Kisah Dania yang bertahan dengan suami yang tak mencintainya. Dania bertahan karena cintanya pada Cilla anak dari suaminya. Akankah Pram membuka hati untuk Dania? Sanggupkah Dania bertahan? Atau Dania akan menyerah menjadi bunda pengganti bagi Cilla? Ikuti ceritanya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny Afriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta Bunda Pengganti 07
"Kamu harus kuat, Dani. Ingat kamu seperti ini karena kebaikan Tuan Sofyan."
Dani berkata dalam hati, demi menguatkan dirinya sendiri.
Setelah mengambil beberapa potong pakaian nya, kini Dania bersiap untuk ke rumah Tuan Sofyan. Dania tidak tahu mengapa Pram sepertinya sangat tidak menyukai Dania. Padahal sedikit pun Dania tidak pernah melakukan perbuatan yang aneh di hadapannya.
Saat dulu, Pram masih memegang perusahaan keluarganya, Dania yang sudah bekerja sebagai sekretaris Tuan Sofyan pun sering di buat pusing. Laporan-laporan yang di buatnya tak pernah benar di hadapan Pram. Dania selalu saja mengulang. Namun semua Dania lakukan dengan sabar, karena Dania mengingat budi baik kedua orang tua Pram.
Setelah berkendara selama dua puluh lima menit, kini Dania tiba di kediaman keluarga Tuan Sofyan. Dania masuk ke dalam, dan dirinya tak melihat Cilla maupun Pram. Hanya ada Nyonya Fatma di ruang keluarga.
" Dani, kamu bisa pakai kamar yang itu, selama kamu disini."
Nyonya Fatma menunjuk sebuah kamar tamu, namun Dania menolak dengan sopan.
" Maaf, Bu. Dani akan menggunakan kamar yang ada di belakang aja. Kamar yang bersebelahan dengan kamar Mbok Sri."
Dania lalu berpamitan untuk meletakkan barang-barang nya di kamar itu. Saat Dania baru berjalan beberapa langkah, Nyonya Fatma memegang lengan Dania.
" Dani, maafkan Pram. Kami tidak bermaksud memintamu untuk menjadi pengasuh Cilla. Kami-"
Ucapan Nyonya Fatma terputus, saat Dania menggenggam tangan wanita yang berhati lembut itu.
" Tidak apa-apa, Bu. Semua yang dikatakan oleh Pak Pram, benar. Seharusnya Dani sadar, Dani bisa seperti ini itu karena kebaikan ibu dan bapak."
Nyonya Fatma menitikkan air matanya. Bagaimana pun, mereka merasa bersalah, karena Pram sudah keterlaluan. Menyuruh Dania menjadi pengasuh Cilla.
Menjelang makan siang, Dania menyiapkan makan siang untuk Cilla. Cilla yang selalu mengikuti kemana pun Dania pergi, akhirnya bisa duduk diam di kursinya. Karena Dania memberikannya sebuah pensil dan kertas. Cilla mencoret-coret setiap halaman yang ada di kertas itu.
Setelah semua selesai, Dania pun menyuapi Cilla sambil membiarkan bocah itu mencoret-coret kertas yang ada di hadapannya. Tanpa di sadari Dania, Nyonya Fatma sedang memperhatikan gadis itu.
" Ada apa, Mi?"
Nyonya Fatma menunjuk dengan dagunya. Tuan Sofyan pun memperhatikan kegiatan keduanya.
" Dania sepertinya sangat menyayangi Cilla. Terlihat jelas di mata nya, ketulusan dan kasih sayang itu untuk Cilla."
Nyonya Fatma berkata,sambil terus memperhatikan kegiatan mereka. Tuan Sofyan memegang pundak istrinya itu.
" Kita doakan saja, semoga hati Pram bisa terbuka. Sudah sejak dulu, papi ingin menjodohkan nya dengan Dania. Jauh sebelum Pram mengenalkan Almarhumah Sabina, pada kita."
Terang Tuan Sofyan, yang di sambut dengan tatapan penuh tanya oleh Istrinya itu.
" Kenapa, papi gak pernah cerita ke mami? Apa Dania tau, papi ingin menjodohkan mereka?"
Tuan Sofyan menggeleng.
" Tapi Pram tau."
Lanjutnya kemudian. Membuat Nyonya Fatma memijit pangkal hidungnya.
" Lalu apa reaksi, Pram."
Lalu Tuan Sofyan pun memulai bicaranya. Membuat Nyonya Fatma menggeleng kepala mendengar penuturan suaminya.
" Sekarang mami tau, kenapa Pram selalu saja terlihat tidak menyukai Dania. Pasti semua karena ini."
*
Sementara di sebuah cafe, Pram meminta sepupunya untuk menemui dirinya.
" Udah lama, Pram?"
Sebuah tepukan di bahu, dan sebuah pertanyaan mengawali pertemuan mereka.
" Baru sekitar satu jam. Udah selesai dinas, Lo?"
" Udah, makanya bisa nemuin Lo disini. Ada apa sich? Tumben Lo ngajakin gue ketemu."
" Gue pengen ngobrol aja. Udah lama kita gak ngumpul, apalagi sejak Ricko pergi ke luar negri, jadi jarang banget kita ngumpul."
Reyhan pun mengiyakan. Lalu mereka pun saling bercerita, mulai dari hal- hal yang ringan, sampai hal yang bersifat pribadi.
" Pram, mau sampai kapan Lo terpuruk? Sabina udah gak ada sejak dua tahun lalu. Dia udah tenang disana."
" Gue masih sulit, Rey."
" Pram, ayolah. Lo gak kasian sama orang tua Lo. Om Sofyan itu udah seharusnya istirahat, gak perlu mikir perusahaan lagi. Setidaknya Lo pegang perusahaan kakek, sampe Ricko balik ke sini. Dan apa Lo gak sayang sama bokap Lo."
" Gue gak tau, Rey. Gue belum bisa fokus."
" Pram, kesehatan orang tua Lo juga udah sangat menurun. Om Sofyan udah harus banyak istirahat. Gue harap, Lo gak terlalu lama di keterpurukan Lo."
Setelah Reyhan berkata seperti itu, Pram pun diam. Namun Rey tau betul, bahwa sepupunya ini sedang memikirkan perkataannya. Cukup lama siang itu mereka bertemu, sampai sore menjelang, barulah mereka mengakhiri pertemuan itu.
Pram mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Sambil terus memikirkan ucapan Reyhan tadi. Setibanya di rumah, Pram di sambut oleh Cilla yang sudah cantik dan wangi. Rambutnya yang keriting di ikat dengan pita warna merah, senada dengan baju yang di gunakannya sore itu.
" Papa..."
Pram langsung berjongkok, menyambut Cilla yang berlari ke arahnya. Dania yang melihat Cilla berlari pun menyusul. Teryata sudah ada Pram disana. Membuat Dania menghentikan langkahnya. Sejenak pandangan mereka bertemu, namun Dania segera mengalihkan pandangannya.
Pram pun mengendong Cilla dan masuk ke dalam rumah, setelah Dania lebih dulu masuk. Dania bergabung bersama dengan Mbak Ratih yang saat ini sedang memasak makan malam.
" Mbak, Dani bantu ya?"
" Gak usah, Mbak. Ini udah tugas Saya. "
Namun bukan Dania namanya kalau mau berdiam diri. Apalagi kata-kata Pram yang mengatakan harus tau diri. Itu membuatnya semakin tidak ingin berpangku tangan.
Pukul delapan malam, semua hidangan sudah tersedia di meja makan. Dan Tuan Sofyan serta istri pun sudah duduk untuk makan malam. Sementara Pram belum menampakkan dirinya. Tak lama Pram datang dengan menggendong Cilla. Namun Cilla yang melihat Dania, langsung minta turun dan berjalan ke arah Dania.
" Sayang...jalan aja, nanti Cilla jatuh."
Ucap Dania lembut, pada Cilla. Dania tak melarang, namun tetap menasehatinya. Entahlah bocah itu paham ataupun tidak.
Mereka semua duduk di meja makan. Lalu Nyonya Fatma yang melihat Dania menyuapi Cilla makan, memintanya untuk duduk bersama.
" Dani, ayo kita makan. Dudukkan saja Cilla di kursinya, jadi kamu juga bisa ikut makan."
Nyonya Fatma memerintah Dania. Namun gadis mansi itu tersenyum.
" Makasih, Bu. Tapi Dani disini aja, Cilla lagu asik banget coret-coretnya."
Pak Sofyan yang sudah hapal sifat Dania pun, memberikan isyarat pada istrinya. Meminta agar tidak memaksa. Nyonya Fatma yang paham pun langsung menghentikan bujukannya.
Pram yang melihat hal itu, tampak tidak senang. Namun hal itu tidak serta merta di tunjukkan di hadapan kedua orangtuanya.
Pram beranggapan bahwa sikap Dania ini hanya palsu, dan hanya ingin mencari muka di hadapan kedua orang tuanya.
" Kita akan buktikan, bahwa kamu hanya berpura-pura menyayangi Cilla. Gak lama lagi, sifat asli mu akan terbongkar Dania."