Mayang terpaksa harus menikah dengan Randi. Ia di jodohkan oleh ibu tiri nya pada pria arogan dan tempramen itu, demi bisa melunasi hutang kakak tiri nya bernama Sonya pada Randi.
Mayang menempati rumah orang tua Randi dan satu rumah dengan mertua juga kakak ipar nya yang sudah menikah.
Selama ini Mayang selalu di perlakukan semena-mena oleh suami dan keluarga suaminya. Kecuali Rion yang merupakan suami Lia, kakak ipar Randi.
"Mayang, kenapa kamu tidur di teras? Ayo masuk, disini dingin. Apa Randi yang melakukan ini?" ajak Rion, yang baru pulang dari bekerja. Ia terkejut melihat Mayang yang tidur meringkuk diatas lantai teras.
Mayang yang kaget mendengar suara bariton milik kakak iparnya langsung duduk dan menunduk malu. "Nggak papa mas! Aku takut mas Randi akan memarahiku, jika aku memaksa masuk dan tidur di dalam."
"Keterlaluan sekali Randi, bisa-bisa nya menyuruh istrinya tidur di luar, padahal di luar hujan deras." Rion menggertakkan rahangnya hingga menegas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Surat?" Cicit Mayang.
Deon mengangguk dengan senyum tulus.
"Aku nggak tau kamu kirim surat De." Jawab Mayang yakin.
"Aku berani sumpah May, aku kasih surat itu ke Sonya. Dia bilang akan menyampaikan suratku ke kamu."
Mayang menggertakkan rahangnya karena pasti Sonya sengaja mengadu domba nya dan Deon, hingga ia membulatkan tekadnya untuk mengakhiri hubungannya dan Deon.
Mayang kembali mengingat saat itu Sonya mengatakan, bertemu Deon dengan seorang wanita hamil di mall, mereka berbelanja perlengkapan bayi. Sonya juga mengatakan jika Deon terlihat mesra dengan wanita hamil itu.
"Entahlah De, aku tidak tau harus mempercayai siapa." putus Mayang.
Deon merasa kecewa karena Mayang tidak mempercayai ucapannya. Ia menjatuhkan bahunya lemas dan mengusap kasar wajahnya.
"Aku berani bersumpah May kalau aku,,,"
"De!" putus Mayang. Ia menggenggam telapak tangan Deon. Dan menatapnya dengan intens.
"Dengarkan aku baik-baik."
Deon mengangguk.
"Jangan potong perkataanku sebelum aku selesai berbicara."
Deon mengangguk lagi.
"De! Aku sudah pernah menikah!"
"Hah!" Deon terkejut dan mendelikkan matanya.
"Jangan potong aku De." kata Mayang, karena Deon membuka suara.
"Kamu nggak salah dengar! Aku sudah pernah menikah, pernikahanku bertahan selama 1 tahun. Dan saat ini aku sudah bercerai. Aku janda De."
Deon mengeratkan genggaman tangannya pada telapak tangan Mayang, karena Mayang akan menarik tangannya.
"May Aku tidak perduli meskipun kamu janda sekalipun menikahlah denganku May!" ucap Deon tanpa jeda.
Mayang menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis. "Maaf De! Aku tidak bisa."
"Kenapa!" tanya Deon frustasi. Hingga suaranya sedikit meninggi.
"Aku sudah memiliki pria lain, pria yang sudah banyak membantuku di masa tersulitku." jawab Mayang pelan, namun mampu menembus relung hati Deon terdalam.
Deon menatap Mayang dengan mata berkaca-kaca. Wajahnya yang putih sampai menjadi merah karena menahan tangis. Ia benar-benar masih sangat mencintai Mayang.
Selama ini selalu mencari keberadaan Mayang. Ketika ayah Mayang meninggal, ia sedang di tugaskan di Singapura, untuk menangani proyek besar dan membuatnya harus menetap di sana selama beberapa tahun.
Saat ini dirinya sudah di mutasi kembali ke indonesia. Dan kembali mencari Mayang, namun sayang. Pertemuannya dengan Mayang membuatnya harus menelan pil pahit.
Karena Mayang sudah bersama dengan pria lain.
"May! Aku masih sangat mencintaimu!" ucap Deon lemah, dengan suara parau.
"De, aku tidak bisa meninggalkan priaku. Karena,,,"
"Karena apa May, aku lebih mencintaimu. Kamu bisa adu rasa cintaku dan cintanya."
"Aku selama ini masih berharap kita bisa bersama lagi."
"Maaf De, aku tidak bisa." Mayang menggelengkan kepalanya pelan.
"May,,,"
"De! Tolong!" pinta Mayang memohon.
Deon mengangguk perlahan, dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Setelah itu tersenyum kecut dan menyandarkan bahunya pada kursi.
Mengangguk-anggukkan kepalanya dengan senyum miris. "Oke! Baiklah!" Kata Deon dengan merentangkan kedua tangannya, lalu menepuk kedua pahanya.
Mayang menyeruput Lemon ice nya, kemudian menatap Deon yang terlihat frustasi.
"De! Aku yakin, kamu akan menemukan wanita yang tepat untuk menjadi pendampingmu." kata Mayang kemudian.
Deon tersenyum dan mengangguk angguk. "Siapa pria itu?" Tanya Deon penasaran.
Mayang menatap wajah Deon, mencari luka terpendam. Ia tak akan sanggup mengatakannya, karena takut kembali melukai Deon.
"Kamu nggak kenal." jawab Mayang.
"Aku tau, tapi bisa kan kamu mengenalkan kami. Aku harus memastikan pria itu adalah pria yang tepat untukmu."
"Dia pria yang baik De, bahkan dia yang membantuku terlepas dari mantan suamiku dan keluarganya."
"Maksudmu?" Deon penasaran dengan apa yang Mayang katakan.
"Dulu aku menjadi korban kdrt oleh suamiku dan keluarganya, pria itu membantuku terlepas dari mereka."
Deon menatap iba pada Mayang.
Mayang tersenyum dan memukul kening Deon.
"Aku sudah baik-baik saja, karena pria ini yang sudah menyelamatkan hidupku. Jika tidak ada dia, mungkin aku sudah mati karena bunuh diri." jawab Mayang.
"Ceritakan tentang masa lalumu May!" pinta Deon.
"Tidak ada yang istimewa De, papa meninggal. Setelah itu kakak ibu tiriku merebut harta peninggalan papa, mereka memaksaku menikah dengan pria arogan itu. Agar bisa menikmati harta papa tanpa aku."
"Pria itu adalah suami dari kakak mantan suamiku. Kami tinggal satu atap di rumah mertuaku, dia tau jika suamiku dan keluarganya selalu melakukan kekerasan padaku."
"Dan dia bersedia membantuku keluar dari rumah itu, membantuku mengajukan gugatan cerai. Dan disinilah aku saat ini." akhir kata, Mayang menggedikan bahunya. Ia kembali menyesap Lemon ice nya.
"Jadi dia suami kakak iparmu?" tanya Deon.
Mayang tersenyum, mengangguk kemudian menggeleng.
Deon mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu? Iya atau tidak?"
Mayang tertawa mendengar pertanyaan Deon.
"Hahaha! Iya dulu kami saudara ipar, tapi saat ini kami sudah sama-sama bercerai." jawab Mayang.
"Janda dan duda?" ucap Deon terkekeh.
Mayang kembali terkekeh dan menutup mulutnya dengan telapak tangan.
"Hot bukan!" Sahut Mayang.
Kemudian mereka berdua tertawa bersama.