NovelToon NovelToon
Benang Merah Penyihir Kolot

Benang Merah Penyihir Kolot

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Mengubah Takdir / Penyeberangan Dunia Lain / Pembaca Pikiran
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Gaurika Jolie

Difiar Seamus seorang penyihir penyedia jasa pengabul permintaan dengan imbalan sesuka hatinya. Tidak segan-segan Difiar mengambil hal berharga dari pelanggannya. Sehingga manusia sadar jika mereka harus lebih berusaha lagi daripada menempuh jalan instan yang membuat mereka menyesal.

Malena Safira manusia yang tidak tahu identitasnya, pasalnya semua orang menganggap jika dirinya seorang penjelajah waktu. Bagi Safira, dia hanyalah orang yang setiap hari selalu sial dan bermimpi buruk. Anehnya, mimpi itu merupakan kisah masa lalu orang yang diambang kematian.

Jika kalian sedang putus asa lalu menemukan gubuk tua yang di kelilingi pepohonan, masuklah ke dalam penyihir akan mengabulkan permintaan kalian karena mereka pernah mencicipi rasanya ramuan pengubah nasib yang terbukti ampuh mengubah hidup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gaurika Jolie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hidup Tanpa Hati

Safira melihat orang yang berjongkok di depannya. Ternyata dia jadi tontonan banyak orang. Safira bangkit tanpa mengucapkan sepatah kata setelah malu hubungannya berakhir disaksikan banyak orang.

Tatapannya menjadi kosong ketika berjalan menuju tempat tinggalnya. Hubungan telah berakhir tanpa penyesalan, yang ada di pikirannya, “Kenapa selalu ada kejadian yang nggak terduga setiap harinya?”

Kejutan tidak terduga juga terjadi pada seorang wanita yang berada di ujung jalan hendak menyeberang dengan tatapan kosong. Safira melewati wanita itu yang tiba-tiba pingsan, sontak dirinya menutup mulut.

“Bukan aku pelakunya!”

Buru-buru Safira mengecek pernapasannya kemudian memegang pergelangan tangan, seketika kesadarannya ikut hilang. Orang-orang yang melihat langsung menghampiri dua wanita yang pingsan.

“Kronologinya apa? Ada yang lihat?”

“Nggak ada. Sepertinya bukan kecelakaan.”

Mereka menggotong Safira dan wanita itu ke samping jalan agar tidak membuat macet sebelum dilarikan ke rumah sakit.

Wanita itu ternyata Nita yang baru saja pulang dari kantornya karena kelelahan. Sementara Safira yang tiba-tiba kesadarannya hilang kini berada di kamar yang asing. Tentunya tidak bisa merasakan sakit ketika mencubit tangannya.

“Aku masuk ke mimpi orang lagi untuk melihat masa lalunya?”

Isak tangis seorang wanita menyadarkan dirinya jika ada wanita berparas malaikat tengah menunduk di depan meja rias. Safira menghampiri wanita itu yang menggenggam testpack. Seolah ikut merasakan kebahagiaannya, Safira hanya bisa mengigit jari.

“Ada apa, Sayang? Kenapa kamu nangis? Mama marahin kamu lagi?” Vino buru-buru masuk setelah mendengar tangisan istrinya.

“Enggak, Mas. Lihat ini,” tunjuk Nita yang langsung diambil suaminya. “Akhirnya aku hamil!”

Mata Vino berkaca-kaca seolah tidak menyangka penantiannya selama 10 tahun terbayar sudah. Vino memberikan pelukan erat tidak lupa memberikan kecupan bertubi-tubi.

Safira yang mengintip dari samping lemari hanya bisa menahan diri agar tidak mengeluarkan suara, tentunya dia gemas ingin memberikan selamat. Ketika suaminya berdiri mengajak istrinya ke luar, Safira bingung bersembunyi di mana. Tanpa pikir panjang dirinya masuk ke kolong tempat tidur.

"Haduh!"

Dirasa aman, Safira ke luar lalu memukul dahinya. “Aku lagi ada di mimpi orang, otomatis mereka nggak bisa lihat aku.”

Safira membuka pintu ternyata keluarga besar tengah berkumpul untuk mendengar kabar baik dari menantunya. Tentu saja mereka bahagia sebentar lagi kedatangan cucu pertama setelah penantian panjang dan cibiran tetangga.

“Syukurlah nggak sia-sia 10 tahun minta cucu akhirnya keturutan.”

“Masih lama, Ma. Sekarang Mama janji nggak buat Nita stres selama hamil!” perintah anak pertamanya seraya mengusap kepala sang istri.

“Enggak, dong. Mama nunggu lama tentunya harus jaga sampai Mama mati.”

Mertua Nita yang hampir mengembalikan ke orang tuanya langsung berubah drastis seperti awal menjadi menantu pertama di keluarganya. Nita mendapatkan pelukan hangat dari seluruh keluarganya secara bergantian. Tanpa sadar Safira bertepuk tangan seolah ikut merayakan kebahagiaan mereka.

“Sebagai perayaan kehamilan Nita, malam ini kita makan enak! Untungnya Mama masak banyak hari ini,” ucap mertua Nita dengan girang lalu menuntun Nita ke meja makan.

Wanita yang mengembangkan senyum itu melihat mertuanya. “Aku masih bisa jalan, Ma.”

“Nggak papa, diam aja!” suruhnya seraya mengusap perut menantunya, “Tumbuh jadi anak yang sehat, ya, Cu. Kita main apa yang kamu suka nanti.”

Dari kejauhan Safira melihat asap mengelilingi Nita saat berbincang bersama keluarganya. Kesenangan Safira tergantikan dengan kecemasan. “Apa karena ada aku di sini sampai hal nggak masuk akal terjadi di sekitar wanita itu?”

Pupil Safira membesar berharap apa yang dia lihat itu sebuah kesalahan. Perlahan asap itu hilang yang buat Safira lega. Anehnya, wajah teduh milik wanita itu kehilangan cahayanya.

Nita memukul telapak tangan adik iparnya saat mengambil lauk kesukaannya. “Jangan dihabisin! Aku juga mau.”

“Ya ampun, Kak. Masih banyak lauk yang lain, lagian aku cuma ambil satu!” protes adik iparnya penuh kekesalan.

Ibunya membela menantunya. “Kamu itu nggak boleh bentak-bentak sama Kakak kamu. Usia kehamilannya masih rentan.”

Gadis itu langsung mengembalikan udang yang dia ambil sehingga suara dentingan piring terdengar keras. “Nggak usah bikin drama, deh! Apaan sih Kak Nita mulai duluan mancing masalah nggak seperti biasanya? Lancang ya sekarang karena mau melahirkan sainganku!”

“Jaga ucapan kamu, Dek!” tegur kakak pertamanya ketika melihat istrinya menangis.

Anak terakhir keluarga itu menatap Nita sinis. “Kalian berubah nggak sayang aku lagi, memang yang dikatakan orang itu benar anak terakhir musuhnya cucu pertama!” ucapnya ketus lalu masuk ke kamar.

“Jadi itu yang buat adik kamu judes sama aku?” terka Nita disela isak tangis.

“Enggak, Sayang. Seharusnya kamu hafal sama sifatnya Putri,” terang sang suami selembut mungkin.

Sepertinya, Nita salah mengira. Dirinya langsung marah. “Jadi, aku yang salah karena bentak adik kesayangan kamu? Aku juga mau udang itu karena selalu nggak kebagian! Alasan dia aja ambil satu lama-lama dihabisin sendiri!”

“Nanti masak yang banyak, ya? Sekarang kamu makan dulu,” suruh suaminya mengambilkan udang kesukaan istrinya, tetapi istrinya memilih masuk ke kamar.

Seluruh keluarga heran dengan perubahan perilaku Nita yang drastis. Begitu juga suaminya yang bertanya-tanya.

“Nggak papa, maklum ibu hamil,” sahut ibunya penuh pengertian. “Kamu ke kamar dulu sana bujuk Nita makan. Kalau nggak mau ke luar makan di dalam aja.”

Seketika cahaya terang muncul mengganggu pengelihatan Safira. Ketika cahaya terang itu perlahan redup, Safira mulai sadar.

“Apa-apaan ini?” teriaknya setelah merasakan wajahnya ditutup kain.

Safira memberontak melepaskan kain yang menutupi seluruh tubuhnya. “Kalian pikir aku udah mati?”

"Tepat jam 20.00 WIB, pasien atas nama Malena Safira mengembuskan napas terakhir. Kita berdoa bersama-sama untuknya."

1
iyantaritari
meleleh aku bang
iyantaritari
omgg
iyantaritari
tiba tiba banget
iyantaritari
jahat banget mulut mertua
iyantaritari
caranya biar bisa ke sana gimana?
iyantaritari
widih agak laen emang
watix14
kasian juga loh, penyihir butuh bersenang2 juga
watix14
setuju si, tapi untuk rakyat kecil uang memang segalanya
miyantoroo
ada apa denganmu pak penyihir?
cahyaningtyasss
yaampunnn
cahyaningtyasss
tetap aja kamu salah
cahyaningtyasss
sama aku juga mau
miyantoroo
coba dulu
watix14
Rekomendasi novel yang pas untuk dibaca tengah malam buat begadang. Aman dari dosa dan hawa panas. pokoknya kalian harus baca
watix14
keren banget jamu racikan penyihir kolot
watix14
secepat itu?
watix14
sisain setetes aja
watix14
memang aku juga gitu
watix14
samuel si serba bisa
watix14
siapasih safira itu?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!