Ayundya Nadira adalah seorang istri dan ibu yang bahagia. Pernikahan yang sudah lebih dari 20 tahun mengikat dirinya dengan suami dengan erat.
Pada suatu sore yang biasa, dia menemukan fakta bahwa suaminya memiliki anak dengan wanita lain.
Ternyata banyak kebenaran dibalik perselingkuhan suaminya.
Dengan gelembung kebahagiaan yang pecah, kemana arah pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. Ibu Akan Berjuang Untuk Kalian.
Adel menundukkan kepalanya dengan kedua tangan yang saling bertautan. Tidak, dia tidak ingin kedua orangtuanya berpisah, dan kenapa kedua orangtuanya yang berpisah? Kenapa tidak wanita itu saja yang menjauh dari ayahnya?
"Adel," panggil Ayun dengan lembut sambil menggenggam kedua tangan Adel, dan memaksa putrinya itu agar melihat ke arahnya.
"Ibu sangat menyayangi Adel dan kakak, ibu juga ingin selamanya bersama dengan kalian. Tapi ibu tidak bisa bersama dengan ayah kalian, karena saat ini ayah sudah menyukai orang lain. Jadi ibu tidak boleh lagi bersamanya," sambung Ayun dengan tatapan sendu dan penuh dengan kesedihan, membuat kedua mata Adel berkaca-kaca.
"Apa, apa Ibu sudah tidak menyukai ayah? Apa Ibu tidak mau lagi bersamanya?" Lirih Adel. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa semua ini terjadi pada orang tuanya, kenapa orangtua yang lain tidak?
Ezra yang sejak tadi diam sebenarnya sudah sangat tidak sabar saat mendengar ucapan-ucapan adiknya. Semua ini salah mereka yang selalu memanjakan Adel, hingga adiknya tidak mengerti dan tidak bisa berpikir dewasa dengan apa yang terjadi.
Namun, Ezra juga sudah menduga semua ini akan terjadi. Apalagi Adel sangat dekat dengan ayah mereka, pasti berat rasanya menerima semua ini dalam sekejap mata.
"Ayahmu, Nak. Ayahmu yang tidak mau lagi bersama ibu. Jadi, kita enggak boleh memaksa seseorang yang enggak menyukai kita, 'kan?" Lirih Ayun yang di balas dengan anggukan kepala Adel.
Supir taksi yang sejak tadi mendengarkan percakapan itu merasa sangat iba. Bagaimana mungkin ada wanita setabah dan sesabar penumpangnya ini? Jika itu wanita lain, pasti sudah saling jambak dengan sih pelakor lalu menjadi viral.
"Adel mau 'kan, ikut Ibu?" tanya Ayun dengan dada berdegup kencang. Dia takut, sangat takut jika putrinya tidak mau ikut dengannya.
Adel terdiam sambil menatap wajah sang ibu. Wajah yang selama ini sudah merawatnya dengan susah payah, dan memberikan semua yang terbaik untuknya.
Namun, dia juga tidak mau berpisah dengan ayahnya. Kenapa, kenapa semua ini terjadi padanya? Kenapa dia dipaksa untuk memilih sesuatu yang sangat tidak dia sukai?
Melihat Adel diam, pupus sudah harapan Ayun untuk bersama dengan putrinya. Dadanya terasa sangat sakit dan juga sesak bak dihantam oleh batu besar, dan rasa perihnya seakan mencabik-cabik seluruh hatinya.
"Kita ikut dengan ibu ya, Adel. Kakak juga akan bersama ibu," ucap Ezra membuat sang adik langsung menoleh ke arahnya.
"Setiap hari ibu 'kan, yang sudah merawat dan menjaga kita? Ibu bangun pagi untuk buat sarapan, abis itu nyiapin peralatan sekolahmu dan membereskan rumah. Kita tidak bisa hidup tanpa ibu, apa kau mengerti?" Lirih Ezra dengan penuh penekanan.
"Kau bilang kau gak mau ibu tiri 'kan? Makanya ayo, kita tinggal bertiga aja! Ibu akan tetap menjadi ibu kita, dan kakak akan menjadi ayahmu. Jadi kau enggak akan punya ibu tiri. Kalau kangen sama nenek dan kakek, kita bisa datang," ucap Ezra panjang lebar. Jika sampai adiknya tidak paham juga, maka dia akan membenturkan kepalanya itu ketembok.
Adel kembali diam untuk memikirkan apa yang kakaknya katakan. Sungguh semuanya sangat berat, tetapi apa yang dikatakan sang kakak memang benar. Jika dia merindukan ayahnya pun, sesekali dia bisa datang tanpa harus tinggal bersama mereka.
Ayun meneteskan air mata dengan rasa sakit yang teramat dalam. Dia rela jika suaminya bersama dengan wanita lain dan meninggalkannya, tetapi jika anak, dia tidak akan sanggup.
"Baiklah, aku akan ikut dengan Ibu."
Deg.
Ayun langsung menatap putrinya dengan tidak percaya. Air mata mengalir deras membasahi wajah, dengan jantung yang berdegup kencang.
"Tapi Ibu gak boleh larang aku main sama teman-teman yah. Enggak tiap hari kok, tapi tiap akhir pekan aja."
Ayun menganggukkan kepalanya dan langsung memeluk tubuh Adel dengan erat. "Iya, Nak. Ibu sangat menyayangimu." Dia melerai pelukannya dan mengecup kening Adel, dan dibalas dengan senyuman hangat putrinya itu.
"Ibu tidak akan menyia-nyiakan keputusan kalian ini, Nak. Ibu akan bekerja keras demi masa depan kalian, dan ibu janji akan memberikan semua yang terbaik." Ayun akan berjuang keras untuk kedua buah hatinya, dan tidak akan lagi menggantungkan hidup pada orang lain.
Sesaat kemudian, mereka sudah sampai di depan gerbang rumah mereka. Ayun segera turun dari mobil dengan membawa barang-barang, sementara Ezra menggendong Adel dan membawanya keluar dari sana.
Setelah membayar biaya taksi, Ayun segera membuka pintu rumah itu agar mereka bisa masuk. Ezra lalu mendudukkan tubuh Adel ke atas sofa, sementara sang ibu berlalu ke dapur untuk mengambil minuman.
"Minum dulu, ini," ucap Ayun sambil meletakkan minuman dingin di atas meja, sementara untuk Adel, dia memberikan minuman jahe untuk menghangatkan tubuh.
Pada saat yang sama, di tempat lain terlihat Nindi dan Keanu sedang duduk di dalam ruang kerja Abbas beserta laki-laki paruh baya itu juga. Dia sengaja memanggil anak dan juga menantunya karena ingin mengatakan sesuatu.
"Papa baik-baik saja 'kan?" tanya Nindi untuk yang kesekian kalinya, dia benar-benar khawatir dengan kesehatan papanya. Apalagi sejak semalam sang papa tidak mau makan sama sekali.
"Papa baik-baik saja, Nak. Kau tidak perlu khawatir," jawab Abbas dengan senyum tipis, membuat kumisnya melengkung sampai kepipi.
"Apa Papa masih belum bicara dengan Mama?" tanya Nindi lagi, terlihat jelas jika mamanya begitu sedih melihat kemarahan sang papa.
"Biarkan saja, dia harus menyadari kesalahan yang telah dia lakukan. Sayang pada anak boleh, tapi tidak untuk membenarkan perbuatan salah mereka yang nantinya akan semakin menjadi-jadi," ucap Abbas.
Dia paling tidak suka dengan sikap orang tua yang seperti itu. Bukannya memperbaiki kesalahan, tapi malah mendorong anak ke dalam kehancuran.
"Jadi, apa yang mau Papa katakan pada kami?" tanya Nindi kemudian, sementara Keanu hanya diam memperhatikan.
"Bawa papa menemui wanita itu, wanita yang merupakan istri Evan."
•
•
•
Tbc.