Damarius Argus Eugene (22 tahun), seorang Ilmuwan Jenius asli Roma-Italia pada tahun 2030, meledak bersama Laboratorium pribadinya, pada saat mengembangkan sebuah 'Bom Nano' yang berkekuatan dasyat untuk sebuah organisasi rahasia di sana.
Bukannya kembali pada Sang Pencipta, jiwanya malah berkelana ke masa tahun 317 sebelum masehi dan masuk ke dalam tubuh seorang prajurit Roma yang terlihat lemah dan namanya sama dengannya. Tiba-tiba dia mendapatkan sebuah sistem bernama "The Kill System", yang mana untuk mendapatkan poin agar bisa ditukarkan dengan uang nyata, dia harus....MEMBUNUH!
Bagaimanakah nasib Damarius di dalam kisah ini?
Apakah dia akan berhasil memenangkan peperangan bersama prajurit di jaman itu?
Ikuti kisahnya hanya di NT....
FYI:
Cerita ini hanyalah imajinasi Author.... Jangan dibully yak...😀✌
LIKE-KOMEN-GIFT-RATE
Jika berkenan... Dan JANGAN memberikan RATE BURUK, oke? Terima kasih...🙏🤗🌺
🌺 Aurora79 🌺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora79, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
R.K.N-24 : PERSAHABATAN...
...----------------...
Setelah percakapan terakhir itu, Gildas menjadi terbiasa mampir ke rumah sakit dalam perjalanannya melihat Obesilus. Waktunya bertepatan dengan Damarius yang mengganti perban pembalut bahu si pemburu itu.
Sedikit demi sedikit, berkembanglah persahabatan di antara ketiganya. Sehingga si pemburu yang awalnya pendiam dan tertutup itu mulai merasa bebas dan banyak bicara kepada dua orang pemuda Romawi tersebut.
Sampai pada akhirnya, luka-luka gigitan serigala pada bahu si pemburu itu akhirnya menjadi bersih dan sembuh total. Sehingga pada suatu hari, Damarius berkata dengan tenang.
"Lihatlah, sudah selesai! Luka-mu tidak memerlukan salep atau perban lagi..." ujar Damarius antusias.
Si pemburu itu memandangi bekas lukanya yang berwarna merah dadu itu, lalu dia berkata....
"Ceritanya akan berbeda jika aku bertemu serigala itu setahun atau beberapa bulan lalu..." ujar si pemburu tersebut.
"Hah?! Kenapa bisa begitu? Aku bukanlah penyembuh pertama di sini....di Tembok Perbatasan Magnis ini..." ujar Damarius santai.
"Na-(No)... Dan Senturion Gildas juga bukan Komandan pertama di Tembok Perbatasan Magnis ini..." ujar si pemburu itu.
"'Keluar kamu, an-jing...! Keluar kamu ke atas tumpukkan kotoranmu itu...!' Itu adalah ucapan yang dikatakan oleh Komandan terakhir sebelum Senturion Gildas kepadaku. Kami tidak pernah bisa mendekati Sang Penyembuh, seandainya pun mau..." ujar si pemburu itu bercerita.
Si pemburu itu memandang Damarius, lalu ke arah Gildas yang sedang berdiri di ambang pintu.
"Menurutku, Kaisar Carausius-mu itu sudah memilih pemuda-pemuda yang baik untuk dikirim ke sini..." ujar si pemburu itu.
"Hehehe...kamu keliru, Sobat! Kaisar Carausius tidak menugaskan kami ke pos jaga yang terpencil dan terkutuk ini karena kehebatan kami..." sahut Gildas sambil terkekeh pahit.
"Benar begitukah...?" tanya si pemburu itu.
Dia mengamati raut wajah mereka dengan serius.
"Tapi aku rasa....seseorang tidak selalu bisa melihat dengan jelas, apa yang ada dibalik tindakan Sang Maharaja...." ujar si pemburu itu kembali.
SREEK!
Si pemburu itu bangkit dari duduknya, dan beralih pada sesuatu yang dia bawa bersamanya. Sesuatu yang setengah tersembunyi di balik kain kotak-kotak berlipit yang dia pakai.
"Sa....Sa...(Ya...Ya...), itu kemungkinan besarnya...! Oh, iya...kemarin kalian bilang belum pernah melihat salah satu Lembing-Perang besar kami, bukan? Oleh karena itu, aku membawa milikku...ratu diantara para lembing-lembing perang besar kami! Kalian bisa melihat benda yang tidak akan pernah aku perlihatkan kepada orang lain dengan damai seperti ini..." ujar si pemburu itu kepada Damarius dan Gildas.
SREEET!
TRAAAK!
Si pemburu itu berpaling pada cahaya yang terlihat dari sebuah jendela yang tinggi.
"Lihatlah! Bukankah dia terlihat...cantik?!" ujar si pemburu itu antusias.
Sebuah lembing besar diletakkan oleh pemburu itu di tangan Damarius, itu adalah sebuah senjata terindah yang pernah Damarius lihat.
Mata lembingnya panjang dan ramping seperti api...api perak gelap di dalam cahaya malam yang sejuk.
Ujung bawahnya diberi pemberat berupa bola perunggu sebesar buah apel dan dihiasi oleh enamel berwarna biru dan hijau yang terindah.
Sedangkan disekeliling leher lembing tersebut yang tepatnya persis di bawah mata lembingnya, terdapat kerah dari bulu-bulu angsa liar.
Terlihat Indah dan...mematikan!
CRAK!
CRAK!
SYUUT!
SYUUT!
Damarius menguji bobot lembing perang yang berada di tangannya dengan cara menaik-turunkan serta memutarnya. Dia bisa merasakan jika benda itu memang luar biasa...berat!
Akan tetapi, benda itu memiliki sebuah keseimbangan yang sempurna. Sehingga orang yang menggunakannya tidak akan memperhatikan bobotnya yang berat.
"Ini memang RATU di antara lembing-lembing yang lainnya!" seru Damarius antusias.
Lalu Damarius meletakkan benda itu di tangan Gildas yang menjulur dengan bersemangat.
"Ah, indah sekali...!!" seru Gildas lembut.
CRAK!
CRAK!
SYUUT!
SYUUT!
Gildas juga menguji lembing itu dengan gerakan yang sama dengan Damarius tadi. Lalu jemari tangannya menelusuri sepanjang mata lembing itu.
"Membawa benda ini ke dalam pertempuran, akan sama seperti membawa petir di tangan.." ujar Gildas kagum.
"Ya, memang seperti itu. Tapi aku belum pernah membawanya kembali ke dalam pertempuran semenjak mengikuti Kaisar kecil-mu itu ke Selatan, sekitar tujuh musim panas yang lalu...." ujar si pemburu itu.
"Dan...ya...aku tetap menggosok mata lembing itu agar tetap tajam dan memberinya kerah-kerah baru dari bulu angsa liar pada setiap musim panas. Tapi, sudah tujuh kerah semenjak bulu-bulu putih itu berubah...merah!" tambah si pemburu itu menjelaskan.
Nada suara si pemburu itu terdengar sedikit menyesal, ketika dia mengambil kembali harta berharganya itu.
SREET!
Kepala Gildas tersentak kaget, dan kedua alisnya yang terangkat tinggi itu berkedut ketika mendengar ucapan si pemburu tersebut.
"Jadi....kamu pernah berjalan bersama Kaisar Carausius? Bagaimana bisa...?" tanya Gildas bertubi-tubi.
Lalu, mulailah si pemburu itu bercerita...
"Itu saat dia pertama kali mendarat. Dia mendarat di sana, di antara pegunungan di Selatan dan Barat. Di antara Luguvalium dan Padang Pasir Besar..." ujar si pemburu.
Si pemburu itu bersandar pada lembingnya, dia mendadak bersemangat dengan ceritanya.
"Lelaki bertubuh kecil....lelaki bertubuh kecil yang sangat hebat! Dia mengumpulkan semua Kepala-Suku dari Suku Barajah, Kepala Suku Dalriad, dan Kepala Suku dari Erin. Dia mengumpulkan mereka semua di antara pegunungan dan berbicara mendalam dengan mereka."
"Pertama-tama, kami semua mendengarkan ceritanya...karena dia berasal dari dunia kami, yaitu Curoi-An-jing Darat...sebelum dia kembali pada bangsa ayahnya dan menjadi Carausius, serta bagian dari Roma..."
"Kami mendengarkan dia, karena dia adalah dirinya sendiri. Dia membuat perjanjian dengan para RAJA dari kaumku dan para RAJA dari kaum Suku Barajah. Saat dia berbalik ke Selatan bersama para Pejuang Laut yang berasal dari Armadanya, banyak dari kami yang mengikutinya."
"Aku juga mengikuti dirinya, di antara Suku Barajah. Aku bersama dengan dirinya, saat dia menghadapi lelaki itu. Quintus Bassianus, yang mereka bilang adalah Gubernur Inggris, di Eburacum-nya Pasukan Elang...."
"Itu adalah pertempuran hebat! Aiee...! Pertempuran yang sangat hebat! Dan ketika berakhir, Quintus Bassianus menjadi santapan para gagak hitam...dan tidak ada lagi Gubernur Inggris!"
Setelah itu, Carausius berjalan ke arah Selatan. Dan tentara Quintus Bassianus yang tersisa, berjalan bersamanya dengan gembira. Sedangkan aku dan sebagian besar kaumku kembali ke wilayah-wilayah perburuan kami masing-masing."
"Sesekali kami mendengar dari balik semak *heat**her*, bagaimana Carausius menjadi Kaisar Inggris. Dan bagaimana dia bersatu dengan Kaisar Maximilian dan Kaisar Diocletian untuk memimpin Roma. Kami mengingatnya sebagai seorang lelaki bertubuh kecil yang sangat hebat di antara pegunungan. Dan kami tidak heran dengan semua pencapaiannya itu..." ujar si pemburu itu mengakhiri ceritanya.
Ada keheningan sejenak setelah pemburu itu mengakhiri ceritanya.
TAP!
TAP!
TAP!
Pemburu itu berjalan ke arah ambang pintu yang terbuka, lalu dia berhenti dan membalikkan badannya dengan kepala dimiringkan dan wajah serius. Lalu dia berkata kepada Damarius dan Gildas sebelum dirinya melangkah pergi....
"Seandainya kalian ingin pergi berburu...kapan saja....sampaikan berita di kota, bahwa kalian mencari Eudocia-Si Lembing. Jika aku menerima pesan itu, aku pasti akan datang!"
TAP!
TAP!
TAP!
...****************...
mampir juga ya dikarya aku jika berkenan/Smile//Pray/