Pertanyaan “Kapan nikah?” pasti sering muncul ketika bertemu dengan keluarga besar atau teman lama, salah satunya pada momen kumpul keluarga atau reuni sekolah.
Pertanyaan ini sering menjadi m0mok bagi sebagian orang terutama kaum hawa. Dapat memicu munculnya rasa cemas dan stres dalam lingkungan sosial atau pergaulan. Tak terkecuali bagi seorang wanita berusia tiga puluh tahun bernama Yumna Salsabila.
Terlebih ibunya menuntut Yumna untuk segera menikah. Dikarenakan Salwa, adik Yumna, juga berencana menikah dengan kekasihnya.
Hidup Yumna mendadak jungkir balik saat kedatangan mantan playboy kelas kakap bukan kelas bulu, bernama Alden Pratama Bentley. Lelaki blasteran yang satu ini telah jatuh hati pada Yumna sejak pertama kali mereka berjumpa. Sementara Yumna belum bisa dengan cepat naik pelaminan bersama Alden karena ada bias di masa lalu yang ia pendam.
Bagaimana jungkir balik cinta Yumna ? Simak kisah mereka💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 - Jujur Walau Terasa Pahit
Yumna memilih berbalik badan, lalu masuk ke dalam rumah Alden. Ia menyeka air matanya yang jatuh menetes.
Alden pun terkejut melihat reaksi Yumna. Ia tak menegur atau memanggil Yumna, tapi langkah kakinya mengekori di belakang calon istrinya itu.
Yumna memilih masuk ke dalam kamar tamu yang berada di sebelah kamar Alden. Sebab, ia tadi menaruh kopernya di dalam kamar tersebut. Yumna tak pergi begitu saja, melainkan ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang lalu menangis tersedu-sedu.
Sebelum ikut masuk ke dalam kamar tamu, Alden sempat mengirim pesan pada satpam komplek perumahannya untuk mengusir Meka. Alden tak ingin keributan yang dilakukan Meka di depan rumahnya, membuat tetangga yang lain merasa terganggu.
Kamar tamu tak dikunci oleh Yumna. Alden pun memutuskan masuk, lalu duduk di tepian ranjang dekat posisi Yumna berada.
Yumna yang sedang menangis, sangat tahu jika Alden saat ini sudah duduk di sampingnya.
"Maafkan aku, Al. Hiks...hiks...hiks..." ucap Yumna disela isak tangisnya.
"Untuk apa?"
"Aku...aku...aku_" ucapan Yumna seketika terpotong.
"Tak perlu diteruskan kalau memang tak ingin. Daripada kamu makin kepikiran terus ujungnya sakit," sela Alden.
Yumna seketika memilih bangun dari posisinya yang awalnya tengkurap. Ia kini telah duduk bersila di depan Alden. Dengan jari-jemarinya, Yumna menyeka air matanya. Perlahan ia memberanikan diri mengangkat pandangannya dan menatap Alden dengan wajah yang sangat sembab.
Hening tercipta di antara dua anak manusia berbeda gender tersebut. Keduanya saling berpandangan dalam satu garis lurus yang sama. Sesekali Yumna mengalihkan pandangannya sejenak, lalu kembali menatap Alden.
Di antara pergolakan hatinya yang tak mudah. Akhirnya Yumna harus memilih antara jujur atau tidak pada Alden perihal masa lalunya.
Mungkin bagi sebagian wanita di luar sana melakukan kejujuran seperti ini terlihat mudah. Namun jika hal itu terjadi pada diri kita sendiri yang berasa di posisi Yumna, tidak semudah itu. Dikarenakan berbicara itu mudah, tapi melakukannya pasti sulit.
Pada akhirnya Yumna memilih untuk jujur walaupun resiko terbesar yang nanti dihadapinya yakni Alden merasa jijik atau ilfil padanya. Bahkan Yumna juga pasrah jika Alden akan memutuskan hubungan mereka karena mengetahui bahwa ia sudah tidak pera_wan.
"Apa yang dikatakan Meka itu benar, Al. Maafkan aku yang tak jujur padamu sedari awal,"
Air mata Yumna masih perlahan menetes di pipinya. Walaupun sekuat tenaga ia berbicara pada Alden tanpa tangisan, tetap tak bisa.
"Bagian mana?"
Yumna menarik napasnya sejenak.
"Aku su_dah tidak su_ci lagi," jawab Yumna dengan suara terbata-bata.
Setelah berucap hal itu, Yumna menengadahkan wajahnya ke atas guna menahan laju air matanya yang semakin tak terbendung.
"Maafkan aku, Al. Aku sudah bohongin kamu. Hiks...hiks...hiks..." tangis Yumna semakin terdengar pilu. Ia berusaha sekuat tenaga menahan rasa sebah di hatinya.
"Setelah ini, jika kamu ingin memutuskan hubungan kita, aku ikhlas. Aku enggak pantas buat kamu, Al. Aku kotor, aku_" ucapan Yumna seketika terhenti dan tak berlanjut karena tenggelam dengan suara tangisnya sendiri.
Grepp...
Pelukan hangat tiba-tiba tak disangka oleh Yumna mendarat di tubuhnya dari Alden.
"Terima kasih sudah jujur padaku," bisik Alden penuh kelembutan. Hati Yumna bagai teriris sembilu karena masih mendapatkan kehangatan ini semua dari Alden setelah semua yang terjadi.
☘️☘️
Faktanya, Alden sempat menguping pembicaraan Yumna dan Meka ketika tengah berdebat perihal kesucian Yumna yang terenggut di masa lalu. Namun Alden lebih memilih diam.
Dirinya pun sebenarnya tak terlalu mempermasalahkan kepera_wanan Yumna. Alden tak menyangka jika Yumna memilih jujur padanya.
"Siapa bilang kamu kotor, hem?" bisik Alden penuh kelembutan. Justru semakin membuat Yumna menangis karena Alden masih memberikan cinta dan perhatiannya seperti ini.
"Aku_" ucapan Yumna kembali terjeda.
"Jangan dilanjutkan karena aku tak ingin mendengarnya," bisik Alden. Keduanya masih saling berpelukan hangat di atas ranjang dalam posisi duduk.
"Kalau kamu kotor, lantas aku pantasnya disebut apa?" ujar Alden. "Aku melakukan hal seperti itu sudah sering di masa lalu. Bahkan bukan hanya satu wanita. Jumlah mantanku yang kutiduri, kamu pun tahu seberapa banyak. Manusia sepertiku bukan hanya kotor. Mungkin dianggap sampah atau na_jis. Yumna Salsabila masih sudi menerimaku yang hina dina sampah plus na_jis ini. Lantas, kenapa aku harus memutuskanmu?"
Yumna perlahan melepaskan pelukan Alden. Ia menatap wajah tampan calon suaminya itu lekat-lekat. Yumna melihat tatapan penuh cinta Alden padanya serta kejujuran. Bukan kamuflase atau topeng.
"Kamu bisa nerima aku apa adanya. Lalu, kenapa aku tidak bisa menerima kamu juga? Apa aku tidak boleh mencintai Yumna Salsabila dengan caraku?"
Yumna tak mampu mengeluarkan suaranya. Wajahnya masih sembab penuh air mata yang tak berhenti menetes. Ia hanya bisa menganggukkan kepalanya perlahan pada Alden seraya menggigit bibirnya sendiri guna menahan suara tangisnya.
"Apa boleh?" tanya Alden kembali.
"Bo_leh," jawab Yumna dengan suara terbata-bata.
Alden pun menyeka air mata Yumna yang masih setia menetes dengan jari-jemarinya.
"Jangan nangis. Yumnaku jelek kalau nangis begini. Nanti dikira orang, aku K D R T ke kamu. Masa kita akad nikah di dalam penjara sih!" Yumna pun seketika tersenyum tipis.
"Kalau nikah di penjara, yang repot inde_hoy nya. Nanti kita gelar lapak arisan malam pengantin di mana dong? Masa di dalam sel pake triplek," goda Alden sengaja mencairkan suasana.
PLAKK !!
Seketika Yumna memukul lengan Alden seraya tersenyum sekaligus mengerucutkan bibirnya.
"Nah, gitu dong. Senyum Yumnaku telah keluar kembali setelah beku di dalam kulkas," ujar Alden seraya terkekeh sendiri. "Kalau senyum begini kan cantik jadinya. Kalau nangis, jelek banget kayak soang lagi ngambek!"
"Kok aku dimiripin soang sih!" omel Yumna.
"Iya ya, Mbak penguinku yang cantik jelita seantero hatiku. Anda puas?"
"Penguin?"
"Hem,"
"Mayan lah," respon Yumna. "Kenapa aku digambarkan mirip penguin?" sambungnya.
"Yumnaku itu penguin be_tina. Aku sebagai penguin jan_tannya. Penguin kan hewan yang setia sama satu pasangannya alias mon0gami. Dia enggak ikutan tren poligami dan sejenisnya. Cinta Alden hanya buat Yumna seorang, begitu pun sebaliknya. Deal?"
"Deal," jawab Yumna dengan mantap seraya membalas uluran tangan Alden padanya seperti orang bersalaman untuk saling bersepakat.
"Tadi, aku lihat di meja makan banyak sekali makanan. Kamu yang masak?"
"Iya," jawab Yumna.
"Ayo, makan."
"Tadi Mas dari luar, belum makan kah?"
"Belum. Abisnya sebel sama kamu di telepon tadi pagi jadi seharian ini malas makan. Cuma sarapan doang,"
"Maafin aku ya, Mas."
"Hem,"
"Aku sengaja datang ke sini buat meluruskan kesalahpahaman kita tadi pagi di telepon sekalian kasih kejutan buat kamu. Ya sudah, aku masak makanan kesukaan kamu deh."
"Nanti saja ceritanya habis kita makan. Aku laperr," pinta Alden seraya menggandeng tangan Yumna untuk turun dari ranjang. Lalu keduanya berjalan keluar kamar menuju ke meja makan.
Alden pun makan dengan lahap masakan Yumna. Keduanya makan malam bersama seperti biasa seolah tak terjadi apapun sebelumnya. Saling melempar candaan dan memuji masakan Yumna, itu yang terjadi di meja makan.
Setelah selesai, Alden dan Yumna saling bahu-membahu membersihkan dapur dan meja makan. Yumna mencuci piring dan gelas bekas makan mereka. Sedangkan Alden membantu untuk mengeringkannya.
Setelah beres, mereka pun duduk santai di ruang keluarga sambil menonton film. Minuman dan cemilan sudah disiapkan oleh Yumna.
"Mas,"
"Hem,"
"Kamu enggak tanya soal masa laluku hingga tidak suci lagi?" tanya Yumna yang masih merasa ada ganjalan di hatinya.
"Buat apa?"
"Mungkin kamu ingin tahu," cicit Yumna.
"Jika kamu tak ingin cerita, juga tidak apa-apa. Masa lalumu, itu milikmu sepenuhnya. Karena aku tidak hidup di masa lalumu. Masa depanmu, baru itu milik kita berdua. So, bagiku enggak penting tahu masa lalumu. Dengan siapa kamu melakukan hal itu, di mana, kapan, enggak penting buatku. Masih banyak hal lain yang perlu kita lakukan dan pikirkan untuk menata masa depan daripada mengurusi masa lalu,"
"Tapi aku tetap ingin cerita. Aku enggak mau kalau ada pihak lain yang nantinya bikin cerita versi lain, terus kamu percaya. Ujungnya kita jadi salah paham,"
"Ya sudah, ceritakan. Biar hatimu lega,"
Bersambung...
🍁🍁🍁
semoga Yumna dan Alden tangguh menghadapi cobaan iya yg datang dan Alden mau membantu Yumna mencari ayah kandung Yumna sampai mengesahkan Yumna dan Alden jadi pengantin baru 🤭🥰
lanjut