Laila, seorang gadis muda yang cerdas dan penuh rasa ingin tahu, tiba-tiba terjebak dalam misteri yang tak terduga. Saat menemukan sebuah perangkat yang berisi kode-kode misterius, ia mulai mengikuti petunjuk-petunjuk yang tampaknya mengarah ke sebuah konspirasi besar. Bersama teman-temannya, Keysha dan Rio, Laila menjelajahi dunia yang penuh teka-teki dan ancaman yang tidak terlihat. Setiap kode yang ditemukan semakin mengungkap rahasia gelap yang disembunyikan oleh orang-orang terdekatnya. Laila harus mencari tahu siapa yang mengendalikan permainan ini dan apa yang sebenarnya mereka inginkan, sebelum dirinya dan orang-orang yang ia cintai terjerat dalam bahaya yang lebih besar.
Cerita ini penuh dengan ketegangan, misteri, dan permainan kode yang membawa pembaca masuk ke dalam dunia yang penuh rahasia dan teka-teki yang harus dipecahkan. Apakah Laila akan berhasil mengungkap semuanya sebelum terlambat? Atau akankah ia terjebak dalam jebakan yang tak terduga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faila Shofa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bayangan
Bel masuk berbunyi, menandakan jam pelajaran berikutnya. Namun, suasana kelas mereka terasa lebih sunyi dari biasanya. Saat guru tengah menerangkan pelajaran, seorang siswa dari kelas lain tiba-tiba mengetuk pintu.
“Pak, saya mau nyampaikan sesuatu,” katanya dengan suara bergetar.
Guru menghentikan penjelasannya dan mengangguk. “Apa yang terjadi?”
“Ada pesan aneh lagi di papan pengumuman. Semua murid panik.”
Seluruh kelas langsung riuh, termasuk Laila dan teman-temannya. Mereka menatap satu sama lain dengan cemas sebelum mengikuti guru keluar menuju area papan pengumuman.
Di sana, tertempel secarik kertas besar bertuliskan:
“Bayangan akan menghilang saat malam tiba.”
“Kode lagi,” bisik Keysha.
Namun, Rifki tampak pucat. Ia menunjuk sesuatu yang kecil di pojok kertas. Ada angka dan huruf yang disusun seperti koordinat:
“10.7S, 106.8E.”
“Apa ini koordinat?” tanya Laila, menyipitkan mata.
“Sepertinya iya. Kalau benar, kita harus cari tahu apa lokasinya,” Rifki menjawab sambil buru-buru mencatat koordinat itu di ponselnya.
Sepulang sekolah, mereka berkumpul di rumah Laila untuk memecahkan arti dari koordinat itu. Dengan bantuan internet, Rifki memasukkan angka tersebut ke peta online. Lokasi yang muncul membuat mereka semakin bingung.
“Ini… area taman tua yang udah ditutup bertahun-tahun,” kata Rifki.
“Taman dekat sekolah?” tanya Rio.
Rifki mengangguk. “Iya. Apa kalian masih inget cerita soal taman itu? Katanya, ada kecelakaan yang bikin tempat itu ditutup.”
“Aku pernah dengar,” Keysha menyahut. “Tapi nggak pernah tahu detailnya.”
“Kalau ini ada hubungannya, kita harus ke sana malam ini,” kata Laila dengan nada tegas.
“Apa kamu serius?” Keysha menatap Laila dengan ragu.
“Mau sampai kapan kita dikejar-kejar teka-teki tanpa jawaban? Ini kesempatan kita buat menyelesaikan semuanya,” Laila meyakinkan.
Akhirnya, mereka semua setuju untuk bertemu di taman itu setelah maghrib, meskipun rasa takut terus membayangi mereka.
Malam itu, suasana taman tua terasa lebih menyeramkan dari yang mereka bayangkan. Cahaya bulan yang temaram membuat bayangan pepohonan tampak seperti sosok-sosok yang mengintai.
“Ini ide yang buruk,” gumam Rio sambil menggenggam senter dengan erat.
“Diam aja, Rio. Kita nggak bisa mundur sekarang,” balas Keysha sambil memperhatikan sekeliling.
Mereka berjalan pelan menyusuri jalan setapak yang sudah ditutupi lumut dan dedaunan kering. Hingga akhirnya, Rifki menemukan sesuatu yang mencurigakan.
“Lihat ini,” katanya sambil menunjuk ke arah patung rusak di tengah taman. Di bawahnya, ada kotak kecil yang terlihat sengaja disembunyikan.
Rio membantu Rifki mengangkat kotak itu. Ketika dibuka, isinya adalah lembaran kertas tua dengan tulisan tangan:
“Saat cahaya menghilang, hanya kegelapan yang akan mengungkap kebenaran.”
“Kita harus ngapain dengan ini?” tanya Keysha, bingung.
Laila memandangi sekeliling dengan senter. “Cahaya menghilang… mungkin kita harus matikan semua senter dan biarkan gelap total.”
Mereka memutuskan untuk mengikuti petunjuk itu. Saat semua senter dimatikan, suasana menjadi sunyi mencekam. Namun, di tengah kegelapan, mereka melihat sesuatu yang bersinar samar di tanah.
“Apa itu?” bisik Rio, nyaris tak terdengar.
Rifki mendekati sumber cahaya itu dan menyentuhnya. “Ini… pesan lagi!”
Tulisan itu terukir dengan cahaya fosfor:
“Seseorang di antara kalian menyembunyikan kebenaran.”
Kata-kata itu membuat mereka terdiam. Kecurigaan mulai muncul di antara mereka.
“Ini nggak masuk akal,” gumam Keysha.
“Tunggu. Jangan-jangan ini cuma trik buat memecah belah kita,” kata Laila mencoba menenangkan.
“Tapi kenapa mereka menulis begitu?” Rio mendesak.
Rifki mengambil napas dalam. “Kita nggak akan tahu sampai kita memecahkan teka-teki berikutnya. Kita harus tetap bersatu.”
Keheningan malam semakin mencekam. Di tengah taman yang gelap gulita, keempat sahabat itu berdiri di sekitar kotak yang baru saja mereka temukan. Pesan fosfor yang bersinar samar-samar di tanah terasa seperti ancaman yang mengintai mereka dari dalam kegelapan.
“Ada yang nggak beres,” kata Rifki pelan, matanya penuh keraguan.
“Jangan-jangan, ini ada hubungannya sama orang yang nyerahin foto-foto itu,” Laila berujar, mencoba mencerna setiap petunjuk yang mereka temukan.
Rio mengangguk pelan, “Tapi apa maksudnya ‘seseorang di antara kalian menyembunyikan kebenaran’? Kenapa harus kita?”
Keysha yang sejak tadi terdiam, menyentuh kertas yang mereka temukan. “Mungkin kita nggak bisa percaya semuanya yang terlihat. Mungkin ada sesuatu yang lebih gelap, sesuatu yang tersembunyi,” katanya.
Laila mengamati wajah sahabat-sahabatnya. Ada ketegangan yang tebal di udara. Teka-teki ini memang semakin rumit, dan rasa takut semakin menggerogoti mereka. Tapi Laila tahu mereka tidak bisa mundur. Mereka sudah terlalu jauh masuk ke dalam misteri ini.
“Kalau ada yang disembunyikan, kita harus cari tahu. Tapi harus hati-hati. Kita nggak tahu siapa yang sebenarnya mengatur semuanya,” Laila berkata tegas.
“Apa kita terus cari petunjuk?” Rio bertanya, masih ragu.
“Gak ada pilihan lain,” jawab Rifki mantap. “Kita harus temukan siapa yang nyembunyiin kebenaran itu.”
Keesokan harinya, mereka kembali ke sekolah dengan pikiran penuh. Meskipun mereka baru saja menemukan petunjuk baru, ketidakpastian masih menggelayuti hati mereka. Keempat sahabat itu berkumpul di taman belakang sekolah, jauh dari perhatian teman-teman lainnya.
“Apakah kita sudah pernah lihat hal aneh lainnya di sekolah?” tanya Keysha. “Mungkin ada petunjuk lain yang terlewat.”
“Gak ada salahnya kalau kita coba lihat lagi papan pengumuman,” Rifki berkata. “Mungkin ada yang lain, atau mungkin mereka akan kirim pesan lebih lanjut.”
Mereka berjalan menuju ruang kosong di sudut sekolah yang jarang dilalui orang. Di sana, papan pengumuman yang biasa terisi informasi sekolah tampak kosong, hanya ada satu lembaran yang terpasang dengan cepat, seakan baru saja dipasang.
Laila mendekat dan membaca tulisan di kertas itu:
"Mereka yang mencoba mengungkap kebenaran, akan terjerat dalam permainan yang lebih besar."
Laila terdiam sejenak. “Ini… peringatan, kan?”
“Peringatan apa? Kebenaran yang dimaksud siapa? Kita? Atau orang lain?” Keysha bertanya dengan gugup.
“Aku rasa ini petunjuk baru,” Rifki berkata. “Tapi, ini mengarah ke apa, kita masih belum tahu.”
Malam itu, mereka kembali berkumpul di rumah Laila. Semua yang mereka temukan masih terasa belum cukup untuk membongkar teka-teki ini sepenuhnya. Rifki menatap ponselnya, mencerna petunjuk yang mereka temukan di papan pengumuman dan juga pesan dari malam sebelumnya.
“Taman ini… mungkin bukan hanya sekedar tempat. Mungkin itu tempat yang penting untuk sesuatu yang lebih besar,” Rifki berkata sambil menganalisa ulang koordinat yang mereka temukan.
“Jadi, kita harus ke sana lagi?” Keysha bertanya.
“Jangan langsung kesana dulu,” jawab Laila. “Kita harus lebih hati-hati sekarang. Jangan sampai kita terjebak.”
Mereka duduk bersama, memikirkan langkah selanjutnya. Waktu semakin sempit, dan semakin banyak pertanyaan yang muncul tanpa jawaban.
Di tengah kebingungan, tiba-tiba ponsel Laila berdering. Itu pesan dari nomor yang tidak dikenal.
"Laila, hati-hati dengan siapa yang kamu percayai. Mereka ada di dekatmu."
Pesan itu membuat Laila kaget. "Apa maksudnya?" Laila bergumam, hampir tak percaya.
Keysha menatap Laila dengan khawatir. “Apa itu? Dari siapa?”
Laila hanya terdiam. Pesan itu terasa mengancam, dan membuatnya semakin bingung tentang siapa yang bisa dipercaya. Seseorang di antara mereka pasti tahu lebih banyak, atau mungkin seseorang yang lebih dekat dengan mereka yang terlibat dalam permainan ini.
Malam itu, setelah mendapatkan pesan yang tak terduga, Laila dan teman-temannya merasa terpojok. Mereka tahu bahwa mereka sedang dikejar-kejar oleh sesuatu yang jauh lebih besar dan lebih gelap dari yang mereka kira.
"Apa kalau kita nemuin siapa yang terlibat, kita bisa berhenti?" Keysha bertanya, matanya tajam menatap Laila.
Laila menggelengkan kepala. “Aku nggak yakin. Semua ini… semua yang terjadi… ada alasan yang lebih besar. Kita harus selesaiin ini sampai akhir.”
“Dan kalau kita gagal?” Rio bertanya.
Laila menatap temannya satu per satu, “Kalau kita gagal, mungkin semua ini akan berakhir lebih buruk.”
Dengan langkah hati-hati, mereka melanjutkan pencarian mereka. Langit semakin gelap, namun teka-teki ini masih jauh dari selesai. Kebenaran semakin kabur, dan mereka terjebak dalam permainan yang lebih besar dari yang mereka bayangkan.
apa rahasianya bisa nulis banyak novel?