurkan Vorthal, tetapi aku tidak akan semudah itu.”
Dari bayangan di belakang kristal, muncul sosok besar dengan tubuh seperti makhluk bayangan, tetapi dengan bentuk lebih kokoh. Matanya yang bersinar putih menatap langsung ke arah Radena.
“Siapa kau?” tanya Radena, mempersiapkan tongkatnya.
“Aku adalah Aetheron,” jawab sosok itu. “Aku adalah keseimbangan yang kalian tolak. Aku adalah bayangan dari keseimbangan sempurna yang kalian coba lindungi. Dan aku akan mengambil alih dunia ini.”
Pertempuran Melawan Aetheron
Aetheron meluncurkan serangan besar dengan kekuatan yang hampir tidak bisa ditahan. Setiap pukulan darinya mengguncang ruang di sekitar mereka, membuatnya semakin tidak stabil.
Zurek dan Frieden menyerang dari depan, mencoba menarik perhatian Aetheron, sementara Radena melantunkan mantra untuk melindungi mereka dari serangan besar.
“Kita tidak bisa melawannya seperti ini,” kata Lya sambil menembakkan panah sihirnya. “Dia terlalu kuat.”
Radena menyadari sesuatu. Kristal hitam yang ada di tengah ruang itu tampaknya menjadi sumber kekuatan Aetheron.
“Kita harus menghancurkan kristal itu!” seru Radena.
Zaurath, yang baru saja tiba melalui portal yang diciptakan Valtherion, langsung memahami situasinya. “Aku akan mengalihkan perhatiannya. Kalian hancurkan kristal itu!”
Pertempuran berlangsung sengit. Dengan pengorbanan besar dari Zaurath yang melindungi mereka dari serangan Aetheron, Radena berhasil mendekati kristal itu dan melantunkan mantra pemurnian yang besar.
Cahaya besar meledak dari tongkatnya, menghancurkan kristal dan melemahkan Aetheron.
“Aku tidak akan pergi selamanya,” kata Aetheron sebelum tubuhnya menghilang menjadi abu.
Dunia yang Baru
Dengan kehancuran Aetheron, dunia akhirnya kembali stabil. Valtherion memastikan bahwa tidak ada lagi celah yang terbuka, sementara Zurek dan Zaurath bekerja untuk memperbaiki kerusakan di wilayah mereka.
Radena, Frieden, dan Lya kembali ke Aelderia, di mana mereka disambut sebagai pahlawan.
“Kita telah menghadapi begitu banyak hal,” kata Radena kepada Frieden di balkon istana.
“Dan kita akan terus menghadapi apa pun yang datang,” balas Frieden sambil tersenyum.
Dunia mungkin tidak sempurna, tetapi mereka tahu bahwa selama mereka tetap bersatu, apa pun bisa diatasi.