Season 2 dari novel yang berjudul Dia Suamiku
Setelah 7 tahun berpisah, Mila kembali bertemu dengan mantan suaminya. Perpisahan mereka yang terpaksa oleh keadaan, membuat cinta dihati mereka tak pernah padam meski Elgar telah berstatus sebagai suami orang.
Akankan mereka kembali memperjuangkan cinta mereka demi sang buah hati?
Cerita itu adalah S2 dari novel yang berjudul DIA SUAMIKU.
Untuk lebih jelasnya, silakan baca S1 nya dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DMS 27
Turun dari ojek online, Mila gegas berjalan menuju lobi. Dia sudah telat lumayan lama. Tadi dijalan, dia berpindah dari mobil Elgar ke ojol agar tak ada yang mengetahui jika mereka berangkat bersama.
Sementara di depan ruangannya, Aden cemas menunggu Mila. Dia sudah mencoba menghubunginya beberapa kali tapi tak dijawab. Dia tahu seperti apa watak bosnya. Beliau paling tidak suka dengan yang namanya keterlambatan.
Melihat Mila datang, Aden langsung menyongsongnya.
"Kenapa jam segini baru datang?" Tanya Aden cemas.
"Maaf Pak Aden, tadi ada masalah sedikit dirumah." Sahut Mila sambil melanjutkan langkah menuju meja kerjanya.
"Untung Pak Elgar belum datang. Dia itu paling tidak suka dengan karyawan yang telat. Apalagi kamu baru 2 hari jadi sekretarisnya, bisa bisa kamu dipecat."
"Sekali lagi maaf Pak."
Aden menghela nafas. Dia bukannya marah pada Mila, hanya tak mau dia sampai dipecat gara gara telat. Belum juga berhasil pdkt nya, masa iya Mila udah keburu dipecat.
Dari kejauhan, tampak Elgar yang sedang berjalan menuju ruangannya.
"Dia datang, bersikap biasa. Jangan gugup, jangan sampai dia tahu kamu terlambat."
Mila mengangguki ucapan Aden. Mengikuti sarannya agar tidak terlihat gugup. Padahal kenyataannya, dia memang tak gugup sama sekali. Andai saja Aden tahu jika mereka tadi berangkat bersama. Bisa bisa pingsan ditempat pria itu
Mata Elgar menyipit memperhatikan Aden yang ada didekat meja kerja Mila. Padahal baru beberapa menit dia dan Mila berpisah, eh udah ada yang mau nyamber. Sepertinya dia harus cari cara agar Aden tak lagi mendekati Mila. Tak hanya Aden, tapi juga Billi dan pria pria lainnya juga.
"Pagi Pak." Sapa Aden dan Mila bersamaan. Bukannya menjawab, Elgar malah sibuk memperhatikan penampilan Aden. Ada yang berubah dari pria itu, penampilannya tampak lebih fresh.
"Kamu potong rambut?"
Aden mengangguk sambil tersenyum malu. Kenapa malah Elgar yang menyadari perubahan penampilannya. Padahal dia sengaja merubah penampilan untuk menarik perhatian Mila. Kemarin pulang dari kantor, dia mendatangi barber shop yang sama dengan yang didatangi Elgar waktu itu.
Awalnya Mila gak ngeh, tapi karena ucapan Elgar, dia jadi memperhatikan Aden.
"Gak usah lihat lihat."
Mila langsung menunduk mendengar seruan Elgar.
"Kamu gak ada kerjaan, ngapain disini?"
"I,itu, tadi ada urusan bentar sama Mila."
Elgar memperhatikan Mila, tapi sayangnya wanita itu tak sedang memperhatikannya.
"Segera kembali keruangan kamu."
"Baik Pak."
Elgar meninggalkan mereka lalu masuk keruangannya.
Aden bernafas lega karena dia pikir, Elgar tak mengetahui tentang keterlambatan Mila. Karena Elgar sudah masuk, mungkin ini saatnya dia pdkt pada Mila.
"Emm ...Mil, menurut kamu, gimana penampilan baru aku?"
"Bagus kok."
"Kelihatan lebih muda gak?" Aden menarik sebelah alisnya.
"I_"
"ADEN!"
Aden dan Mila sampai terjingkat kaget karena teriakan Elgar. Entah kapan dia buka pintu, tahu tahu udah adah muncul dari balik pintu.
"Ngapain masih disitu? kembali keruangan kamu."
Yaelah, nih orang udah kayak hantu aja. Muncul tiba tiba dan bikin orang jantungan. Kenapa tiap aku mau ngedeketin Mila, dia langsung muncul, kayak ada alarm emergensinya saja.
"Aku pergi dulu ya Mil." Meski masih ingin mengobrol dengan Mila, terpaksa dia kembali keruangannya.
...----------------...
Beruntung meeting kali ini tidak berlangsung lama, jadi Elgar dan Mila tak terlambat menjemput Saga pulang sekolah. Mereka sudah sampai sebelum kelas Saga berakhir. Menjadikan keduanya harus menunggu didalam mobil.
Mila mencoba fokus pada ponselnya, tapi tetap gagal karena Elgar terus menatapnya.
"Gak bosen apa, mantengin ponsel mulu? Yang disebelah lebih menarik loh dari pada ponsel?"
Mila tak mau terpancing, tetep fokus menatap ponsel, pura pura tak mendengar apa apa. Ya, dia paling benci situasi seperti ini. Berduaan dengan Elgar.
"Tuh Saga udah keluar."
Mila langsung mengalihkan pandangannya ke gerbang sekolah. Tapi sedetik kemudian, dia mendengus kesal lalu menatap Elgar tajam. Ya, pria itu baru saja sukses mengerjainya. Dan sekarang sedang menertawakannya.
"Tuh anak anak udah pada keluar."
Mila memutar kedua bola matanya malas. Kali ini, dia tak mau terkecoh, tetap fokus pada layar ponselnya.
Elgar geleng geleng, padahal dia sedang tidak berbohong. Malah sekarang, dia melihat Saga sudah keluar dari gerbang. Takut Saga tak mengenali mobilnya, Elgar keluar lalu melambaikan tangan kearah Saga.
"Papah." Seru Saga sambil berlari kearah Elgar.
Menyadari Elgar yang keluar, Mila segera melihat kesekitar. Ternyata Saga benar benar sudah keluar, bahkan sekarang sedang digendong Elgar. Gegas dia menyimpan ponsel dan membukakan pintu untuk Saga
Setelah Saga dan Elgar masuk kedalam mobil, mereka langsung menuju ke mall yang letaknya tak jauh dari sekolah Saga. Karena sudah masuk jam makan siang, tempat pertama yang dituju adalah restoran.
Mereka berada direstoran jepang, Saga sedang ingin makan ramen siang ini.
Elgar yang sedang makan sushi, menyumpit sebuah lalu mengarahkannya kedepan mulut Mila.
"Mah, kok bengong? Papa mau nyuapin."
"I, iya." Terpaksa Mila membuka mulutnya. Padahal tadi dia sengaja gak buka mulut agar Elgar menarik kembali tangannya.
"Sekarang gantian dong, mama yang suapin papa."
Mila tersenyum absurd, heran pada Saga yang sampai kepikiran kearah sana. Jangan jangan anak itu suka sering ikut neneknya nonton sinetron. Makanya ngerti yang kayak beginian. Elgar senyum senyum lalu membuka mulutya lebar.
"Aak.." Ujar Elgar karena Mila tak segera menyuapinya. Lagi lagi dengan terpaksa, Mila menyumpit sushi miliknya dan menyuapkan pada Elgar.
Elgar tersenyum penuh kemenangan. Sepertinya dia akan lebih mudah mendekati Mila dengan bantuan Saga.
Setelah makan, tujuan berikutnya adalah toko baju anak.
"Baju yang tadi, jangan lupa dipakai besok." Lirih Elgar saat mereka sedang memilih baju untuk Saga. Mila diam saja, pura pura tak dengar.
Urusan baju Saga selesai, mereka berpindah ketoko mainan. Disini, Mila hanya memperhatikan dari jauh. Anak dan ayah itu tampak kompak. Mungkin karena sama sama pria, jadi mereka klop kalau urusan mainan.
Tapi diantara mainan yang mereka bawa kekasir, ada satu mainan yang bikin Mila mengernyit. Boneka, sejak kapan Saga menyukai mainan anak perempuan?
Tempat terakhir adalah time zone. Elgar dan Saga sangat bersemangat, tawa selalu menghiasi bibir keduanya. Belum pernah Mila melihat Saga sebahagia ini sebelumnya. Seperti tak kenal lelah, Saga dan Elgar mencoba hampir seluruh permainan disana.
Dalam perjalanan pulang, Saga tertidur dipangkuan Mila. Sepertinya bocah itu sangat kelelahan. Bagaimana mungkin tak lelah, mereka jalan jalan dimall sampai hari gelap.
Elgar mengangkat Saga begitu mereka sampai dirumah. Membawanya kedalam kamar, lalu menurunkannya diatas ranjang. Mila meletakkan kantong keresek berisi mainan yang mereka beli tadi didekat ranjang.
"Saga mirip banget sama aku ya Mil?" Elgar memperhatikan Saga yang sedang terlelap.
"Iya."
"Kamu benci banget ya sama aku"
Mila mengernyit bingung.
"Kata orang, kalau kita membenci seseorang pas lagi hamil. Nanti pas lahir, anaknya akan mirip orang yang dibenci."
Mila terkekeh pelan. Sejak kapan Elgar percaya mitos kayak gitu. "Ada ada aja, Saga mirip kamu karena dia anak kamu."
"Jadi kamu gak benci aku?"
Mila terdiam beberapa saat lalu menggeleng. Selama ini, dia memang tak pernah sekalipun membenci Elgar. Mila menganggap perpisahan mereka sebagian dari takdir. Tak ada yang salah disini, memang sudah jalannya harus seperti ini.
"Makasih."
Mila mengangguk, tak tahu harus menanggapi seperti apa lagi.
"Apa itu artinya, sejak dulu hingga saat ini, kamu masih mencintaiku?"
Mila seketika gugup. Tak mungkin dia bilang ya. Pria didepannya ini masih berstatus suami orang. Mana mungkin dia mengatakan masih mencintai suami orang.
Elgar membuka kantong maianan baru Saga. Mengeluarkan sebuah boneka beruang kecil dari sana lalu menyodorkannya pada Mila.
"Buat temen tidur kamu selagi aku belum bisa menemani."
Meski terlihat ragu ragu, Mila akhirnya menerima boneka tersebut.
"I love you."
"Hah." Mila terlihat kaget.
"Baca tulisan itu." Elgar terkekeh sambil menunjuk dagu kearah boneka yang sedang dipegang Mila. Boneka tersebut membawa bantal love yang ada tulisan I Love you.
Mila tersenyum kecut. Dia pikir Elgar bilang I love you padanya. Jantungnya hampir saja melompat karena kaget, taunya cuma baca tulisan.
"Tulisannya sama dengan perasaanku padamu. I love you, Mila."
Blush
Wajah Mila seketik memerah karena malu. Jantungnya berdebar kencang. Rasanya seperti abg yang baru saja ditembak pujaan hati. Tapi dia tak boleh menunjukkan itu. Elgar masih suami orang, dia harus bisa membentengi hatinya untuk saat ini.
kek penyakit kali dengar jnda
Lo selingkuh sama laki-laki yang mencintai Lo.
di bisa memberi Lo kebahagian yang tidak Lo dapat dari Elgard
tidak tau siapa aja yang kerja di perusahaan ya El