Ka Rani hiks,tolong aku suamiku dipecat dari pekerjaannya dan dia pergi meninggalkan aku dengan wanita lain padahal aku sedang mengandung darah dagingnya.Aku tak punya siapapun lagi selain Kaka." Ucap Rena adik satu-satunya Rani
" Bagaimana bisa jadi seperti ini Rena,Lantas bagaimana kondisimu saat ini?"
" Aku luntang Lantung dijalan ka,rumahku baru saja disita pihak bank karena sertifikat rumahnya dijaminkan mas Reno untuk pinjaman di bank dan ternyata mas Reno ditak membayar cicilannya selama berbulan-bulan.
" Ya Tuhan malang sekali kamu Ren,sebentar Kaka diskusi dulu dengan mas Langit,Kaka mau minta izin untuk kamu tinggal bersama Kaka."
" baik ka terimakasih.
Beberapa saat kemudian.....
" hallo Ren!"
" Iya ka bagaimana?
" sekarang posisi kamu ada dimana,mas Langit setuju dan Kaka akan menjemputmu saat ini juga!"
" Allhmdulillah,baik ka terimakasih.Aku ditaman sakura jalan kenangan blok d.Kaka beneran mau kesini ka?"
" Iya dek,kamu jangan kemana-mana sebelum Kaka datang ya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 26 Surat
Mendengar keinginan Rani tentu saja membuat Arman dan Sarifah bersedih.Bahkan mertua Rani itu sampai menitihkan air mata.
" Pah,mah Rani mohon maafkan Rani.Tapi Rani melakukan semua ini bukan tanpa alasan,ini semua demi kebaikan kita bersama.Rani tidak mau dinilai jahat hanya karna Rani tinggal dirumah bekas mertua Rani."
Grep
" Jangan katakan kata-kata seperti itu lagi nak.Tidak ada mertua ataupun bekas mertua,yang ada disini hanya orangtua kamu.Mamah dan papah sudah menganggap kamu seperti anak kandung kami.Jangan melukai kamu dengan kata-kata itu. Tidak ada hal yang salah dengan kamu tinggal disini,bukankah seorang putri tinggal bersama ayah ibunya?" Wajah Sarifah sudah basah karna air matanya.
Tangis Rani pecah dipelukan wanita yang sudah seperti ibu kandungnya sendiri.Seorang ibu yang rela membela menantu yang dikhianati oleh putra kandungnya sendiri.
" Tapi mah mas Langit?" Tanya Rani.
" Jangan hiraukan anak itu, kamulah satu satunya putri kami." pungkas Arman.
Mulutnya memang berkata seperti itu,namun sorot matanya menunjukan bahwa hatinya sangat terluka.
" Mah pah,dia tetap anak kandung kalian.Jangan hanya karna satu kesalahannya membuatnya kehilangan hak sebagai anak untuk mendapatkan pengakuan dari kalian.Kesalahannya hanya satu,dia salah mencintai.Bukan cintanya yang salah tapi tempat dan waktunya yang salah.Tapi cinta tidak pernah salah karna dia datang tanpa mengenal waktu dan kepada siapa akan jatuh cinta.Mungkin selama ini aku kurang baik sebagai istri hingga suamiku mencari kebahagiaan diluar bersama wanita lain.Aku yang salah dan sudah gagal menjadi seorang istri yang bisa mempertahankan rumah tangga dan suamiku." Sebisanya Rani menahan laju air matanya agar tak jatuh.
Meskipun dadanya sudah terasa sesak dan juga pedih namun Kaka kandung Rena itu tidak ingin memperlihatkan kelemahannya di depan orang-orang yang mencintai dan menyayangi dia dengan tulus.
" Terbuat dari apa hatimu nak? Kamu sebijak itu,kamu setegar dan sekuat itu? Langit akan sangat menyesal sudah membuang kamu dan memilih sampah seperti Rena.Maaf Rani, meskipun Rena adik kandung kamu tapi dia berbeda 180° dengan kamu." Ucap Sarifah.
" Kalian yang terlalu baik,kalian memungutku dan lebih memilihku dibanding putra kandung kalian.Aku tidak ingin karna adanya aku menjadikan jarak antara kalian dan mas langit." Batin Rani.
Arman melihat jam dipergelangan tangannya sesaat kemudian dia menatap Rani dengan lekat.
" Tidurlah sayang,besok kamu harus mulai bekerja.Tidak akan ada yang akan pergi dan meninggalkan rumah ini.Kamu putri kami dan akan tetap tinggal bersama kami." Ucap Arman yang langsung dijawab dengan anggukan kepala oleh Rani.
" Terimakasih mah,pah." Ucap Rani sembari memeluk kedua orangtua Langit.
Rani masuk kedalam kamar namun tidak untuk tidur.Wanita cantik dengan rambut coklat itu terus memikirkan cara bagaimana agar dia bisa keluar dari rumah mertuanya tanpa adanya penolakan.
" Tuhan masa iya aku harus kabur dari sini,rasanya percuma saja terus-menerus aku minta buat pergi tapi mereka tidak akan pernah mengizinkan aku pergi." Gumam Rani.
Rani mondar mandir didepan pintu kamarnya cukup lama.Disaat dirinya mulai lelah ide tiba-tiba melintas di kepalanya.
Rani lantas mengambil selembar kertas dan juga pena.
Assalamualaikum...
"Mah,pah mungkin saat kalian membaca tulisan ini,Rani sudah pergi jauh dari rumah ini.Maaf jika Rani harus pergi dengan cara seperti ini.Jangan katakan Rani tidak menyayangi kalian karna itu salah besar.
Rani sangat menyayangi kalian ,kalian sudah seperti orangtua kandung Rani.Tapi dengan Rani tetap berada di sini itu bukan hal yang baik.
Rani tidak mau mamah dan papah mendapatkan masalah suatu hari nanti karna Rani.Rani tau,mamah dan papah sangat tersakiti atas perbuatan mas langit tapi jauh di dalam lubuk hati kalian ,kalian tetap menyayangi dia bukan?
Rani pergi bukan untuk meninggalkan mamah dan papah,jangan hawatir satu atau dua Minggu sekali Rani pasti akan berkunjung dan menginap disini.
Mah,pah maafkan Rani.Rani tidak ingin menjadi sebuah alasan untuk kalian tidak menerima mas langit karna walau bagaimanapun mas Langit jauh lebih berhak atas kalian dibanding Rani.
Terima hubungan mas Langit dan Rena, karna Rena adalah pilihan mas langit.Sesakit apapun hati Rani,Rani coba jalani dengan ikhlas,Rani akan belajar menerima kenyataan bahwa mas Langit bukan lagi suami Rani karna lebih memilih untuk hidup bersama Rena dan semoga mereka selalu bahagia.
Jika dengan Rena bisa membuat mas langit bahagia maka Rani rela.Biarkan Rani yang mengalah dan semoga pengorbanan Rani ini tidak akan sia-sia.Maaf ya pah,mah kalau Rani pergi dengan cara seprti ini,karna hanya dengan ini Rani bisa pergi.
Nanti kalau Rani sudah dapat tempat tinggal Rani bakal kasih tau mamah dan papah supaya mamah dan papah juga bisa berkunjung ketempat Rani.
Salam sayang dariku mah,pah.
Wassalamu'alaikum
Rani.
Setelah menulis surat itu Rani meletakkannya diatas tempat tidur tepat diatas bantal. Rani lantas mengemasi pakaiannya yang untung saja belum sepenuhnya Rani bongkar karna memang belum punya waktu.
Setelah mengemas semuanya Rani lantas mengambil hodie yang sengaja ia pisahkan dulu sebelumnya.
Rani melihat jam diponselnya, waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 suasana rumah sudah tampak sepi yang menandakan mertuanya sudah berada didalam mimpi.
Hal pertama yang Rani lakukan adalah mengeluarkan dua kopernya keluar rumah agar memudahkan dia untuk pergi.
Setelah semua koper ada didepan rumah Rani lantas mengambil tas kecilnya.
" Maaf mah pah Rani pergi dengan cara seperti ini,memang sakit sekali rasanya.Tapi hanya dengan cara ini Rani bisa keluar dari sini.Rani sayang kalian mah pah." Ucap Rani.
Wanita cantik itu pergi dengan langkah gontai,wajahnya basah karna air mata yang terus mengalir deras.
Langkah demi langkah Rani mulai meninggalkan rumah ke duanya.Betapa hancur dan terlukanya Rani.
" Tuhan sakit sekali,aku tidak pernah membayangkan akan seperti ini.Keluar dari rumahku sendri dengan luka hati yang begitu dalam dan aku juga harus keluar dari rumah orang tua yang sudah aku anggap seperti orangtua kandungku dengan cara seperti ini. Langkah ini memang menyakitkan tapi aku yakin diujung sana akan ada kebahagiaan dan kedamaian." Batin Rani.
Tanpa terasa langkahnya sudah semakin jauh meninggalkan rumah orangtua Langit.
Rani merasa lelah dan juga kehausan,ditambah dinginya hawa di malam hari membuatnya merasa enggan melanjutkan perjalanannya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 01.30 dini hari namun Rani belum juga menemukan tempat untuk setidaknya dia bisa beristirahat dan tidur untuk malam ini.
Rasa takut mulai mencuat di hatinya,bukan takut akan hidup seorang diri tapi takut kejahatan mengintainya karna dia seorang diri dijalanan yang sepi.
Banyak kendaraan berlalu lalang namun Rani tidak berani meminta tolong.Beberapa orang menawarkan membantu tapi Rani segan karna dia tidak kenal dan untuk menghindari kejahatan yang kemungkinan dia dapatkan.
" Lelah sekali,dimana ada masjid atau mushola.Aku tidak mungkin jalan sepanjang malam,Ya Tuhan kakiku sakit sekali.Andai tadi satu koper aku tinggal dirumah mamah pasti tidak akan serepot ini.Bodohnya kamu Rani." Racau Rani merutuki nasib malangnya.
Melihat halte mata Rani berbinar-binar,setidaknya dia bisa duduk dan istirahat sejenak disana untuk mengumpulkan tenaganya lagi.
Bersambung...
kalau ada waktu luang mampir ya di novel aku juga.
"aku dan teman kamarku."