Ni Komang Ratri, yang akrab disapa Komang itu begitu terpuruk saat penginapannya hampir bangkrut, bahkan nyaris ia kehilangan penginapan yang juga tempat tinggalnya itu.
Namun tanpa diduga Edgar Marvelo yang saat itu menjadi tamu tak terduga di penginapannya itu tertarik pada kecantikan Komang, taipan bisnis kaya raya itu bahkan berjanji akan melunasi semua hutangnya, jika ia mau menjadi wanita pendamping bagi Edgar selama sebulan di Yach.
Akankah Komang mampu menghindar dari pesona Edgar yang dikenal sebagai Casanova itu??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dita feryza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#14 Mencoba Memahami
Sebuah dering telepon didalam tas Komang berbunyi, dan ia segera meraih handphone nya, dengan melihat sekilas ke layar handphonenya, raut wajah Komang berubah tegang.
"Halo.." ucap Komang dengan perasaan dag-dig-dug ia sambil memandang wajahnya lewat cermin kecil, ia berharap apapun yang ia tampilkan hari ini bisa memuaskan Edgar.
"Aku menunggumu di lobi," Edgar berkata dengan nada tidak sabar khas para pria dengan suara parau dan dalam, "Kau tidak menerima pesanku?"
"Tidak, aku tidak menerimanya..... Aku minta maaf," gumam Komang sedikit panik, karena ia teringat kesepakatan tentang tepat waktu, pria itu tidak suka menunggu. Dengan kepala sedikit pening akhirnya Komang menyadari bahwa akhirnya pertunjukan akan segera dimulai....
Hari ini Edgar menyadari suasana hatinya berbeda dari biasanya, ia tidak bisa berkonsentrasi ke bisnis, pikirannya terus bergeser, pakaian apa yang akan dikenakan Komang untuk menghadiri rapat serta makan malam nanti?
Sesungguhnya Edgar harus membayar kehadiran Komang dengan menggantung rumah kecil dan kumuh itu sebagai umpannya. Edgar benar-benar tidak sabar, bahwa nantinya Komang akan bergantung pada dirinya, seperti yang dilakukan semua wanita yang lalu.
Maka setelah Komang akan bergantung, Edgar akan menyuruh Komang pulang karena alasan sudah bosan, Edgar yakin pada akhirnya Komang tidaklah lebih istimewa dari wanita-wanita lain, dan setelah itu Edgar berharap ia bisa menghapus Komang dari pikirannya, selamanya.
Saat pintu lift terbuka, Edgar melihat Komang melangkah keluar dan berjalan menghampiri dirinya, wanita itu nampak mempesona, namun anehnya berbeda dengan cara yang tidak ia sukai.
Mata Edgar menyipit tajam saat Komang berjalan menghampirinya dan ia mengamati make-up berlebihan yang merusak kualitas alami wanita itu yang membuatnya begitu menarik bagi Edgar dan bahkan tidak ia sadari sampai saat itu, alis hitam Edgar berkerut tidak suka.
"Ayo kita pergi, mobil sudah menunggu." Edgar berkata tanpa menatap Komang, lalu berjalan mendahului Komang.
Komang yang tak paham dengan perubahan sikap Edgar hanya menurut dan membuntuti Edgar dan para pengawalnya itu. Komang hampir saja tertinggal dibelakang karena mengikuti langkah mereka yang begitu cepat dan terkesan terburu-buru.
Mereka terus berjalan menuju parkiran yang melewati sebuah taman yang sangat minim pencahayaan, hingga tiba-tiba....
Sreeettttt
Seseorang tiba-tiba mencengkram tangan Komang bahkan menyeretnya, dan seketika Komang berteriak ketakutan, membuat Edgar dan ketiga pengawal yang sudah berjalan agak jauh mendengar teriakan Komang.
"Tolong.....!!!" teriak Komang begitu ketakutan.
Edgar yang tanpa di komando pun langsung berlari dan mencengkram kerah baju seorang pria yang telah menyeret Komang, bahkan ia langsung menghajar secara brutal wajah pria itu, sedangkan para pengawal tadi langsung melerai Edgar dan juga mengamankan pria itu.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Edgar kemudian pada Komang.
"Aku tidak apa-apa, tapi aku takut sekali." ujar Komang sambil gemetar dan terisak.
"Tenang saja, dia hanya pria mabu*k." Edgar dengan segera membawa Komang memasuki mobil limusin yang akan membawa mereka. Sedangkan pria mabuk itu telah ditangani oleh ketiga pengawal Edgar.
Komang masih terisak, tubuhnya gemetar hebat, ia tak pernah setakut ini, semua itu terjadi mungkin karena Komang berjalan agak lambat dari Edgar dan para pengawal tadi, hingga ia agak tertinggal jauh dari mereka di belakang.
"Maaf, jika aku meninggalkanmu tadi." ujar Edgar sambil menenangkan Komang.
"Kau berjalan begitu cepat, aku tak bisa mengimbangi jalan kalian," sungut Komang.
Edgar terdiam, ada hal yang ingin ia sampaikan pada Komang, "Kau tahu mengapa pria mabuk itu menyeret mu?" tanya Edgar sambil menatap Komang, "Karena penampilan mu yang berlebihan,"
"Ada apa denganmu penampilan ku?"
"Kau terlalu banyak memakai make-up, dandanan mu sangat buruk,"
"Apa!" pernyataan Edgar yang terus terang itu membuat Komang mengejutkan Komang.
"Ya, kenapa kau memakai begitu banyak make-up?"
"Bukan aku yang memakaikannya, perias di salon yang melakukannya." jawab Komang, entah mengapa ucapan Edgar begitu terdengar menyakitkan bagi Komang.
"Kenapa kau membiarkan nya?!" ucap Edgar, seakan tak sabar menghadapi Komang.
"Aku tak tahu jika aku punya pilihan, aku mengira ini penampilan yang kau inginkan dari pendampingmu." balas Komang tak kalah kesal.
"Aku sudah menuliskan di berkas apa saja yang kuinginkan darimu, apa kau tak mempelajarinya?" Edgar semakin kesal karena Komang selalu menjawab ucapannya.
"Kau pikir aku senang dengan penampilan ku yang seperti ini?!! Aku bahkan mengenyampingkan rasa malu ku, hanya karena ingin memberikan penampilan yang terbaik untukmu, tapi apa yang aku dapat, hanya cela'an dari mu, hikksss...." Komang tak bisa menahan tangisnya yang semakin menjadi bahkan lengannya hingga bergetar.
Edgar tak pernah peduli atas perasaan seorang wanita, jika ia merasa tak puas oleh seorang wanita, maka ia tak akan berpikir dua kali untuk menyingkirkan wanita itu, karena baginya, kepuasan dirinya adalah yang utama.
Tapi melihat Komang yang begitu terluka kini hatinya juga ikut terluka, bahkan ada desiran halus dihatinya yang membuat otaknya menginstruksi tangannya untuk membelai punggung Komang dan menenangkan gadis itu.
"Maafkan aku, ku mohon, tenanglah!" ucap Edgar, lembut.
"Kau tak seharusnya berbicara seperti itu, kau bisa mengatakannya dengan pelan-pelan, aku pasti akan memahami nya." ujar Komang yang masih terdengar isaknya.
Mulut Edgar terkatup rapat. "Komang, dengarkan aku, Kau tak diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan penampilan palsu yang konyol untuk ku, aku tak menginginkan hal-hal semacam itu. Aku menghargai jati diri seseorang dan aku mengharapkan mu membuat pilihan sendiri tentang hal-hal semacam itu. Aku juga menyukai mu apa adanya." ucap Edgar dengan tulus.
"Dimengerti." mulut Komang yang lebar melengkung geli mendengar kejujuran Edgar, pria itu sangat berterus terang, tapi Komang menganggap hal itu sangat menyegarkan dibandingkan sopan santun kosong yang sering kali tidak benar.
"Jadi, aku akan melepas bulu mata palsu ini, rasanya seperti memakai sepasukan lalat di kelopak mataku." ujar Komang.
Tanpa diduga, Edgar tertawa mendengarnya, mata hitamnya bersinar kagum saat ia bersandar disudut kursi limusin nya itu.
Komang dengan segera mengambil cermin kecilnya, lalu mengusap warna-warni di matanya dengan tissue basah, dan memakai kembali bedak tipis-tipis.
"Ini lebih baik." ucap Komang kemudian. "Bagaimana menurut mu?"
"Ya, aku lebih suka wajah natural mu, dan ku harap ketika nanti kita mengadakan perjamuan, kau memakai baju kebayamu, aku suka melihatmu memakai baju seperti itu."
"Kebaya? Kenapa harus kebaya?"
"Karena aku suka, hanya itu alasannya, bukankah kau bekerja untuk menyenangkan diriku?" ujar Edgar dengan serius.
"Baiklah, aku mengerti." ucap Komang tersenyum, dan itu begitu manis dalam pandangan Edgar.
Bersambung......