PERFECT ACCIDENT

***

Makan malam pun berjalan dengan lancar. Yang makan malam memang hanya bertiga saja, tidak ada papa Atlas disini. Tak apa, Grace tidak masalah. Toh dia juga datang kesini karena paksaan. Tapi untungnya dia bisa menahan ekspresi kesalnya pada Atlas sehingga Ny. Collin tidak menyadarinya.

Selama makan, Ny. Collin tidak henti-hentinya bertanya soal seluk beluk Grace. Seolah dia sangat ingin tahu seperti apa kehidupan Grace. Grace sendiri hanya menjawab seperlunya, karena memang kehidupannya kan berjalan seperti biasanya. Tidak berjalan begitu cepat atau pun lambat.

"Jadi, kamu kenal dengan Atlas sejak kapan? Dan sejak kapan hubungan kalian berjalan?" tanya Arsy.

Grace dan Atlas saling pandang. Sebelumnya mereka berdua tidak pernah membahas hal ini. Mereka juga tidak berpikiran bahwa Arsy akan bertanya hal ini. Tatapan mata Atlas seolah menyiratkan jika Grace harus diam saja. Tapi Grace enggan diam, jadi lebih baik dia menjawab sesuai dengan apa yang ada dipikirannya.

"Waktu itu Grace masih kuliah, di semester akhir. Pertemuan pertama kami tidak sengaja sebenarnya. Saat itu mobil Atlas menyenggol mobil milik Grace dan disana kami terlibat adu mulut sampai-sampai kami sering bersinggungan karena Grace meminta pertanggung jawaban Atlas. Mungkin dari situ Atlas mulai menyukai Grace. Sampai-sampai dia terus mengikuti Grace kemana pun Grace pergi. Bahkan parahnya lagi, Grace dipanggil interview kerja di perusahaannya. Awalnya Grace datang saja, karena memang Grace sudah lulus dan tentu saja harus bekerja. Tapi ternyata, Grace malah dimanfaatkan pria ini," jelas Grace.

"Wait a minute, sayang. Jadi pertemuan kalian karena Atlas menyerempet mobil kamu? Lalu kalian jadi sering bertemu karena urusan mobil?"

Grace menganggukan kepalanya. Hanya itu yang terpikir di otaknya. Jadi mau benar atau pun salah, mau suka atau pun tidaknya Atlas dengan alasannya ini, Grace tidak peduli. Dari pada dia hanya diam kan? Yang ada Ny. Collin akan curiga.

"Apa sebelumnya kamu tidak berpikiran bahwa pria yang adu mulut dengan kamu ini adalah pria pemilik perusahaan tempat kamu memasukan lamaran?"

"Tidak, mom. Grace tidak berpikiran sejauh itu dan Grace juga tidak kepo dengan kehidupan Atlas sebelumnya. Sampai akhirnya setelah interview, Grace dipanggil ke ruangan Atlas dan diangkat jadi sekretaris pribadinya."

Tatapan Arsy langsung melirik ke arah Atlas yang sejak tadi sudah gondok rasanya. Apa yang sudah ia setting di kepalanya harus terkendala karena gadis ini menyelanya lebih dulu. Sepertinya, alur cerita ini harus mengikuti alur yang dikatakan oleh gadis itu. Argh, awas saja!

"What mom?"

"Kenapa kamu mempekerjakan calon istri mu, Atlas? Sangat tidak gentle sekali kamu ini."

"Bukankah dengan dia jadi sekretaris pribadi ku, aku bisa lebih dekat dengannya, mom? Apa mom lupa? Bukannya mom ingin cucu?" tanya Atlas.

Damn it! Kenapa pria ini membahas ke hal sana lagi?! Apa dia sengaja?

"Iya memang, mom sangat menginginkan seorang cucu. Tapi jangan memaksa, son. Tidak senang rasanya melakukan hubungan jika bukan karena kemauan masing-masing."

"Grace gengsian, jika tidak dipaksa dia tidak akan mau mom. Jadi jalan terakhirnya ya memaksa."

Arsy terlihat menghela nafasnya pelan. "Lalu kalian sudah sering melakukan hal itu?"

Hei, tolonglah!! Kenapa harus bertanya pada sesuatu hal yang jawabannya sudah tentu tidak pernah. Kenapa ibu dan anak ini pikirannya.., argh!!!

"Belum, mom. Grace terlalu sulit untuk dibuat mau seperti itu."

"Ya sudah, kamu tidak perlu memaksanya jika dia tidak mau. Mungkin Grace tidak mau melakukannya sebelum kalian menikah. Jadi, nikahi gadis ini jika kamu ingin melakukan hal itu, Atlas."

"Menikahinya? Baiklah, aku akan menikahinya."

WHAT?!!!

***

Grace terdiam membaca sebuah chat yang masuk ke dalam ponselnya. Chat itu berasal dari Rea. Dia menjelaskan bahwa beberapa hari ini dia sudah berusaha untuk datang dan bertemu dengan Atlas. Tapi akhirnya benar-benar nihil. Atlas tidak mau menemuinya, bahkan di malam ini katanya Rea sudah membuat janji yang dibantu oleh papanya. Tapi Atlas tetap tidak datang.

"Udah dibilang gak usah," gumam Grace pelan.

"Jadi bagaimana?"

Pikiran Grace seketika buyar saat mendengar suara berat disampingnya. Saat ini keduanya sedang dalam perjalanan pulang. Makan malam bersama dengan Ny. Collin sudah selesai. Tadinya Ny. Collin hendak memesankan hotel untuk mereka berdua cek in disana. Tapi dengan segala cara Grace menolaknya. Dia tidak mau tidur dengan pria ini lagi. Selain takut dirinya akan dijebol, Grace juga selalu merasa area dadanya sakit ketika bangun tidur. Dia hanya curiga saja dengan pria ini. Jadi lebih baik dia tidak tidur dengan Atlas saja.

"Aku tidak akan pernah mau menikah dengan bajngn seperti mu, Atlas. Perjanjian ini hanya sebatas jadi kekasih, bukan jadi istri!"

Atlas tersenyum remeh, "Tapi sepertinya kau akan tetap jadi istri ku, suka atau tidak. Salah siapa tidak membaca perjanjian itu lebih dulu."

Grace mengernyit pelan. Jangan bilang di perjanjian itu ada beberapa kata yang terlewat dan tidak terbaca olehnya?! Tapi rasanya semuanya sudah ia baca dengan tuntas dan selesai, tidak ada yang terlewat sedikit pun.

"Tidak ada perjanjian pernikahan, Atlas. Hubungan kita hanya sebatas pacaran pura-pura."

"Ada. Apa kau tidak membacanya?"

"Tidak ada. Kau gila ya?! Jangan coba merubah isi perjanjian itu dasar bajngn!!"

"Aku tidak merubahnya. Tapi aku tidak bisa menolak kemauan ibu ku, sepertinya dia memang sudah cocok dengan mu."

"Cocok tidaknya tergantung selera dan kepribadian. Kau cari saja wanita lain dan kenalkan lagi pada ibu mu, beritahu dia bahwa kita berdua sudah tidak menjalin hubungan lagi. Bukankah itu simpel?"

"Ibu ku tidak mudah berbaur dengan orang lain."

"Aku tetap tidak mau dan kau harus mengakhiri hubungan sialan ini. Aku benar-benar sudah muak dengan pacar pura-pura ini," ucap Grace.

Tentu Grace akan muak, pasalnya bukan hanya waktunya saja yang terbuang sia-sia, tapi juga kegiatan sehari-harinya jadi kacau dan tidak tertata seperti biasanya. Atlas selalu datang tanpa diundang dan memaksanya ikut bersama dengan dia. Dia bahkan tidak bertanya apa Grace mau atau tidak. Semua kehendak dikendalikan oleh pria ini.

"Jadi, kau ingin hubungan ini jadi kenyataan?" tanya Atlas.

"Shut up! Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja tidak mau. Sampai mati pun aku tidak akan pernah mau menikah dengan laki-laki pemaksa seperti mu," seloroh Grace.

"Well, kita lihat saja ke depannya. Hubungan kerja sama kita masih berlangsung selama satu tahun kan? Dan waktu satu tahun itu belum berlalu. Jadi aku harap, kau menjalankan kewajiban yang sudah kau setujui. Menjadi kekasih pura-pura, bekerja di perusahaan, dan tinggal dirumah dinas."

tbc.