Sinopsis Satria Lapangan
Pahlawan Lapangan adalah kisah tentang perjalanan Bagas, seorang remaja yang penuh semangat dan berbakat dalam basket, menuju mimpi besar untuk membawa timnya dari SMA Pelita Bangsa ke Proliga tingkat SMA. Dengan dukungan teman-temannya yang setia, termasuk April, Rendi, dan Cila, Bagas harus menghadapi persaingan sengit, baik dari dalam tim maupun dari tim-tim lawan yang tak kalah hebat. Selain menghadapi tekanan dari kompetisi yang semakin ketat, Bagas juga mulai menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Stela, seorang siswi cerdas yang mendukungnya secara emosional.
Namun, perjuangan Bagas tidak mudah. Ketika berbagai konflik muncul di lapangan, ego antar pemain seringkali mengancam keharmonisan tim. Bagas harus berjuang untuk mengatasi ketidakpastian dalam dirinya, mengelola perasaan cemas, dan menemukan kembali semangat juangnya, sembari menjaga kesetiaan dan persahabatan di antara para anggota tim. Dengan persiapan yang matang dan strategi yang tajam,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 26
Quarter ke dua
Setelah jeda istirahat yang cukup singkat, kedua tim kembali memasuki lapangan dengan semangat yang baru. Suasana di tribun penonton semakin memanas, sementara pelatih dari kedua tim terlihat memberikan instruksi terakhir kepada pemain-pemain mereka.
Tim Pelita Bangsa tetap mempertahankan komposisi pemain yang ada, meskipun beberapa pemain terlihat lelah dan kurang fokus. Di sisi lain, tim Setia Bangsa nampak melakukan perubahan strategi dengan mengganti salah satu pemain kunci mereka. Daniel yang sebelumnya mengisi posisi power forward, digantikan oleh Seno yang akan bermain sebagai center. Keputusan ini mengejutkan beberapa penonton, tetapi pelatih Setia Bangsa tampaknya ingin memperkuat lini tengah mereka dengan kehadiran Seno yang memiliki postur tubuh lebih tinggi dan kekuatan fisik yang lebih besar.
Bagas, yang sudah siap di lapangan, memandang tim Setia Bangsa dengan penuh kewaspadaan. Meskipun tim mereka tertinggal cukup jauh, ia merasa lebih percaya diri setelah percakapan dengan pelatih. Kali ini, ia bertekad untuk memimpin tim Pelita Bangsa untuk bangkit kembali. Ia melihat perubahan yang terjadi di tim Setia Bangsa sebagai kesempatan untuk memanfaatkan kelemahan mereka.
Saat peluit tanda dimulainya pertandingan kembali berbunyi, suasana di lapangan semakin tegang. Para pemain kembali mengambil posisi masing-masing, dan pertandingan babak kedua pun dimulai. Tim Pelita Bangsa harus segera menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di tim lawan, dan Bagas sudah siap untuk membuat perbedaan.
Dengan keputusan pelatih yang mengganti Alan dengan Bagas, tim Pelita Bangsa kini memiliki komposisi yang lebih segar. Bagas masuk ke lapangan dengan semangat yang tinggi, seolah siap mengubah jalannya pertandingan. Posisi yang ia ambil kini adalah sebagai pengatur serangan, dan ia langsung berbisik kepada April yang berdiri di dekatnya.
"Fokus di pertahanan, jaga Papa ketat, jangan biarkan dia mudah bergerak," ujar Bagas dengan tegas.
April mengangguk, matanya tajam menatap lawan di depannya, yaitu Papa—pemain jangkung dari Setia Bangsa yang sudah membuat kesulitan bagi tim mereka sejak awal pertandingan. Kali ini, Bagas tahu bahwa kunci kemenangan mereka adalah dapat mengurangi pengaruh Papa di lapangan.
Pertandingan pun kembali dimulai dengan intensitas yang lebih tinggi. Dito dan Dino mulai memanfaatkan kelincahan mereka untuk mencoba menembus pertahanan lawan, sementara Aris berperan penting sebagai pemain yang mengontrol bola dan memberikan dukungan pertahanan. Bagas bergerak cepat mengatur serangan, sesekali mengumpan bola ke Dito dan Dino, mencoba menemukan celah untuk mencetak poin.
Namun, meskipun permainan tim Pelita Bangsa mulai terlihat lebih solid, Setia Bangsa tetap unggul dengan skor 18-6. Tim Setia Bangsa kembali menguasai bola dengan baik, namun kali ini pertahanan Pelita Bangsa yang dipimpin oleh April dan Bagas semakin rapat. Setiap kali Papa mencoba untuk bergerak bebas, April selalu berada di sana, membatasi ruang geraknya, sementara Bagas mengatur tempo permainan dengan lebih tenang.
Sekalipun belum ada perubahan signifikan dalam skor, tim Pelita Bangsa mulai menemukan ritme permainan mereka, dan pelatih terlihat mulai memberi isyarat positif. Kini, mereka hanya perlu tetap fokus dan sabar, karena meskipun tertinggal, permainan masih jauh dari selesai.
Meskipun skor belum banyak berubah, pelatih Pelita Bangsa mulai merasakan ada peningkatan dalam permainan tim mereka. Serangan yang diatur oleh Bagas semakin menunjukkan kemajuan. Ia tampil tenang di bawah tekanan, dengan memberikan umpan-umpan cermat dan mencoba membuka pertahanan Setia Bangsa yang sebelumnya sangat solid.
Bola kini ada di tangan Bagas. Ia memegang bola dengan mantap, matanya memindai setiap celah yang bisa dimanfaatkan untuk menyerang. Dengan percaya diri, Bagas memutuskan untuk langsung menerobos pertahanan lawan, mencoba menembus barisan pemain Setia Bangsa yang menghalangi. Dito dan Dino juga mulai bergerak untuk membuka ruang, namun Bagas tetap memfokuskan serangannya pada ring.
Di detik-detik terakhir, Bagas melakukan langkah nekat. Dengan tubuh terangkat, ia melakukan lay-up, bola meluncur menuju ring. Namun, sebelum bola sempat memasuki keranjang, salah satu pemain Setia Bangsa yang terlambat bereaksi mencoba menyikut tubuh Bagas. Kejadian itu sedikit mengguncang keseimbangan Bagas, namun bola sudah terlebih dahulu masuk ke dalam ring, dan Pelita Bangsa berhasil menambah 2 poin menjadi 18-8.
Wasit segera meniup peluit, mengonfirmasi bahwa poin telah sah, tetapi di saat yang bersamaan, pelanggaran dilakukan oleh pemain Setia Bangsa yang menyikut Bagas. Pelatih Pelita Bangsa segera bangkit, memberi semangat kepada timnya yang mulai terlihat lebih percaya diri. Meski ada pelanggaran yang terjadi, yang jelas Pelita Bangsa berhasil mencetak poin penting, dan kini mereka hanya tertinggal 10 poin.
Bagas berdiri sejenak, menatap ring dengan rasa lega meskipun tubuhnya sedikit kesakitan. April yang melihat kejadian itu memberi tepukan di punggung Bagas, sebagai tanda dukungan. "Bagus Gas, tetap fokus," ujarnya. Bagas hanya mengangguk, mengusap sedikit rasa sakit yang mulai terasa di tubuhnya, namun ia tahu ini adalah langkah pertama untuk kebangkitan tim Pelita Bangsa.
Bola kini ada di tangan wasit, yang mempersiapkan untuk melakukan inbound pass setelah pelanggaran yang terjadi. Bagas berdiri dengan posisi siap, terletak di dalam lingkaran tepat di depan ring. Pemain Pelita Bangsa lainnya sudah siap di luar garis 3 poin, menunggu bola pantul jika tembakan Bagas tidak masuk.
Wasit memberikan isyarat dengan dua jari, lalu menggantinya menjadi satu jari. Ini adalah tanda bahwa tembakan berikutnya dari Bagas akan menjadi kesempatan besar untuk menambah poin bagi tim Pelita Bangsa. Bagas memandang ring dengan fokus, meskipun masih sedikit merasakan sakit dari sikutan sebelumnya, ia tidak membiarkan hal itu mengganggu konsentrasinya.
"Semoga masuk," gumamnya dalam hati, sambil menunggu bola yang akan diberikan kepada dirinya.
Ketika wasit melempar bola ke arah Bagas, semua pemain di luar garis 3 poin bergerak maju, siap untuk merespons jika bola pantul. Dengan cepat, Bagas memantapkan posisinya, memusatkan seluruh perhatian pada bola yang semakin mendekat. Begitu bola berada di tangan Bagas, ia langsung melakukan tembakan melayang ke arah ring, memberikan segala yang ia miliki untuk memastikan Pelita Bangsa kembali menambah poin.
Di tengah ketegangan itu, para pemain Setia Bangsa bergerak dengan cepat untuk menghalangi, namun Bagas tetap tenang. Semua mata tertuju pada bola yang meluncur di udara.
Momen tegang terasa begitu kuat, keringat mengalir deras di wajah Bagas, sementara seluruh mata tertuju padanya. Ia bisa merasakan detak jantungnya yang semakin cepat. Untuk mengusir rasa cemas, ia melantunkan bola ke tangannya beberapa kali, berusaha menenangkan dirinya.
Wasit pun meniupkan peluitnya, memberi tanda bahwa permainan akan berlanjut. Bagas segera mengatur napas, fokus penuh pada tembakan yang akan ia lakukan. Dengan penuh keyakinan, ia melepaskan bola dari tangannya, bola meluncur ke arah ring dengan kecepatan yang membuat penonton menahan napas. Semua pemain, baik dari tim Pelita Bangsa maupun Setia Bangsa, berkumpul di dalam lingkaran garis serang, bersiap untuk berebut bola pantul jika tembakan tersebut meleset.
Namun, bola itu tidak meleset. Dengan sempurna, bola masuk ke dalam ring, menambah angka untuk tim Pelita Bangsa. Seketika itu juga, seluruh tim dan suporter bersorak kegirangan, merayakan keberhasilan yang sudah lama dinanti-nanti. Suasana di lapangan menjadi riuh, namun Bagas tetap tenang. Ia tahu, ini baru langkah pertama.
Wasit kembali memberi isyarat, memberikan satu tembakan tambahan karena pelanggaran yang terjadi sebelumnya. Bagas sekali lagi mempersiapkan dirinya, tidak membiarkan euforia yang baru saja terjadi mengganggu fokusnya. Dengan tenang, ia kembali melepaskan tembakan kedua.
Begitu bola meluncur ke udara, Bagas hanya bisa memantau pergerakannya dengan seksama. Seperti tembakan pertama, bola itu melesat ke dalam ring, dan masuk dengan mulus, menambah satu angka lagi untuk tim Pelita Bangsa. Poin kini berubah menjadi 18-10, dan suasana semakin memanas.
Para pemain Setia Bangsa terlihat mulai kehilangan konsentrasi, sedangkan tim Pelita Bangsa semakin percaya diri. Sorakan semakin keras, sementara Bagas tetap menjaga ketenangannya, tahu bahwa ini baru awal dari perlawanan yang akan menentukan.