Perjalanan hidup keluarga Pak Diharjo yang sehari harinya sebagai penyadap karet.
Keluarga pak diharjo adalah keluarga sederhana bahkan terkesan sangat sederhana, namun begitu cukup bahagia sebab anak anaknya rukun dan saling sayang.
Pak diharjo memiliki enam orang anak, satu laki laki lima perempuan.
Bu kinasih adalah istri Pak diharjo memiliki watak yang sabar dan penyayang walau pun sedikit cerewet.
Sabar terhadap suami, penyayang terhadap suami dan anak anaknya namun cerewet hanya kepada anak anaknya saja.
Adira adalah anak sulung Pak Diharjo dan Bu Kinasih memiliki watak yang keras pemberani tegas galak namun penyayang juga.
Dimas anak kedua Pak harjo dan Bu asih juga wataknya juga keras kepala pemberani namun sedikit kalem tidak ugal ugalan seperti anak anak remaja seusianya.
Dimas adik yang cukup perhatian pada kakaknya, suka dukanya sejak kecil slalu ia lalui berdua dengan sang kakak.
Namun kebahagiaan keluarga itu berubah sejak dimas memutuskan untuk menikah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syahn@87, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengajak Kerja Sama Selingkuhan Sang Suami
Aku ketiduran., jawab adira santai.
Ketiduran dimana? kok bisa ketiduran?, tanya rian lagi.
Aku istirahat dibawah sawit, tapi ngantuk aku baring terus ketiduran., jawabnya malas.
Ohh ya udah atuh pulang sekarang ini udah jam 2., titah rian.
Hmmmm., jawab adira mewakili rasa malasnya bersuara.
Yang kal...., ucapan rian terputus karna adira mematikan panggilan telponnya secara sepihak bahkan tanpa pamit.
Tuutttt
Rian mendengus kesal karna belum selesai bicara sudah diputuskan telponnya.
Nyebelin banget sich bini gua., kesal rian.
Sedangkan adira yang masih lemas berusaha mengumpulkan penuh kesadarannya agar punya tenaga untuk berjalan pulang.
Ck! ganggu aja sich dia, ga siang ga malam bisanya cuma gangguin hidupku, kenapa sich dia tuh ga cepat cepat kawin lagi aja sana, biar aku punya alasan buat minta pisah dari dia, dari pada hidupnya cuma bikin sempit hidupku saja!, omel adira sambil memijit pelipisnya yang dirasa mulai pusing.
Setelah merasa ada sedikit tambahan tenaga adira pun bangkit, ia harus segera pulang karna memang siang sudah hampir lewat.
"Ya Allah beri aku kekuatan agar aku punya tenaga lebih, jangan biarkan aku lemas seperti ini, aku ga mau jadi lemah cuma gara gara suami ga berguna.," gumam adira sambil terus melangkah menyusuri jalan yang sepi.
"Tuhan beri aku petunjuk, aku harus bagaimana biar bisa lepas dari benalu yang terus menggerogoti ku, jujur saja aku ga mau mati sia sia, dan ga mau tua sebelum waktunya.
masa iya aku harus minggat?," gumam adira sepanjang jalan.
adira terus melangkah gontai, meski pun rian sudah menelpon nya tapi adira ga mau terburu buru, dia sudah bodo amat kalo pun nanti rian akan marah marah.
Sekitar 40menit berjalan dari tempat nya istirahat akhirnya ia sampai juga di rumahnya.
Di dipan yang ada di belakang rumah adira kembali berbaring, tak berapa lama kembali ia pun terpejam.
Tak ada yang menyadari keberadaan adira di belakang rumah, karna pak harjo beserta istri dan ketiga anak kecilnya sedang anteng di ruang tamu depan TV.
Dan rian masih menunggu adira di dalam kamarnya, sedang dimas sendiri seperti biasa sedang pergi bersama istrinya.
"Lama amat sich adira pulangnya, kemana dulu sich dia?," gerutu rian.
Sedangkan yang sedang ditunggu sudah masuk ke alam mimpi namun mimpi kali ini mimpi yang tidak karuan, mimpi terbang kesana kemari, mimpi berdiri diatas bukit yang sangat tinggi, mimpi terbang menyebrangi sungai yang cukup luas, mimpi adira ga jelas setelah pindah tempat tidur.
Rian sudah bersiap dengan seragam bolanya, ia sebentar lagi akan dijemput oleh temannya, rian berniat menunggu temannya datang dibelakang rumah saja, ia cukup resah sebenarnya karna adira tak seperti biasanya jam segini belum sampai rumah, rian bermaksud akan mengajak temannya itu untuk mengecek istrinya dulu yang belum sampai sampai rumah.
Setelah dirasa semua nya beres rian berjalan kebelakang rumah untuk menunggu temannya datang.
Namun setelah sampai dibelakang rumah,,,,,
Loh!! kayak adira., gumam rian, sambil mendekat untuk memastikan seorang yang sedang tidur sambil memiringkan badannya menghadap dinding rumah.
Lah yang, ini kamu?, ujar rian sambail membalikkan tubuh istrinya agar terlentang.
Hmmm, ada apa? aku ngantuk berat., sahut adira yang sedang malas diganggu itu.
Ck! kok ga bilang sich udah sampai, abang nungguin dari tadi., kesal rian.
Aku lemas banget hari ini, kenapa?, tanya adira.
Ga papa, ya udahlah, itu temenku udah datang, abang pergi dulu ya?, ujar rian.
Hmmmm., sahut adira sambil kembali memejamkan mata.
"Haiisshhh kayaknya udah hilang ngantukku." gumam adira, ia pun bangkit dan melangkah menuju jemuran, mengambil satu stel pakaian buat gantinya lalu ia pergi ke kamar mandi.
"Hari ini aku malas sekali, lemas ga kira kira apa karna aku lagi bocor ya? " gumam nya lagi.
Setelah selesai mandi dan berpakaian adira langsung masuk kamar.
Hari ini sungguh melelahkan baginya, tapi rasa kantuknya sudah pergi, adira pun hanya berbaring bermalas malasan ditempat tidur.
Riinngggg
Riinngggg
Riiinnnggg
Adira terkejut mendengar suara itu.
"Kayak suara HP nya mas rian." bisik adira.
Riinnnggggg
"Lah bener ini HP dia, tumben ditinggal?" bisiknya lagi.
Riinnggg
Riinnnggg
Riinnngggg
Brisik amat sich!!, ketus adira sambil memperhatikan nomor yang sedang mengusik ketenangan ponsel itu.
Nomor tanpa nama, ya nomor asing itu terus saja demo minta segera di angkat oleh sang pemilik ponsel.
Riinnggggg
Riinnngggg
Dengan rasa penasaran yang lumayan tinggi adira pun mengangkat panggilan itu.
klik!
Halooo aa kok lama banget sich angkat telpon nya? nyai kangen tau sama aa kok aa lama angkatnya, aa lagi apa sich?, suara yang halus lemah lembut bak sutra di rendem softener itu mendayu dayu di sebrang sana, menuntut jawaban atas keterlambatan sang empunya ponsel mengangkat panggilannya.
Riannya lagi ga ada, dia lagi pergi main bola, kalo kamu mau nelpon dia ntar malam aja, biasanya dia malam baru pulang., sahut adita santai.
Hahk!! eh eemmm m-maaf i - iiniiii siapa?, sahutnya terdengar gugup.
Adira, istrinya rian., jawab adira datar.
Ohh anu emm teteh aadira maaf ya, aku ga ada maksud apa apa kok, a- a- aku cuma mau tanya kabarnya aja., jelasnya tanpa diminta.
Adira hanya mendengar santai ucapan dari sebrang sana.
Ck! sudahlah ga usah drama seolah olah nelpon hanya sekedar basa basi atau salah sasaran, aku sudah baca semua SMS kamu sama rian tadi malam, dari awal sampai akhir, sekarang begini aja nimas, sejujurnya aku kasihan sama kamu yang cuma bisa nelpon sms tanpa ada kepastian, lagian apa kamu tidak ingin mengulang kisah malam waktu kalian berdua'an dikosan mu itu? sayang banget kan untuk dilewatkan? jadi aku mau kasih solusi untukmu, nanti malam kamu telpon lagi aja, biasanya rian pulang nya itu kalo ga magrib ya isya kadang sampe jam 9 jam 10 malam kalo bawa HP, ini HP nya kayaknya ketinggalan, bisa jadi magrib ntar dia udah pulang, nah kalo dia udah pulang ntar kamu telpon lagi aja dia, terus bilang sama dia, kalo dia sayang beneran sama kamu suruh dia ceraikan saya dan nikahi kamu gitu, dari pada kalian bikin dosa kan kasihan kamu nya., jelas adira panjang lebar memberi saran, tak ada nada marah atau kesal sedikit pun, justru adira berfikir inilah kesempatan yang bagus untuknya, dia akan memanfaatkan nimas untuk membuatnya bercerai dengan rian, walau ia tak tau ini akan berhasil atau tidak.
Kok teh dira ngomong gitu? kalo nanti a rian beneran cerein teteh gimana?, tanya nimas heran.
Ya bagus lah nimas, aku akan sangat berterimakasih banget sama kamu kalo kamu bisa bikin aku bercerai dengan rian., ucap adira penuh semangat.
Nimas bisa mendengar nada senang dan kesungguhan dari suara adira di sebrang telponnya.
Teh, kok teh dira kayak niat banget mau cerai sama a rian? memangnya kenapa?, tanya nimas makin penasaran.
Yah biar kamu sama rian bisa segera bersatu., jawab adira santai.
Tapi biasanya istri istri diluar sana tuh kalo suaminya ditelpon cewe lain istrinya bakal marah dan ngamuk ngamuk sama selingkuhan suaminya, lah teteh kok malah senang dan ga maki maki aku, malah dengan gampangnya teteh suruh aku bilang sama suami teteh untuk menceraikan teteh, kenapa?, tanya nimas semakin bingung dengan sikap adira.
Ck! sudahlah ga usah ditanya kenapa kenapa nya, lakukan aja seperti yang aku bilang, terus kamu nikah sama rian, setelah itu nanti kamu akan tau sendiri tanpa aku harus banyak bicara sama kamu., jawab adira santai.
Sejenak hening, nimas tak menjawab ucapan adira, sedangkan adira masih santai mendengarkan apa yang akan nimas katakan.
Adira berfikir semoga nimas mau menuruti saran dari nya itu.
"Saran yang menyesatkan wkwkwkwkkk" bisik hati adira.
Teh?, panggil nimas.
Hmmmm, gimana? lama amat kamu mikirnya., ujar adira.
Kalo teteh selaku istri bisa ngomong gitu itu artinya selama ini a rian bukan suami yang baik ya teh? makanya teteh seneng seneng aja kalo sampai dicerai sama a rian?, ujar nimas.
Nanti juga kamu tau sendiri, aku ga mau bahas itu, yang aku mau tau kamu mau ga bilang gitu sama rian, bujuk dia supaya ceraikan aku., jawab adira masih dengan santainya.
Semangat ya buat othor. oiya Kapan2 mampir2 ya kak ke ceritaku juga. 'Psikiater, Psikopat dan Pengkhianatan' mksh