9
Pernikahan adalah cita-cita semua orang, termasuk Dokter Zonya. Namun apakah pernikahan masih akan menjadi cita-cita saat pernikahan itu sendiri terjadi karena sebuah permintaan. Ya, Dokter Zonya terpaksa menikah dengan laki-laki yang merupakan mantan Kakak Iparnya atas permintaan keluarganya, hanya agar keponakannya tidak kekurangan kasih sayang seorang Ibu. Alasan lain keluarganya memintanya untuk menggantikan posisi sang Kakak adalah karena tidak ingin cucu mereka diasuh oleh orang asing, selain keluarga.
Lalu bagaimana kehidupan Dokter Zonya selanjutnya. Ia yang sebelumnya belum pernah menikah dan memiliki anak, justru dituntut untuk mengurus seorang bayi yang merupakan keponakannya sendiri. Akankah Dokter Zonya sanggup mengasuh keponakannya tersebut dan hidup bersama mantan Kakak Iparnya yang kini malah berganti status menjadi suaminya? Ikuti kisahnya
Ig : Ratu_Jagad_02
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Musik dansa yang mengalun indah membuat semua pasangan begitu menikmati gerakan dansa mereka. Namun tidak dengan Sean dan Zonya yang justru terlihat melakukannya gerakan dansa dengan begitu kaku. Bahkan, sepanjang gerakan dansa yang mereka lakukan, Zonya terus menunduk, menyembunyikan wajahnya yang mungkin sudah memerah karena untuk pertama kalinya berdansa, apalagi bersama laki-laki yang merupakan suaminya sendiri
"Cium... Cium... Cium..."
Seruan MC diikuti tamu undangan yang lain, membuat Zonya menegakkan kepalanya. Ia melihat ke tengah lantai dansa, terlihat sepasang pengantin yang sedang berciuman. Disamping kiri dan kanan juga terlihat sama, pasangan dansa itu terlihat saling berciuman. Lalu tatapannya berlabuh pada Sean yang sudah menatapnya sedari tadi
"Terima kasih..." ucapan MC berhasil memutus tatapan Sean dan Zonya, karena ternyata acara dansa telah berakhir, bahkan pasangan pengantin 'pun sudah kembali ke kursi pelaminan
"Ayo" Sean menggandeng tangan Zonya untuk pergi dari lantai dansa, tapi mereka kembali menghentikan langkah saat mendengar interupsi dari MC
"Khusus untuk pasangan yang ini" tunjuk MC pada Sean dan Zonya "Tadi sepertinya belum berciuman ya? Bagaimana kalau kita minta berciuman sekarang?"
Sean dan Zonya saling lirik. Saat ini hanya ada mereka berdua di lantai dansa, sedangkan pasangan yang tadi bersama mereka di lantai dansa terlihat sudah menepi di pinggir dan bersorak menyerukan kata cium yang diikuti oleh yang lain. Hingga ballroom mewah itu menjadi riuh karena para tamu undangan menyerukan kata cium bersama-sama
"Ayo cium... cium... cium..."
Sean menjadi dilema. Ia ingin membawa Zonya pergi dari sana. Tapi lautan manusia yang mengerumuni mereka membuatnya pasti akan kesusahan. Terlebih, saat ini mereka menjadi pusat perhatian, dan jika ia menarik Zonya pergi dari lantai dansa, maka tidak menutup kemungkinan akan ada berita miring mengenai pernikahannya dan Zonya
"Mas..." panggil Zonya panik
"Tidak apa-apa" entah dorongan dari mana, Sean menarik kedua pundak Zonya hingga keduanya saling berhadapan, dan seakan ada yang mendorong, Sean mulai memajukan tubuhnya menjadi lebih dekat dengan Zonya
"Mas..."
"Rileks Zoe"
"Tapi..."
"Cium... cium... cium..."
Zonya menatap semua orang yang saling bersahutan menyoraki mereka. Hingga matnya berhenti pada seseorang yang berada disamping MC. Anggi? Ya, Zonya yakin bahwa wanita itu adalah Anggi. Itu artinya apa yang tadi ia lihat adalah nyata, bukan sekedar halusinasi. Ia langsung mengalihkan pandangan untuk melihat Sean dan memberitahu laki-laki itu mengenai apa yang ia lihat. Namun sesuatu terjadi diluar kendali
Cup
Tubuh Zonya menegang dengan mata melotot saat bibirnya bersentuhan secara langsung dengan bibir milik Sean. Ditambah sorakan riuh dari tamu undangan yang menyaksikan membuat dadanya kian terasa berdebar. Matanya tak teralihkan dari wajah Sean yang sama sekali tidak berjarak dengannya. Dapat ia lihat kedua mata laki-laki itu yang terpejam, dengan tautan bibir mereka yang masih belum terlepas
"Terima kasih... Ini si Bapak semangat sekali sepertinya sampai tidak dilepas-lepas" goda MC disambut tepuk tangan dan tawa dari yang lain
Sean menjauhkan tubuhnya dari Zonya dengan sedikit salah tingkah. Ia lantas menggandeng tangan Zonya dan menarik Zonya pergi dari sana. Sepanjang mereka berjalan, masih ada saja tamu-tamu yang berbisik mengenai mereka, bahkan tak jarang ada yang secara terang-terangan mengatakan bahwa mereka adalah pasangan romantis
*
"Maaf" ucap Sean saat mereka telah kembali ke mobil
Tidak ada jawaban yang bisa Zonya ucapkan selain mengangguk canggung. Karena bagaimanapun, hal yng beberapa waktu lalu terjadi itu adalah hal pertama bagi Zonya. Apalagi disaksikan oleh ribuan manusia. Tentu saja, sebab acara yang mereka datangi adalah acara pernikahan anak pengusaha terkenal, dan tamu undangannya mencapai angka ribuan
Mobil Sean melaju untuk kembali pulang. Sepanjang jalan, tidak ada lagi pembicaraan antara mereka. Hingga akhirnya, mobil 'pun tiba di pelataran rumah mereka
"Tuan... Nyonya..." sapa Mbok Ijah
"Malam Mbok" sapa Zonya. Sedangkan Sean sudah melenggang masuk tanpa menjawab sapaan Mbok Ijah "Nai di mana, Mbok?"
"Non Nai barusaja tidur Nya"
"Tidak rewel 'kan?"
"Tidak Nya, Non Nai cukup anteng tadi"
"Syukurlah. Kalau begitu, aku ke kamar dulu Mbok"
Zonya langsung masuk ke kamar dan mengunci pintu kamarnya. Ia memegangi dadanya yang masih saja berdegup kencang, padahal tragedi itu sudah terjadi beberapa jam yang lalu, tapi dadanya masih saja bertalu-talu, seakan ada gendang yang sengaja ditabuh didalam sana. Ia memejamkan mata dan menghembuskan napas berulang kali demi mengurai debaran itu
"Astaga, kenapa rasanya jadi seperti gadis perawan yang kehilangan ciuman pertamanya begini? Ish tapi 'kan ini memang ciuman pertamaku. Aduh bagaimana ini?" Zonya gusar sendiri memikirkan ciuman pertamanya yang berlabuh pada mantan kakak iparnya sendiri. Ets ralat, saat ini sudah menjadi suami, bukankah seharusnya itu wajar?
Huh...
Zonya terus mengatur napasnya. Begitu cukup, ia langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tidak lama, acara bersih-bersihnya 'pun selesai. Ia lekas naik ke ranjang dan bergabung bersama Naina untuk tidur. Walaupun ia sendiri tak tahu, apakah akan bisa tidur atau tidak malam ini
*
Sama hal-nya seperti Zonya. Sean yang beberapa waktu lalu memasuki kamarnya juga merasakan kerja jantungnya tak beraturan. Bahkan setelah beberapa saat berlalu sejak ciuman dadakan yang terjadi padanya dan Zonya tadi, kini jantungnya masih saja berdebar
"Apa itu tadi? Kenapa miliknya se-kenyal itu?" monolog Sean "Astaga" ia menjambak rambutnya karena bayang-bayang akan apa yang ia perbuat pada Zonya tadi kembali melintas "Bagaimana kalau dia marah? Ahh tidak, seharusnya dia tidak marah karena aku ini suaminya. Tapi..." pandangan Sean teralihkan pada foto Nasila diatas nakas "Maaf Sayang" ucapnya sendu
Sean merasa bersalah pada sosok Nasila karena ia telah menyentuh wanita lain selain istri tercintanya itu. Walaupun ia yakin kalau Nasila tidak akan marah padanya, karena sejak dulu, Nasila selalu berharap agar dirinya dan Zonya menikah dan menjalani rumah tangga sebagaimana mestinya. Tapi tetap saja, hatinya merasa berdosa karena sudah melakukan itu semua
"Sila-ku maafkan aku"
Sean meraih foto Nasila dan memeluknya, lalu membawanya berbaring di ranjang, masih dengan tuxedo yang tadi ia kenakan. Selama beberapa saat, Sean menatap langit-langit kamarnya, hingga akhirnya kedua matanya terpejam secara perlahan dan mulai mengarungi mimpinya
"Zonya..."
Entah sadar atau tidak, faktanya dalam keadaan sadar dan tidur, nama yang laki-laki itu sebutkan berbeda. Jika saat sadar ia terus menyebut Nasila dengan segala rasa bersalah dalam hatinya, maka ketika tidur, ia menyebut nama Zonya, entah apa penyebabnya