Jia menemukan kembali arah hidupnya setelah dia bercerai dari Alex.
Namun siapa sangka, perceraian itu membuat Alex kehilangan pijakan kakinya.
Dan Rayden adalah bocah kecil berusia 4 tahun yang terus berharap mommy dan daddy nya kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AD BAB 25 - Memilih Acuh
Abbu sudah menjemput Jia di jam pulang kerjanya, Jam 3 sore. Jia mengambil shift pagi agar sore bisa ikut les yang dia ikuti.
Karena kini musim hujan Abbu pun membawakan mantel untuk Jia.
Baru 3 hari mengenal wanita ini namun Abbu sudah menganggap Jia seperti anaknya sendiri, kebetulan Abbu pun memiliki seorang anak perempuan seusia Jia, namun dia sudah hidup sendiri dan tidak lagi peduli padanya dan sang istri.
"Terima kasih Pak," ucap Jia saat Abbu mengulurkannya sebuah mantel hujan berwarna biru.
Abbu mengangguk dan mempersilahkan Jia untuk memakainya lebih dulu.
Hujan memang belum turun terlalu deras, namun jika tidak memakai mantel pasti basah juga.
"Kita ke jalan Dermaga ya Pak, disana tempat les ku. Nanti bapak bisa pulang langsung, biar aku pulangnya naik Bus."
"Jangan begitu Jia, biar bapak yang jemput."
"Tidak usah Pak, aku pulangnya malam, Jam 7."
"Itu tidak masalah buat Bapak."
Jia sebenarnya tidak tega, apalagi dimatanya Abbu sudah seperti pria renta yang tidak bisa bekerja keras terhalang oleh kekuatan fisiknya.
Dia bergerak hanya mengandalkan semangat.
"Kalau begitu bapak tunggu saja di tempat Les, disana ada ruang tunggu nya, kalau bapak Lelah bisa tidur dulu," ucap Jia lagi dan pak Abbu mengangguk.
Dari jam 4 sore Jia mengikuti kelasnya sampai jam 7 malam, 3 jam untuk 1 kali pertemuan dan dalam satu minggu ada 3 kali pertemuan.
Di awal kelasnya Jia hanya mendengarkan, belum berani buka suara meski banyak yang dia pertanyakan tentang materi les itu.
Sepanjang kelas sesekali dia tersenyum, saat beberapa rekan les nya bertanya sesuatu yang mengundang tawa.
Jia benar-benar menikmati waktu yang dia lalui.
Jam 7 tepat kelas itu selesai, Jia menghampiri Abbu yang menunggunya di ruang tunggu.
"Ayah nya Jia ya?" tanya salah satu ibu-ibu teman les Jia, seorang honorer di salah satu sekolah namun ingin mendalami dunia bisnis dan manajemen.
Abbu ingin menjawab bukan, namun kalah cepat dengan Jia yang langsung menjawab Iya.
"Iya, beliau adalah ayahku," ucap Jia dengan bangganya, tidak peduli pada seragam hijau tanda ojek online yang dikenakan oleh Abbu.
Sebuah jawaban yang membuat hati Abbu menghangat.
Malam ini tidak turun hujan, namun hujan sore tadi membuat udara malam ini jadi lebih dingin.
"Kalau libur main lah ke rumah bapak Jia, nanti akan bapak perkenalkan dengan istri bapak," ucap Abbu saat dia sudah mengantarkan Jia hingga sampai di depan rumahnya.
"Baik Pak, nanti kalau libur saya akan berkunjung ke rumah bapak."
Mereka sama-ama tersenyum, merasa nyaman satu sama lain, layaknya seorang ayah dan anak.
Sebelum masuk Jia memberikan satu kantung plastik berisi makanan yang tadi sempat dia beli di pinggir jalan. 1 untuk Jia, dan 2 untuk Abbu bawa pulang.
Abbu ingin menolak, namun Jia memaksa.
Jia lantas masuk ke dalam rumahnya dan segara membersihkan tubuh. Lalu memakan makanan yang dia beli tadi sambil melihat foto-foto Rayden yang Ina kirimkan hari ini.
Sampai Jia baru sadar jika di bagian notifikasi ada sebuah tanda panggilan tidak terjawab.
Jia menggeser kebawah ponselnya dan melihat nama Alex.
Sesaat hatinya berdesir, sesaat dia bertanya ada apa. Namun kemudian Jia memilih acuh, dia bahkan menghapus log panggilan itu.
Lalu kembali makan dan memandangi foto Rayden dengan bibir tersenyum lebar.
Mommy rindu sekali sayang.